Senin, 17 Juni 2024 | 09:05
NEWS

Kapan Gunung Gede Berpotensi Erupsi Lagi?

Kapan Gunung Gede Berpotensi Erupsi Lagi?
Ilustrasi gunung erupsi (Dok Pixabay)
ASKARA - Secara administrastif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) termasuk dalam wilayah tiga Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur dengan total luasan 24.270,80 Ha.
 
Kawasan TNGGP memang sudah dikenal secara internasioanl sejak zaman dahulu kala, saat para pengembara barat (para peneliti botani Belanda) mampir di kawasan ini. Secara nasional, kawasan konservasi di kompleks Gunung Gede Pangrango mempunyai arti penting dalam sejarah konservasi dan penelitian botani, karena wilayah ini merupakan kawasan konservasi yang pertama di Indonesia ditetapkan sebagai Cagar Alam Cibodas, pada tahun 1889. 
 
Sejak tahun 1925 ditetapkan daerah puncak Gunung Gede, Gunung Gumuruh, Gunung Pangrango, dan DAS Ciwalen Cibodas sebagai Cagar Alam Cibodas dengan luas 1040 Ha. Dan daerah Situgunung lereng selatan Gunung Gede serta bagian timur Cimungkad ditetapkan sebagai taman wisata seluas 100 Ha.
 
Unesco pada tahun 1977 menetapkan, kompleks Gunung Gede Pangrango dan wilayah di sekitarnya yang dibatasi jalan raya Ciawi – Sukabumi – Cianjur sebagai Cagar Biosfer Cibodas, dengan kawasan konservasi sebagai zona inti Cagar Biosfer Cibodas.
 
Pada tahun 1978, bagian-bagian lainnya, seperti kompleks hutan Gunung Gede, Gunung Pangrango Utara, Cikopo, Geger Bentang, Gunung Gede Timur, Gunung Gede Tengah, Gunung Gede Barat, dan Cisarua Selatan ditetapkan sebagai Cagar Alam Gunung Gede Pangrango dengan luas 14.000 Ha.
 
Dengan diumumkannya lima buah taman nasional pertama di Indonesia oleh Menteri Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980, maka kawasan Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango, Taman Wisata Situgunung, dan hutan alam di lereng Gunung Gede Pangrango, berstatus sebagai TNGGP, dengan luas 15.196 Ha.
 
Gunung Gede mempunyai beberapa kawah, Gumuruh, Gedeh, Sela, Lanang, Wadon, Baru dan Kawah Ratu sebagai kawah utama. Pada bagian barat dan utara, gunung ini dibatasi oleh Gunung Pangrango.
 
Gunung Gede diketahui mengalami erupsi sebanyak 27 kali, dari tahun 1747 hingga letusan terakhir 1957. Indeks skala letusannya rata-rata VEI 2 sementara letusan VEI 3 tercatat pada tahun 1747 – 1748, 1832, 1840 dan 1853 hal tersebut tercatat pada artikel volcano.si.edu.
 
Letusan terakhir, pada tahun 1957 terlihat jelas ketika Awan asap raksasa membumbung dari dalam kawah, hingga terlihat dari Bogor dan menyebabkan hujan abu deras pada jam 11.00 – 12.00 WIB, hujan abu berwarna kehitam-hitaman digerakkan angin ke arah Batavia (Jakarta saat ini).
 
Letusan tersebut terjadi pada tanggal 12 November pukul 03:00 WIB dinihari dengan semburan lava pijar mencapai 50 meter di atas kawah, disertai suara gemuruh dan guncangan hebat yang membangunkan masyarakat di sekitar gunung yang sedang tertidur pulas.
 
Bebatuan membara turut dilontarkan dari kawah dengan kolom letusan hitam membawa hujan abu hingga daerah Bogor. Tidak berhenti, letusan kembali terjadi pada tanggal 22 November, pukul 01.00 WIB, bumi kembali berguncang dan terdengar surara keras diikuti kepulan asap dan bongkah puing lava yang dimuntahkan.
 
Kemudian pada 1 Desember pukul 06.00 WIB pagi terdengar suara menggelegar, tiang api mencapai 200 meter diatas kawah, kolom asap letusannya mencapai ketinggian 2000 meter diatas puncak gunung. Erupsi berlanjut hingga 3 Desember, pukul 18.00 WIB sore dan 11 Desember pukul 02.00 WIB disertai hujan abu.
 
Enam tahun sebelum letusan besar 1840, Cianjur dilanda Gempa pada 10 Oktober 1834 hal tersebut tercatat dalam Katalog Gempabumi Merusak di Indonesia Tahun 1612-2014, gempa berkekuatan VIII-IX MMI yang terjadi di Bogor-Cianjur ini menyebabkan kerusakan bangunan dan retakan jalan di antara Bogor-Cianjur.
 
Gempa terjadi lagi pada 15 Februari 1844 di Cianjur dengan skala VII-VIII MMI. Melihat dari dampaknya kemungkinan sumber 2 gempa merusak tersebut dari sesar aktif.
 
Erupsi kembali terjadi antara pukul 07.00-09.00 WIB dengan kolom abu letusan dilaporkan membumbung tinggi. Perilaku Gunung Gede yang sangat aktif ditambah 2 peristiwa gempa menyebabkan Cianjur rusak berat, hal ini akhirnya mendorong berpindahnya ibu kota Keresidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung melalui keputusan Gubernur Jenderal tanggal 7 Agustus 1864 No. 18.
 
Erupsi gunung Gede pada pukul 19.14 WIB sampai pukul 19.16 WIB disertai suara gemuruh, dengan tinggi kolom abu 3 km di atas kawah (Hadikusumo, 1957). Erupsi berskala VEI 2 ini jadi letusan terakhir Gunung Gede.
 
Dalam Buku Gunungapi Indonesis PVMBG disebutkaninterval waktu istirahat aktivitas terpendek gunung Gede 1 tahun dan terpanjang 71 tahun. Artinya di tahun 2023 ini sudah memasuki masa istirohat 66 tahun sejak letusan terakhir 1957.
 
Kapan Gunung Gede berpotensi erupsi lagi? Tidak ada yang tau secara pasti kecuali Gunung Gede telah menunjukkan gejala peningkatan aktifitas dengan disertai peningkatan status Levelnya oleh PVMBG dari Normal ke tingkat yang lebih tinggi.
 
 

Komentar