Jumat, 03 Mei 2024 | 19:10
COMMUNITY

Urgen, Pemanfaatan Sungai di Jabodetabek

Urgen, Pemanfaatan Sungai di Jabodetabek

JAKARTA: Sungai-sungai di Indonesia, khususnya di wilayah Jabodetabek selama ini menjadi area orang untuk membuang sampah. Edukasi mengenai fungsi serta pemanfaatan sungai pun menjadi sangat urgen.

Data terakhir baik yang dihimpun oleh LIPI maupun badan dunia, pada tahun 2050 jumlah sampah plastik akan lebih banyak dari jumlah ikan. Begitu juga dengan jumlah plankton di laut akan lebih sedikit jumlahnya karena dikalahkan oleh mikro plastik itu sendiri.

Kekhawatiran itu masuk akal mengingat pola hidup orang, khususnya yang tinggal di bantaran-bantaran sungai masih menjadikan sungai sebagai alat transportasi sampah.

Itulah mengapa kemudian pihak Sekolah Sungai yang dikepalai oleh Helmi Purnama menaruh perhatian besar terhadap kondisi sungai yang saat ini hanya dijadikan orang sebagai tempat pembuangan sampah.

Melalui sistem pendidikan non formal, Sekolah Sungai Berkelanjutan sangat penting dilakukan agar fungsi sungai dikembalikan sebagai mulut peradaban.

"Upaya kita bagaimana mengubah perilaku manusia yang merupakan pekerjaan besar yang tidak bisa sehari atau dua hari. Itu harus melalui educating sistem atau melalui sistem pendidikan. Tetapi kita tidak ingin masuk ke dalam pendidikan yang formal. Oleh karena itu sekolah sungai berkelanjutan, kami ingin mengembalikan fungsi sungai yang dahulu sebagai mulut peradaban sekarang jadi menjadi belakangnya peradaban. Kita ingin sungai menjadi muka peradaban Indonesia, muka peradaban dunia," ujar Helmi Purnama, Minggu (15/12/2019).

Menurut Helmi, Sekolah Sungai Berkelanjutan juga ingin mengembalikan edukasi sistem sungai mengingat sampai saat ini mereka yang tinggal di bantaran sungai tidak mengenal karakteristik sungai yang ada di dekatnya.

"Edukasi ekosistem sungai. Lebih banyak orang tinggal di sungai tetapi tidak kenal sungainya. Kita kenal sungai tapi gak tahu ini sungai apa ya, manfaatnya apa ya. Fungsinya apa ya, bahayanya apa ya. Banyak sekali orang tinggal di situ tapi gak paham apa fungsinya sungai itu. Mereka hanya tahu ya udah buang sampah di situ," kata Helmi.

Helmi menjelaskan bahwa sungai memiliki keberagaman yang disebut sebagai jasa lingkungan. Lagi-lagi menurut orang tidak ada yang paham dengan istilah itu.

"Orang yang tinggal di bantaran sungai pun pada gak paham. Kita juga ingin sungai tidak digunakan sebagai wahana atau kendaraan sampah menuju laut. Kita ingin mengembalikan sungai sebagai ruang ekonomi, sosial, budaya yang lebih bermartabat. Selama ini kita lupa dengan fungsi sungai itu. Sebab selama ini sungai dianggap tempat buang sampah aja. Padahal dia punya fungsi ekonomi," jelas Helmi.

Adapun sungai sebagai fungsi ekonomi, Helmi menjelaskan bagaimana caranya yakni dengan cara menghidupkan kembali kehidupan ikan dan tanaman di sungai.

"Sungai punya cerita yang baik kami ingin simpan di situ. Orang juga harus tahu bagaimana bencana sungai. Melalui sungai ini kita ingin memetakan rawan area di sebelah mana. Kita akan memberikan sharing terkait dengan penyelamatan dan mitigasi, perubahan iklim dll. Dari situ kita melakukan intervensi dengan cara melakukan sharing melalui kelas room, sharing langsung menggunakan praktek. Kita juga akan bangun struktur infrastruktur," sambungnya.

Terkait bencana sungai khususnya di Jakarta, Helmi memberikan gambaran pentingnya rantai komando penanganan bencana di sungai.

"Seperti di Jakarta ini apakah ada titik kumpul saat terjadi bencana? Rantai komando untuk melakukan penyelamatan ada dimana. Nah organisasi itu di setiap komunitas harus ada jadi kalau terjadi bencana, kita tidak ada lagi cerita ke depan orang meninggal hanyut di sungai," imbuh Helmi.

Terakhir Helmi menandaskan bahwa pihaknya dalam melakukan edukasi sungai, akan membantu juga sejumlah komunitas agar memiliki organisasi. Pentingnya peran stakeholder bagi Helmi diakui bukan satu-satunya jalan bagi Sekolah Sungai yang peduli terhadap sungai.

"Kita juga membantu komunitas-komunitas itu memiliki organisasi.Kita sudah sonding ke beberapa stakeholder dan komunitas. Modul sudah kita buat. Dukungan dari pemerintah terkait sudah cukup kuat. Kami tidak ingin sodorkan proposal ke perusahaan tanpa kita bergerak dulu. Kami ingin buat bukti nyata dulu," tutup pria murah senyum ini.

Komentar