Minggu, 12 Mei 2024 | 17:23
COMMUNITY

Ngerogo Sukmo

Perempuan Cantik Gunung Argopuro (Tamat)

Perempuan Cantik Gunung Argopuro (Tamat)
Dok. Wahyu Pujiningsih

ASKARA - Candra pergi keluar kamar dan membawa sangkurnya ninggalin aku. Aku nangis di kamar. "Aku ini kenapa sih," pikirku. Aku diam aja di kamar. Gak lama kemudian Vin manggil-manggil aku dari luar kamar. Aku keluar kamar dan menghapus air mataku.

"Kenapa Vin?" tanyaku
"Dipanggil bapak mbak di belakang," jawab Vin
"Bapak udah datang?" tanyaku 
"Udah, ayo mbak ke belakang," ujar Vin.
Kita pun jalan ke belakang ternyata di sana ada Candra yang lagi ngobrol sama Pak Yul dan Pak Huda. Aku duduk di sebelahnya Candra. 
"Kenapa pak?" tanyaku.
"Gak papa. Ini minum dek," jawab Pak Yul sambil menyodorkan segelas air kepadaku dan Candra. Kita pun meminum air itu. Gak lama setelah minum air itu aku merasa dadaku panas. Aku dan Candra, kita saling lihat. 
"Air apa ini pak kenapa dada saya rasanya jadi panas?," tanyaku.
"Gak papa itu air biasa kemarin bapak ziarah ke Banyuwangi," jawab Pak Yul.
Gak lama kemudian aku merasa mual. Aku dan Candra, kita muntah-muntah tapi gak ada yang dikeluarin. Keringatku langsung keluar membasahi seluruh tubuhku. Gak lama kemudian rasa galauku hilang. Mood-ku membaik. 

"Kita ini kenapa pak? Ini air apa?" tanya Candra
"Kalian diikuti makhluk halus, dia gak mau pergi sampai sekarang masih ngikutin kalian," jawab Pak Yul.
"Terus si Wahyu kenapa pak, dia tadi mau bunuh diri. Kaget saya kalau dia mati gimana nasib saya, bisa-bisa saya masuk penjara karena bunuh diri memakai sangkur punya saya," jawab Candra.
"Apaan sih enggak pak," kataku.
"Wahyu ini kemasukan dia, makanya tanpa dia sadar dia melakukan hal yang aneh-aneh. Makanya jangan kebanyakan bengong ya," jawab Pak Yul.
"Oh pantesan dua hari ini pak, pas bapak tinggal ke Banyuwangi dia itu aneh. Ngobrol enak-enak tiba-tiba nangis terus uring-uringan gak jelas. Terus dia nanya 'kok aku sedih-sedih kenapa ya bang?' Ya mana saya tahu kan pak," ujar Candra.
"Ya saya merasa sedih gitu lho pak kayak ada beban batin yang mendalam tapi gak tahu apa, perasaan saya kan gak punya masalah yang berat. Tapi masa sih pak saya ketempelan? Kok saya gak guling-guling, mengerang-erang terus teriak-teriak kayak di tivi gitu pak. Saya masih ingat nama bapak, saya juga masih ingat caranya main sosmed pak," kataku.
"Namanya ketempelan itu gak harus teriak guling-guling, ngerang-ngerang kayak di tivi. Kamu memang sadar ingat semuanya, kamu memang gak papa. Tapi alam sadar kamu yang dimasuki. Kamu jadi bisa merasakan apa yang dirasakan sama makhluk itu, kamu merasa sedih tanpa alasan terus ingin bunuh diri. Itu karena alam bawah sadarmu dikendalikan, dia nyuruh kamu bunuh diri lewat alam bawah sadarmu. Jadi istilahnya itu ngerogo sukmo," jawab Pak Huda.

"Kalian di sini saja dulu sampai yang ngikutin kalian pergi. Untung saja kalian diikuti, coba kalau kalian ngikutin dia kalian udah disasarin sama dia. Kalau kalian maksa pergi mungkin kalian bisa kenapa-kenapa di jalan. Kalau sudah keluar dari area Situbondo bakalan susah dihilangkan. Jadi kalian di sini saja dulu sampai yang ngikutin kalian benar-benar pergi karena dia masih ngikutin kalian sampai sekarang tapi dia gak bisa masuk ke rumah ini. Kalau kalian di luar rumah, kalian diikuti lagi," ujar Pak Yul.
"Kami takut merepotkan pak kalau berlama-lama di sini," kata Candra.
"Tidak, tidak merepotkan sama sekali, memang bapak sudah berniat menolong kalian. Kalau bapak gak ingin menolong kalian dari awal untuk apa bapak ngajak kalian ke sini dan nahan kalian pergi. Kemarin bapak pergi ke Banyuwangi karena mau mencari air ini untuk kalian. Jadi gini dek, pas pertama kali bapak melihat kalian dari kejauhan wajah kalian itu seperti kakek-kakek dan nenek-nenek. Bapak heran kok ada dua manula bisa naik gunung makanya bapak samperin kalian, eh ternyata pas dari dekat kalian masih muda. Pas kita ngobrol bau badan kalian itu bau bunga kuburan. Makanya bapak ngajakin kalian ke pondok dan ngajak turun bareng," ujar Pak Yul.

