Sabtu, 27 April 2024 | 19:10
TRAVELLING

Cerita Perjalanan Akhirnya Kembali ke Kota Budaya

Bertemu Keluarga hingga Merasakan Kereta Super Nyaman Solo-Jogja 1 Jam dengan Tarif 8 ribuan.

Bertemu Keluarga hingga Merasakan Kereta Super Nyaman Solo-Jogja 1 Jam dengan Tarif 8 ribuan.
Di kraton Surakarta (Dok Dinda)

Oleh : Dinda Nur Syafitri

Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University

ASKARA - Hallo sobat traveller!!! siapa yang tidak kenal dengan keindahan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kota Solo dan Jogja?? Keduanya memancarkan pesona yang sulit dilupakan, kota yang kaya akan warisan Sejarah, seni tradisional yang memesona, serta yang paling berkesan adalah keramahan penduduk yang penuh kedamaian. Menelusuri setiap sudut Kota Solo dan Jogja memberikan pengalaman yang memikat.

Satu pekan lalu aku Bersama ibu memutuskan secara tiba-tiba untuk berlibur ke Kota Solo dari Jakarta saat long week. Bukan tanpa alasan, kami memutuskan untuk pergi karena sudah sangat lama tidak berkunjung ke kampung halaman kakek dan nenek, selain itu karena keluarga Bulek Endang yang berasal dari Batam juga sedang berkunjung disana. Momennya terasa pas, terlepas dari niat pribadiku yang ingin melepas penat sejenak sebelum memasuki sesi Ujian Tengah Semester ini.

Minggu, 10 Maret 2023 dini hari setibanya di Kota Solo, aku dan ibu disambut hangat oleh paman ku, Om Harjoto beserta anaknya, Mas Arga. Pagi itu saat matahari belum memunculkan parasnya, angin Kota Solo terasa sangat dingin. Ditengah lajunya motor, aku memperhatikan suasana jalan yang masih sangat sepi, hanya ada pedagang pasar yang sibuk mempersiapkan dagangannya. Tidak jarang aku melihat gapura-gapura antar desa yang bertuliskan Sukoharjo dan membuatku teringat akan kenangan saat kecil terakhir kali kesini, sekitar 5 sampai 7 tahun yang lalu.

Tidak terasa kami sudah sampai di rumah Om Harjoto, banyak keluarga yang sudah menunggu, peluk hangat ditemani teh hangat lengkap sudah menggambarkan kehangatan pagi itu. Setelah merapikan barang, aku dan ibu memutuskan untuk sholat subuh terlebih dahulu. Setelahnya, kami mengobrol dengan keluarga yang lain. Hingga tak terasa, matahari mulai menampakkan parasnya, ditemani dengan suara ayam berkokok. Sekitar pukul 6 pagi, mengingat aku hanya dapat berlibur hingga hari selasa, dibandingkan memilih untuk tidur, aku sangat bersemangat mengajak saudara-saudaraku untuk menemani melihat sawah.

Aku ditemani dengan Rayya, Zidan putra dari om-om ku yang masih duduk dibangku kelas 3 SD, selain itu juga ada keluarga ku yang dari Batam, yaitu Arief lebih tua 3 tahun dariku dan Zie zie yang sepantaran dengan Rayya, Zidan. Kami berjalan kaki menelusuri desa, melewati rumah-rumah warga dan tidak jarang menyapa warga yang sudah bersiap untuk melakukan aktivitas di pagi hari.

Hamparan sawah yang begitu luas sudah dapat terlihat dengan jelas, sudah cukup lama aku tidak merasakan momen ini. Cantik sekali, landscape hamparan sawah yang dilengkapi dengan dua gunung dari kejauhan, serta petani-petani yang sedang beraktivitas terasa menyambut kedatangan kami. Aku banyak merekam dan mengambil foto momen sederhana yang akan sangat jarang kudapati kembali dalam waktu singkat. Rayya berjalan sangat cepat, mungkin karena sudah terbiasa ikut naik gunung bersama bapaknya, yaitu Om Harjoto. Zidan berjalan tepat tidak jauh dibelakang Rayya sambil melihat hewan-hewan kecil disekitar sawah, arief dan zie berjalan tepat di depanku, sementara aku ada di paling belakang karena asik mengabadikan momen sederhana ini.

