Rabu, 15 Mei 2024 | 01:31
COMMUNITY

Karma Baik Sang Ahli Foto Aura King Gunawan

Karma Baik Sang Ahli Foto Aura King Gunawan
King Gunawan menunjukkan kamera foto aura di ruang kerjanya (Askara/Aprilia Rahapit)

ASKARA - Mata yang berkaca-kaca tersirat jelas di wajahnya, King Gunawan sang ahli foto aura teringat dengan sosok klien yang dibantunya kini sudah sukses. 

Hal itu menjadi pelajaran hidupnya betapa pentingnya memberi bantuan kepada orang lain yang terbalaskan dengan karma baik.

King bisa dibilang satu-satunya orang Indonesia yang mempelajari keahlian foto aura dan gelombang elektromagnetik yang dibimbing langsung oleh Guy Coggins, insinyur asal Amerika Serikat penemu teknologi foto aura. 

Bahkan foto aura kini menjadi pekerjaan setianya setelah trauma dengan bisnis sebelumnya yang hancur akibat kerusuhan dan sentimen anti Tionghoa pada 1998 lalu.

Apa yang didapatkan King saat ini tidak lain mengambil pelajaran dari temannya yang bernama David. Di mana David adalah sosok di balik penyemangat King untuk menggali pengetahuan terkait foto aura di Amerika. Kepedulian ini nyatanya dilakukan lagi oleh King kepada kliennya.

"Waktu itu dia datang, pas saya lihat auranya lemah. Dan dia cerita dia sudah habis-habisan dagang di pasar sudah bangkrut, dan dia mau foto aura karena dia lihat saya di tivi," ungkapnya saat berbincang dengan Askara.

Selain foto aura, King juga menjual kristal yang memiliki gelombang elektromagnetik piezo sebagai penyeimbang gelombang dalam tubuh. Untuk sekali foto aura, King membuka tarif sebesar Rp 200 ribu dan batu kristal sekitar Rp 1,5 juta. Namun dengan kondisi klien yang kurang mampu, King akhirnya membantu dengan memberikan kristalnya.

"Buat foto aura dia Rp 200 ribu ada tapi buat beli kristal tidak ada uang, bagaimana Pak King. Kata dia, barang aset tidak ada dan bangkrut, bahkan makan untuk anak istri dari tetangga. Bapak tidak usah ngomong gitu, sudah pakai saja kristalnya," cerita King.

"Ini harga berapa pak, kata dia. Ini kalau saya jual Rp 1,5, pakai saja dulu. Kalau bahas susah ngeluh jangan ngomong begitu, pokoknya bapak harus sukses," sambung King kepada kliennya.

King pun memotivasi pria tersebut untuk percaya diri dalam menjalani kehidupan. Ia juga menyarankan kliennya untuk mengikuti pikiran dan kata hati. Selama tiga bulan lamanya, sang klien datang kembali dan mempromosikan King, bahkan membayar tunai kristal yang diberikan King. Saat kliennya datang, King sendiri mengaku lupa bahkan hampir tidak kenal dengan kliennya itu.

"Pak King masih ingat saya enggak? Saya sudah lupa, siapa bapak? Pak Sampan, saya akhirnya ingat, oh iya orang ini yang pernah saya kasih kristal. Dia bilang saat itu Pak King saya sekarang bawa uang Rp 1,5 juta, sekarang saya bayar. Saya tanya Pak Sampan rela. Saya harus bayar kalau Pak King enggak mau terima saya enggak mau keluar dari sini," papar King dengan nada sendu dan mata yang berkaca-kaca.

King pun akhirnya mengajak kliennya itu untuk ikut dalam programnya di sebuah televisi swasta untuk memberikan testimoni. Dalam acara tersebut kisah ini pun diceritakan kembali oleh King dan kliennya hingga membuat seluruh kru menangis.  

"Saya bilang ke dia apa, Pak Sampan mau tidak ikut testimoni di tivi ngomong. Dia bilang siap, waktu itu saya di Jak TV, begitu datang dan cerita (dalam acara) semua presenter nangis," ujarnya.

Dalam ceritanya, King mengatakan klien tersebut benar-benar dalam kondisi sangat sulit. Saat itu kliennya seperti luntang lantung namun pada akhirnya seseorang meminjamkan sebuah tenda kepada kliennya untuk disewakan, dari situlah kliennya itu menemukan nasib yang lebih baik.  

"Lah gua tukang ayam di pasar, kok lo ngasih tenda?" ujar King menirukan cerita sang klien.

"Dia ingat omongan saya, pokoknya yang kesempatan mendadak itu pegang, kristal itu bekerja. Sekarang dia punya tujuh set tenda, sudah punya sendiri berikut mobil angkutnya," ujarnya.

Kebaikan yang ditularkan King kepada kliennya berbuah manis. Membuat usaha foto auranya yang dibuka sejak 1999 di Mangga Dua Mal lantai dua nomor 46 dibanjiri pengunjung baik yang direkomendasikan kliennya maupun umum. Bahkan saking banyaknya pengunjung, usaha foto aura itu turut dipegang oleh rekannya bernama Christine. Ia pun menggambarkan kehidupan ini seolah sebagai bola.

"Jadi selama kita hidup kita tidak tahu ujungnya kita ke mana, tidak tahu. Jadi selama kita hidup jatuh bangun itu biasa, jadi seperti ada bola dia jatoh itu bola tidak mungkin diam langsung pasti dia mantul sampai akhirnya diam. Makin kencang dibanting makin kencang memantulnya. Tapi kalau bola itu kempes ya mandek," paparnya.

Dalam artian, jika masih muda, sebaiknya mengambil kesempatan sebesar-besarnya. Tercermin dari bola yang memantul tinggi. Tetapi jika sudah mulai menua maka kekuatan pantulan bola tentu semakin berkurang dan saat kempes maka itu tanda berakhirnya bola tersebut. Dengan kata lain tidak mau untuk berusaha ataupun berupaya, bisa jadi waktu kembali kepada Tuhannya. 

Komentar