"Iya dek, sebelum kalian datang itu kita mancing biasanya dapat banyak sampai dibalikin lagi ikannya ke danau karena kebanyakan. Tapi pas ada kalian kami mancing sehari semalam cuma dapat 10 ekor, gak ada ikan yang mau makan umpan kami. Pas malamnya saya kan tidur menghadap ke danau, tengah malam saya terbangun saya melihat ada perempuan berdiri di tengah danau membelakangi saya. Saya langsung membacakan ayat kursi," tambah Pak Huda. 
"Terus si Wahyu ini gimana pak, dia sudah sembuh apa belum? Kalau si Wahyu belum sembuh juga besok saya mau naik lagi pak, saya mau ke tempat pertama kali kita ketemu Nona Belanda itu," kata Candra. "Tidak usah, jangan. Dia insya Allah sudah sembuh," jawab Pak Yul.

"Pak orang yang kayak petani yang saya lihat di Cikasur sama yang saya ajakin ngobrol di Savana Lonceng itu siapa pak? tanyaku.
"Bisa jadi mereka itu para korban kerja paksa dulu waktu jaman Belanda. Karena dulu pas jaman Belanda di Cikasur itu dijadikan lapangan landasan penerbangan dan penduduk pribumi disuruh kerja paksa bangun landasan itu. Kalau bangunan yang sudah hancur itu dulunya bekas pembantaian, di sana banyak warga pribumi pekerja paksa yang dibunuh di sana. Kalau Puncak Rengganis itu konon di situ kerajaannya Dewi Rengganis. Dewi Rengganis itu dia putri cantik, di seluruh Tanah Jawa gak bisa menandingi, kecantikannya cantik sekali parasnya tapi sayangnya dia itu gak punya alat kelamin. Dan Puncak Hyang itu tempat moksa panglimanya Dewi Rengganis, arca di sana itu arca hyang dan hyang itu nama panglimanya Dewi Rengganis. Sedangkan Danau Taman Hidup itu konon tempat pemandiannya Dewi Rengganis," jawab Pak Huda. 
"E busyet jauh banget pak mandinya. Mau mandi jalan jauuuh banget, habis mandi balik lagi ke istananya keringetan lagi," ujarku.
"Ngapain dia jalan, kan pengawalnya yang jalan, dia mah tinggal duduk aja digotong". 
"Lah kan naik turun bukit apalagi pas bukit ke Puncak Hyang terjal banget pas duduk di tandu jatuh nyungsep gimana?" tanyaku.
"Ya itu derita dia, kamu gak usah mikirin," jawab Pak Huda sambil ketawa.

Singkat cerita setelah selesai berbincang-bincang dengan kami Pak Huda dan Pak Yul pergi, gak tahu ke mana. Di rumah cuma aku sama Candra dan anak ketiganya Pak Yul sementara istrinya Pak Yul belum pulang, masih pergi sama Vin anak pertama mereka.
"Bang! Nona Belanda itu meninggalnya kenapa ya bang? Kenapa kok sampai-sampai sesedih itu," tanyaku.
"Mungkin dia mati ngenes kali," jawab Candra.
"Ngenes kenapa?" tanyaku.
"Ngenes karena ditinggal sama pacarnya pas lagi sayang-sayangnya," jawab Candra.
"Itu sih kamu bang!" kataku sambil ketawa. 
"Eh udah bisa ketawa kamu ndut? Udah gak mewek lagi kamu? Kamu itu kenapa sih selalu mengajukan pertanyaan yang gak bisa saya jawab. Kamu enak tinggal nanya aja, lah saya yang jawab stres saya mikir jawabannya," ujar Candra.
"Lah ngapain dipikirin nanya aja langsung sama orangnya. Kan kata Pak Yul tadi dia masih nungguin kita di luar rumah. Tanyain gih siapa tau dia mau curhat sama abang dia meninggalnya kenapa? Siapa tau dia nyaman curhat sama abang terus tumbuh rasa di antara kalian berdua," kataku sambil ketawa. 
"Bajigur," jawab Candra sambil jambak rambutku.
"Aduh sakit! Hah penasaran aku bang sedih banget dia," kataku. 
"Udah, kamu itu penasaran-penasaran mulu ya mungkin dia sedih karena mati gak wajar dibunuh atau bunuh diri atau gimana terus jiwanya belum sempurna jadi melayang-layang gitu gentayangan. Jadi hantu terus dia sedih ingin disempurnain biar bisa pergi ke akherat. Daripada mikirin kayak gitu mending kita solat trus kita kirimin doa buat Nona Belanda sama orang-orang yang meninggal di sana. Biar arwah mereka tenang," ujar Candra.
"Kita kan gak tau namanya trus khususon ke siapa coba?" tanyaku.
"Muhammad ni anak menyebalkan sekali. Ya kita tujuin aja orang-orang yang meninggal di Gunung Argopuro. Allah itu kan maha tahu ndut, ribet banget hidupmu," jawab Candra.

Kita udah seminggu di rumahnya Pak Yul akhirnya kita diijinin pulang sama Pak Yul. Pak Yul bilang makhluk halus yang ngikutin kita udah dikembalikan ke tempat asalnya lagi. Kita pun pamit pamit sama Pak Yul dan Pak Huda. Pak Yul dan anaknya nganterin kita nyari bis. Mereka bilang kalau kita punya waktu disuruh balik main ke sana lagi. 
The end.

Wahyu Pujiningsih
(Pencinta alam, tinggal di Madiun)

Sebelumnya:
Perempuan Cantik Gunung Argopuro (1)

Perempuan Cantik Gunung Argopuro (2)

Komentar