Setelah puas berkeliling, cacing-cacing di perut kami sudah mulai bernyanyi. Menandakan, kami harus segera sarapan. Di perjalanan pulang, kami bertemu dengan warga setempat yang sedang berolahraga pagi di sekitar sawah, melihat pasangan berjogging hingga warga setempat yang mengayuh sepeda ontelnya. “Selamat pagi, semangat-semangat” ucap pakde yang lewat dengan sepeda ontelnya, menyapa kami sambil tersenyum.
Sesampainya di rumah, Sebagian dari kami ada yang bergegas untuk mandi dan ada yang memilih untuk sarapan terlebih dahulu. Setelah mandi dan sarapan, kami berencana untuk menelusuri Kota Solo pada pukul 9 pagi, sudah ada beberapa destinasi yang akan kami kunjungi, yaitu Keraton Surakarta, Masjid Sheikh Zahed, Pura Mangkunegaran, dan bersilaturahmi ke rumah saudara-saudara lain yang ada di Solo.

Destinasi pertama, yaitu Keraton Surakarta. Aku bersama saudaraku, Alya bersiap mengganti pakaian kami dengan kebaya. Kami bersama keluarga yang lain berfoto dengan Prajurit Keraton Surakarta, setelahnya kami menikmati kuliner yang ada di sekitar keraton, cukup murah, aku menikmati soto segar lengkap dengan nasinya hanya 12 ribu, serta saudara-saudaraku menikmati somay dan es cendol.
 
Tidak terasa sebentar lagi memasuki waktu sholat dzuhur, kami memutuskan untuk menunaikan sholat dzuhur di Masjid Sheikh Zahed, Masjid ini telah diresmikan sejak 14 November 2022 oleh Presiden Joko Widodo bersama Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Megah, luas, dan ramai karena memang saat itu bertepatan dengan tanggal merah. Walaupun remain, keamanan dan ketertiban sangat tertata karena ada banyak petugas laki-laki maupun perempuan yang bertugas. Mulai dari memasuki ruang wudhu yang berada sampai dengan selesai sholat ada petugas perempuan yang mengatur jamaah perempuan. Selesai sholat, ibu sangat semangat untuk berfoto seakan-akan matahari yang terik terasa sangat sejuk bagi ibu. Aku pun bersemangat juga untuk membantu mengabadikan momen tersebut.

Tidak lama, kami sekeluarga bergegas untuk ke destinasi ketiga, yaitu Pura Mangkunegaran. Sesampainya disana, banyak pengunjung yang sudah bersiap dengan pakaian kebaya nya, sama sepertiku dan Alya. Dugaanku benar, akan banyak pengunjung yang memakai kebaya juga, karena Pura Mangkunegaran sangatlah cantik. Kami membayar tiket masuk sebesar 30 ribu dan ditemani dengan tour guide yang dikenakan tarif seikhlasnya. Setelah puas berkeliling dan berfoto ditemani dengan cerita sejarah Mangkunegaran oleh tour guide tidak terasa ternyata kami sudah berkeliling kurang lebih selama 2 jam di dalam Pura Mangkunegaran.
Setelah itu sebelum bersilaturahmi ke rumah keluarga-keluarga yang ada di Solo, kami mengisi tenaga di rumah makan terlebih dahulu.

Sebelum hari semakin sore, kami bergegas pergi bersilaturahmi ke rumah keluarga-keluarga.Tidak terasa hari sudah malam, ditengah perjalanan menuju pulang, terlintas dibenak bulek ku untuk mengajak aku ke Jogja esok hari, mengingat Solo-Jogja dapat ditempuh hanya 1 jam dengan KRL. Tanpa berpikir Panjang, aku langsung setuju, sebetulnya bulek ku sudah tahu bahwa aku sangat ingin ke Jogja karena seumur hidup aku belum pernah berkunjung ke Kota Pelajar tersebut.

Aku menghubungi saudara kami yang sedang menempuh pendidikan di Jogja, yaitu Mas Arif. Mengabari bahwa aku beserta yang lain berencana pergi ke Jogja besok pagi dengan KRL, Mas Arif pun merespon dengan sangat baik dan bersedia untuk menjemput kami. Sebelumnya memang Mas Arif pernah bilang, “kalau mau ke Jogja jangan lupa kabari, nanti taka jak keliling-keliling”.

Malam harinya aku mengabari Mas Mizan yang sedang menempuh pendidikan juga di Jogja, namun kami tidak bisa bertemu karena ia sedang sakit dan pulang ke Jakarta untuk beristirahat, “Aku di Jakarta kamu di Jogja, Aku udah di Jogja kamu di Jakarta”, sedikit komedi tapi begitu kenyataannya.

