Jumat, 03 Mei 2024 | 13:46
SELEBRITAS

Pengembaraan Terakhir

Damailah Jiwa Aristides Kattopo

Damailah Jiwa Aristides Kattopo

BOGOR: 13 November 2019 Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas Setelah peringatan 50 tahun kepergian Soe Hok Gie pada akhir September yang lalu, bapak Aristides menyampaikan pada Jura putranya bahwa bila waktunya tiba ingin di kremasi dan abunya di bawa ke Gunung, memang tidak disebutkan Gunung mana, dengan pertimbangan kemudahan dan kebiasaan beliau, maka dipilihlah lembah Mandalawangi tempat Abu Jenasah Soe Hok Gie di tebarkan.

Semua peserta dari keluarga Katoppo, Mapala UI, Kerabat Pecinta Alam (KPA), Wanadri, Yepe, SIABI, dan banyak lagi komunitas pecinta Alam yang tidak bisa saya sebutkan berkumpul dari berbagai kota untuk turut serta pada acara "Tebar Abu jenasah almarhum bapak Aristides Katoppo di Lembah Mandalawangi" berkumpul di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas.

Menjelang sore, diadakan upacara penyerahan Abu Jenazah dari keluarga kepada Mapala UI sebagai pelaksana Kegiatan. Sayapun tidak menyangka dalam waktu berdekatan kembali ke tempat ini lagi. Perjumpaan yang begitu singkat dengan beliau, penuh kenangan dan kebahagiaan.

Saya merasa sangat beruntung bisa ikut serta dalam acara menghantar pada keinginan terakhirnya. Menuju Mandalawangi 14 November 2019 Perserta terdaftar kurang lebih 85 orang, tidak semua para sahabat bisa ikut mendaki menuju lembah Mandalawangi.

Sekitar 50 orang ikut mendaki, ada yang berhenti hingga Pos Kandang Batu, ada juga yang hingga Pos Kandang Badak. Hanya sekitar 15 orang yang langsung menuju Puncak Pangrango Dan camp di Lembah Mandalawangi, menanti upacara Tebar Abu esok pagi.

Perjalanan ini tidaklah mudah, perlu perjuangan dan ketahanan fisik serta tekad pasrah untuk menjalaninnya. Salut pada semua sahabat bapak Aristides Katoppo, semangat dan rasa persahabatan itu tidak menghalangi tekad meski usia tidak lagi muda. 15 November 2019 Lembah Mandalawangi Pagi hari beberapa sahabat yang sempat camp di Kadang Badak menyusul mendaki menuju Puncak Gunung Pangrango dan ke lembah Mandalawangi.

Butuh waktu sekitar 2,5 - 3 jam dari lokasi itu karena beratnya medan terhalang pohon-pohon tumbang. Akhirnya berkumpullah sekitar 30 orang untuk ikut serta dalam puncak acara ini. Upacara di lakukan sekitar pk. 09.00 WIB. Dengan hikmat kami menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Setelah itu kami bergantian mengambil abu Jenasah untuk menebar dalam penghormatan terakhir. Dua Abu Jenasah, bapak Aristides beserta Istri kami terima. Kami menghantar dan menyatukan kembali Abu Jenasah bapak Aristides Katoppo beserta Istri pada wasiat keinginan terakhir untuk kembali pada alam yang selalu di cintainya.

Lembah Mandalawangi menjadi peristirahatan terakhir bagi jiwa-jiwa yang tidak terikat oleh waktu. Pesan bapak Aristides Katoppo kepada seorang sahabatnya Johnny bahwa "Indonesia akan mengalami kemerdekaannya yang ke 100, maka bila para Pecinta Alam muda tetap menanam tanpa henti, maka di Usia ke 100, Indonesia akan kembali menjadi hijau" Pesan akhir yang begitu penuh keyakinan dan harapan, semoga kami semua bisa mewujudkannya dengan baik.

Selamat jalan bapak Aristides, kembalilah pada kedamaian abadi. Bersyukur meski masuk musim hujan, dalam pendakian pelaksanaan acara ini diberikan cuaca cerah tanpa ada hambatan apapun.

Thanks God

Yanni Krishnayanni Pendaki Gunung Komunitas Swara Ibu Asah Bangsa Indonesia (SIABI)

Komentar