Selasa, 30 April 2024 | 01:42
OPINI

Catatan Astina pada Hari Raya Paskah

Sesaknya Bertahan Hidup di Masa Sulit Covid-19

Sesaknya Bertahan Hidup di Masa Sulit Covid-19
Ojek online (Bisniscom/Eusebio Chrysnamurti)

Barusan saya ngobrol bersama teman anak saya, yang sambil kuliah bekerja sebagai pengemudi ojol yang kami undang datang ke rumah. Kebetulan beberapa teman di gereja atau paroki membuat kegiatan bantuan paket sembako kepada para warga miskin dan rentan miskin di tengah wabah Covid 19. Saya minta satu paket bantuan dari teman paroki untuk teman anak saya yang pengemudi ojol. 

Tadi teman anak saya cerita bahwa sejak pagi hingga 19.00an malam, dia seharian hanya dapat satu order antar barang dengan ongkos Rp 40.000. Saya tanya dia,  "apakah dapat paket bantuan sembako dari pemerintah pusat?" "Gak om", jawab teman anak saya itu. 

Saya sesak dan sedih mendengar cerita getir perjuangan teman anak saya yang bekerja sebagai pengemudi ojol ini. Tidak terbayangkan, bagaimana cara dia mengatur menggunakan uang yang didapatnya Rp 40.000 seharian ini.   

Terlepas dari kritik dan protes publik bahwa yang menderita bukan hanya pengemudi ojol saja. Beberapa teman saya juga banyak berkirim pesan kritik kepada saya hingga siang tadi soal sikap saya yang katanya hanya membela pengemudi Ojol dan meminta kita membela pengemudi ojol, terutama para aplikator transportasi online agar sedikit saja berempati dan mau Berbela rasa, berbagi kepada mitra pengemudi ojolnya. Saya katakan kepada teman-teman bahwa perhatian saya tentu kepada semua warga miskin dan berpotensi miskin akibat wabah Covid 19.

Hidup dan aktivitas saya sehari-hari bersama Forum Warga Kota (FAKTA) adalah bersama para kaum miskin kota Jakarta. Sudah hampir 31 tahun saya, bersama-sama teman-teman membangun program pemberdayaan sosial ekonomi bagi warga miskin. Siapa yang bisa  menduga akan terjadi wabah Covid 19? 

Semua kita, terutama warga miskin dan rentan miskin kaget dan alami sesak hidup di masa wabah Covid 19.  

Diperlukan kerja bersama mendukung semua upaya yang dilakukan untuk menghentikan wabah Covid 19 ini. Kita tidak bisa hanya melepaskan tanggung jawab penanganan wabah Covid 19 dan dampaknya kepada pemerintah. Sudah banyak pengusaha yang tergerak membantu pemerintah dalam menangani wabah Covid 19. 

Nah dalam konteks keterlibatan para pengusaha  inilah saya mau mengajak para pengusaha aplikasi (aplikator) transportasi online mau terlibat membantu pemerintah dengan berempati - Berbela rasa - berbagi kepada para mitra usahanya sendiri yakni para pengemudi ojol. 

Katanya para pengemudi ojol adalah mitra usaha para aplikator maka sudah selayaknya saling tolong menolonglah kalian. Coba lihat video, tulisan atau himbauan saya bukan hanya pada pengemudi Ojol. Saya juga prihatin pada kesulitan para pedagang kecil, buruh bangunan, pedagang keliling, pekerja angkutan umum dan sektor informal lainnya. 

Saya angkat juga soal pengemudi Ojol karena mereka ada mitra usahanya yakni para aplikator. Saya hanya mengajak agar para aplikator mau berbagi keuntungan agar para mitra pengemudi bisa bertahan hidup. 

Demikian penjelasan saya kepada beberapa teman.

Saya memang usul agar para aplikator mengurangi kewajiban potongan komisi 20% dari setiap order yang didapat pengemudi Ojol. Saya mengajak para aplikator mau mengurangi potongan komisi jadi hanya 5% sajalah dari setiap order. Atau saya usul jangan potongan komisi tapi sistem sewa aplikasi seharga Rp 50.000 per pengemudi Ojol. 

Mengurangi atau merubah potongan komisi akan bisa sangat dinikmati sebagai bantuan bagi para pengemudi Ojol di masa sulit wabah Covid 19 sekarang ini. Mengurangi atau merubah sistem potongan komisi sangat mudah jika para aplikator transportasi online mau melakukannya. Semoga saja para aplikator membaca dan mau berempati, Berbela rasa dan berbagi mengurangi atau merubah sistem potongan komisi untuk membantu para mitra pengemudi ojolnya.

 

Pada Hari Raya Paskah
Azas Tigor Nainggolan
Ketua Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia

Komentar