Selepas subuh kami sudah siap untuk menuju pergi ke Jogja dimulai dari Stasiun Palur, Solo. Kami membeli tiket kereta melalui aplikasi GoJek, cukup kaget karena hanya dengan 8 ribu rupiah kami sudah bisa sampai Jogja. Memasuki gerbong kereta, aku cukup kaget karena lumayan berbeda dengan KRL yang ada di Jakarta. Kereta dengan dominan warna merah dan putih ini terasa seperti baru, dengan kursi yang empuk, langit-langit kereta tidak begitu tinggi, dan aku tidak mengira bahwa di dalam kereta akan sangat dingin, jadi jangan lupa siap sedia jaket ya!

Ada perasaan haru dan gembira saat kereta hampir sampai di tujuan akhir, Stasiun Tugu, Yogyakarta. Kota yang selalu ingin aku kunjungi, tapi tidak pernah terlaksana karena satu dan lain hal. Hari ini, Senin, 11 Maret 2024, Bulek Endang membantu aku untuk mewujudkannya. Keluar stasiun, sudah ada Mas Arif yang menyambut kami. Tidak hanya menjemput, Mas Arif juga siap memandu perjalanan kami selama seharian di Jogja. Perjalanan pertama kami tempuh dengan berjalan kaki karena Stasiun Tugu sangat berdekatan dengan Malioboro. Sampai juga di salah satu tempat ikonik di Jogja, tiang penunjuk jalan berwarna hijau yang bertuliskan Malioboro, tanpa berlama-lama, aku langsung berfoto.

Selanjutnya kami bergegas ke Pasar Beringharjo untuk mencari sarapan, sesampainya disana kami memilih warung makan soto. Soto di Jogja cukup berbeda dengan soto yang biasa aku santap di Bogor ataupun Jakarta, tetapi masih sama enak dan segarnya. Setelah kenyang sarapan, mengingat jumlah kami 6 orang, kami memutuskan menyewa mobil untuk mempermudah mobilitas kami selama seharian di Jogja. Menyewa mobil cukup terjangkau, hanya sekitar 300 ribuan.
  
Destinasi selanjutnya, kami menuju Kampung Wisata Taman Sari, yang tidak hanya terdapat kolam pemandian tetapi kaya akan sejarahnya. Pada awalnya kami tidak ingin memakai tour guide, tetapi karena cukup luas, akhirnya kami memutuskan untuk memakai tourguide. Selesai berkeliling Kampung Wisata Taman Sari di tengah panasnya Jogja di siang hari karena sudah memasuki waktu dzuhur kami memutuskan untuk sholat di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 29 Mei 1773. Setelah sholat kami mengisi perut dengan menyantap nikmatnya Mie Sapi Gajahan dilengkapi dengan pangsit chili oil yang siap menambah kenikmatan.

Sekiranya pukul 2 siang, saat perut sudah terisi kami bergegas ke destinasi selanjutnya, yaitu Museum Sonobudoyo, museum unik yang tidak hanya menyimpan koleksi sejarah, tetapi juga memadukan permainan tradisional dengan teknologi VR. Setelah puas berkeliling dan melihat-lihat koleksi sejarah, awalnya kami ingin menyewa baju khas Jogja yang disewakan di museum tersebut, tetapi tidak jadi karena sudah banyak pengunjung yang antri dan reservasi terlebih dahulu, kurang lebih 80 antrian.
  
Menjelang sore, kami memutuskan untuk menikmati vibes Kota Jogja di Kebon Ndalem Coffe yang berlokasi tepat di dekat Tugu Jogja. Dengan menyantap menu favorit, Spaghetti aglio olio sambil menikmati kendaraan yang berlalu-lalang di Tugu, lengkap sudah salah satu wishlist ku. Hari semakin sore, setelah cukup kenyang, sholat ashar di cafe, dan selesai berfoto-foto, mengingat long week yang telah usai kami memutuskan untuk kembali ke Kota Solo karena besok pagi kami harus segera pulang ke Jakarta.

Walaupun perjalanan ini sangat singkat, aku akan selalu mengingatnya. Ditengah lajunya kereta menuju Stasiun Palur, lagu “Sesuatu di Jogja – Adhitya Sofyan” yang menjadi lagu favoritku sejak duduk dibangku SMP, berhasil menemani syahdunya perjalananku meninggalkan Jogja. Jangan bersedih, aku akan segera kembali ke kota ini, Yogyakarta.

 

 

Komentar