Senin, 29 April 2024 | 04:28
COMMUNITY

Aktivis Perlindungan Hewan Ajak Masyarakat Desak Melia Hotel Penuhi Janji Cage-Free

Aktivis Perlindungan Hewan Ajak Masyarakat Desak Melia Hotel Penuhi Janji Cage-Free
Aktivis Perlindungan Hewan dari AFJ dan AFFA mengajak masyarakat dsak Meliá Hotel memenuhi janji cage-free (Dok AFJ)

ASKARA - Sebagai lanjutan dari kampanye “Heartless Hospitality” yang diluncurkan oleh Animal Friends Jogja (AFJ) dan Act For Farmed Animals (AFFA) bersama dengan Open Wing Alliance (OWA), sebuah koalisi yang terdiri dari hampir 100 organisasi di 72 negara di enam benua, awal Maret lalu, hari ini AFJ dan AFFA masing-masing menggelar aksi di depan Meliá Hotel yang berlokasi di Yogyakarta dan Jakarta dengan membagikan selebaran kepada para pengguna jalan.

Di Jakarta, aksi diadakan di Gran Meliá Jakarta bersama empat aktivis; di Yogyakarta, aksi diadakan di depan Hotel Meliá Purosani bersama tujuh aktivis. Beberapa aktivis di Yogyakarta juga memberikan selebaran kepada staf yang berada di Melia Hotel. Selebaran yang dibagikan berisi fakta tentang penderitaan ayam petelur di dalam kandang baterai dan bagaimana Meliá Hotel, sebagai grup manajemen hotel global, tidak menepati janji komitmen bebas sangkar (cage-free) mereka.

Meliá Hotel berjanji untuk 100% menyingkirkan telur kandang baterai dari rantai pasokan mereka di tahun 2025, namun mereka mengubah tenggat waktunya menjadi tahun 2026 dengan hanya menyertakan sebagian hotel dari komitmen globalnya, yaitu untuk semua properti yang dimiliki dan disewakan, tanpa menerapkannya di properti yang dikelola dan diwaralabakan.

Kampanye Heartless Hospitality menyoroti kesenjangan mencolok antara janji perusahaan, transparansi, dan progres nyata, serta mengikuti peluncuran laporan terbaru mengenai kesejahteraan hewan secara luas: Fair and Fowl: Global Travel Edition. Laporan tersebut mengkaji kesenjangan etika dalam industri travel, dengan mengungkap perusahaan-perusahaan yang sebelumnya berjanji untuk menyediakan 100% telur bebas sangkar dalam rantai pasokan mereka, namun menolak untuk mengungkapkan progresnya secara publik.

“Banyak perusahaan perhotelan terkemuka di dunia telah menerapkan sistem bebas sangkar dan mendapatkan 100% telur bebas sangkar dalam rantai pasokan mereka, termasuk JetBlue, Dorchester Collection, Motel One, dan Starhotels,” ungkap Dhiani Probhosiwi, Manajer Kampanye dari Animal Friends Jogja dalam keterangan yang diterima, Kamis (20/3).

Beberapa negara di Eropa telah melarang penggunaan kandang baterai secara keseluruhan, seperti Austria, Luksemburg, dan Swiss, dan banyak negara lain telah memberlakukan undang-undang yang akan mulai berlaku pada tahun-tahun mendatang. Di Amerika Serikat, sebelas negara bagian telah melarang penggunaan kandang baterai untuk ayam petelur, termasuk Arizona, California, Colorado, Massachusetts, Michigan, Nevada, Ohio, Oregon, Rhode Island, Utah, dan Washington.

Sekitar 80% ayam petelur hidup di kandang yang kecil dan sempit sehingga tidak bisa mengekspresikan perilaku alaminya seperti melebarkan sayap sepenuhnya, bertengger, atau mengais tanah. Sistem kandang baterai dapat meningkatkan stres, resiko penyakit reproduksi, dan kesehatan tulang yang buruk pada ayam petelur.

Mengapa Sistem Telur Bebas Sangkar?

Saat ini para konsumen di seluruh dunia telah menuntut praktik etis dan akuntabilitas perusahaan, sehingga investor pun semakin memprioritaskan perusahaan dengan kinerja ESG yang lebih baik. Hingga saat ini, lebih dari 2.500 perusahaan terbesar di dunia telah berkomitmen untuk menghapuskan kandang dari rantai pasokan mereka, dan hampir 1.200 di antaranya telah menyelesaikan transisi bebas sangkar.

“Permintaan konsumen akan telur bebas sangkar semakin meningkat, seiring dengan keinginan akan transparansi perusahaan, standar pangan yang etis, dan investasi ESG. Merek hotel di seluruh dunia mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghapuskan kandang baterai yang kejam dan ketinggalan zaman dari rantai pasokan mereka,” kata Elfha Shavira, Manajer Kampanye dari Act for Farmed Animals.

“Meliá Hotels seharusnya mampu melaporkan progres mereka secara publik. Sebagai perusahaan perhotelan global, mereka perlu mendengarkan konsumen sebelum tertinggal jauh dari pesaing-pesaingnya, dan sebelum dianggap tidak mematuhi undang-undang yang berkembang di berbagai negara yang telah melarang praktik-praktik ini,” lanjutnya.

 

Komentar