Senin, 29 April 2024 | 02:17
TRAVELLING

Pohon Keramat, Kemenyan dan Hamirung Tumbuh Besar di atas Hamparan Batu Gunung Padang

Pohon Keramat, Kemenyan dan Hamirung Tumbuh Besar di atas Hamparan Batu Gunung Padang
Pohon Hamirung dan Pohon Kemenyan (Dok Askara)

ASKARA - Gunung Padang di Cianjur memang dikenal sebagai situs purbakala yang menyimpan banyak misteri. Situs ini telah menarik perhatian para arkeolog dan sejarawan karena strukturnya yang kompleks dan usia yang diperdebatkan. Beberapa teori menyatakan, Gunung Padang adalah situs megalitikum yang dibangun ribuan tahun lalu, sementara teori lain mengklaim bahwa struktur tersebut adalah hasil dari aktivitas geologi alami. 

Keberadaan punden berundak Gunung Padang di ketinggian 885 mdpl dengan luas areal sekitar 3 hektar, terdiri dari 5 teras dengan 378 anak tangga memang menyimpan sejuta misteri. Salah satunya keberadaan 2 pohon besar di teras 2. 

Menurut Juru Pelihara Gunung Padang, Nanang, kedua jenis pohon itu adalah Pohon Kemenyan dan Pohon Hamirung. Seakan melengkapi penciptaan Adam dan Hawa, di mana Pohon Kimenyan perlambang lelaki dan Hamirung atau Irung sebagai perlambang perempuan.

"Uniknya, setiap musim tertentu, daun kedua pohon ini tumbuh silih berganti. Jika daun Kemenyan berguguran maka daun Hamirung bertumbuh dan sebaliknya," jelas Nanang.

"Di sini udaranya bagus dan bersih, banyak kadar oksigen sehingga membuat kita cepat pulih dari rasa capek usai mendaki," tambah Nanang. 

Dijelaskan, Gunung Padang selain sebagai obyek wisata yang luar biasa, juga menjadi obyek olah spiritual bagi sejumlah kalangan karena daya atau energi yang menyelimuti dan memancar dari Gunung Padang dianggap sebagai sesuatu hal yang baik atau positip.

"Gunung Padang bila dilihat dari sejarahnya terdapat beberapa kerajaan yang berhubungan dengan kerajaan di Jawa Barat, salah satunya Kerajaan Siliwangi," ungkap Nanang yang menjabat Koordinator Juru Pelihara Gunung Padang atau Kepala Polisi Khusus Situs Sejarah Gunung Padang.

Letak kedua pohon besar, Kemenyan dan Hamirung ada di pinggir teras kedua, tumbuh tegak seakan menunjukan kewibawaannya. Pohon ini dibatasi tali agar tidak ada yang melewati kecuali keperluan khusus seperti pelaku spiritual. Untuk masuk ke areal bawah pohon, para pengunjung harus melepas alas kaki.

"Bila ingin bermeditasi di bawah pohon besar ini, sebaiknya di atas jam 12 malam, karena di bawah jam 12 malam masih banyak CO2 yang dihasilkan oleh pohon besar ini sehingga dapat membuat halusinasi," jelas Nanang.

"Keberadaan kedua pohon di daerah ini hanya ada di Gunung Padang," kata Nanang.

Secara logika, tidak mungkin kedua pohon dengan batang besar bisa tumbuh tinggi di atas hamparan bebatuan columnar jointing berupa batuan andesit, batuan basal, dan batuan granit. Namun alam punya kuasa sehingga kedua pohon itu dapat tumbuh berdampingan seperti satu batang pohon, layaknya suami istri.

Menurut literatur yang didapat, Pohon Kemenyan adalah pohon penghasil getah kemenyan. Pohon kemenyan merupakan salah satu pohon asli Indonesia. Tumbuhan ini tersebar alami di pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Resin (getah kemenyan) yang dihasilkan dari tanaman ini telah diperdagangkan sejak 5.000 tahun silam. 

Bersama dengan barus, kemenyan telah menjadi komoditi andalan nusantara sejak beratus tahun silam. Getah kemenyan yang diperdagangkan untuk kebutuhan mistik, medis, hingga kosmetik ini dihasilkan oleh tanaman dari famili Styracaceae genus Styrax. 

Sementara, Pohon Hamirung berasal dari hutan tropis Kalimantan. Pohon ini memiliki keunikan karena dianggap sebagai pohon yang keramat oleh suku Dayak di Kalimantan. Konon, pohon ini memiliki banyak mitos dan cerita rakyat yang terkait dengan keberadaannya. Orang-orang setempat percaya bahwa pohon ini memiliki kekuatan spiritual dan memiliki peran penting dalam kehidupan mereka. Mitos dan cerita seputar Pohon Hamirung menciptakan aura misteri dan menarik minat banyak orang untuk mengunjunginya.

"Bukan suatu kebetulan bila kedua pohon spiritual itu tumbuh di atas situs yang dianggap sebagai tempat terhubungnya antara Sang Pencipta dengan ciptaannya, yang notabene adalah mahluk spiritual, terdiri dari tubuh, jiwa dan roh," kata salah satu pengamat spiritual, Dar Edi Yoga, Rabu (20/3).

Dikatakannya, alam semesta dan hukum-hukum yang ada didalamnya, merupakan sekolah yang baik bagi pembinaan watak manusia.

 

 

Komentar