Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:35
TRAVELLING

Melarikan Diri dari Stres dengan Berkemah di Bukit Cita-Cita

Melarikan Diri dari Stres dengan Berkemah di Bukit Cita-Cita
Bukit Cita-Cita di Cisarua, Bogor (Dok Adventureaja)

Oleh: Novita Lestiani 

Mahasiswi Program Studi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB
 
ASKARA - Sebagai mahasiswa, kehidupan sehari-hari seakan terus beriringan dengan deadline, tugas proyek, dan presentasi yang tidak ada habisnya. Begitu juga dengan kehidupan perkuliahanku yang membuat jiwa dan ragaku menjerit meminta liburan. Selama proses menjalani proses perkuliahan di semester 2, aku sangat bersemangat menyelesaikan tugas dan proyek besar yang diberikan. Bukan karena sangat tertarik atau menyukai tugasnya, namun karena aku sudah tidak sabar untuk berlibur. Berlibur ke tempat yang hijau dan menyegarkan menjadi whislist-ku saat itu yang akhirnya terwujud. Perjalanan yang penuh warna itu akan aku bagikan kepada kalian melalui tulisan ini. 

Tempat yang hijau dan menyegarkan menjadi pilihan yang tepat untuk melepaskan segala stres dan penat selama menjalani proses perkuliahan. Saat itu, aku dan kelima teman-temanku yang terdiri dari 2 orang perempuan lainya dan 3 orang laki-laki memilih bukit untuk menjadi tempat berlibur kami. Namun, kami pikir kurang berkesan rasanya jika pergi ke bukit hanya selama satu hari. Oleh karena itu, kami berencana untuk berkemah selama 3 hari 2 malam di salah satu bukit yang berlokasi Cisarua, Bogor, yaitu Bukit Cita-Cita. Kami merencanakan perjalanan tersebut ketika sedang menjalani Ujian Akhir Semester (UAS). Selama UAS, setengah pikiran kami sudah berada di bukit sana. Kami bahkan merencanakan untuk langsung pergi ke bukit setelah UAS hari terakhir selesai, saking tidak sabarnya.

Sebelum hari itu tiba, kami sudah mulai mempersiapkan segala keperluan untuk berkemah. Persiapan tersebut kami awali dengan membagi tugas tanggung jawab untuk membawa segala keperluan kemah. Saat itu, tidak banyak barang yang kami bawa karena properti kemah seperti tenda dan alat masak sudah kami sewa dari orang lain. Kami lebih banyak membawa keperluan pribadi, seperti selimut, camilan, alat mandi dan ibadah, dan lain sebagainya. Semua kebutuhan yang perlu kami bawa sudah siap sebelum hari keberangakatan kami ke Bukit Cita-Cita tiba. 

Hari itu akhirnya tiba. Pada tanggal 16 Juni 2023 pukul 16.30, kami mulai berangkat ke Bukit Cita-Cita dengan mengendarai motor. Saat itu, kami menggunakan 3 motor yang masing-masing ditumpangi oleh 2 orang. Perjalanan kami lancar hingga akhirnya di tengah perjalanan kami diguyur hujan yang cukup deras. Namun, hujan itu tidak menghalangi kami untuk terus melanjutkan perjalanan. Selain hujan, kami juga menemukan hambatan lainya, yaitu tersesat di tengah hutan. Tidak sampai 10 menit, akhirnya kami menemukan jalan yang benar dan kembali melanjutkan perjalanan. Aku tidak menyangkan jika perjalanan menuju Bukit Cita-Cita harus melewati jalan yang hampir dipenuhi oleh pohon besar. Namun, aku juga sangat menikmati perjalanan tersebut yang menyejukan. 

Setelah 1 jam 15 menit kami menempuh perjalanan, akhirnya kami tiba di kaki Bukit Cita-Cita. Tidak begitu ramai saat itu. Kami langsung membeli tiket berkemah setibanya di sana. Setelah mendapatkan tiket, kami mulai naik ke atas bukit dengan membawa berbagai perlengakapan yang cukup banyak. Selama perjalanan naik ke atas bukit, kami dihibur oleh salah satu teman kami yang membawa perlengkapan paling banyak. Perlengkapanya Ia masukkan ke dalam 1 kantong plastik besar berwarna merah dan Ia membawa kantong tersebut dengan cara memanggulnya. Hal itu terlihat persis seperti penculik yang mengantongi anak-anak. 

Setelah 15 menit naik, kami baru sampai di tengah bukit dan sudah cukup kelelahan. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk istirahat sejenak. Kami melanjutkan perjalanan dengan motivasi dari salah satu teman kami yang terus mengatakan bahwa perjalanan tinggal 10 menit lagi. Namun, setelah 30 menit berlalu, kami belum kunjung sampai. Enam orang mahasiswa yang biasanya duduk di kelas, saat itu sedikit kesulitan untuk mendaki bukit dengan track yang cukup licin karena lokasi saat itu baru saja diguyur hujan. 

Setelah perjalanan yang melelahkan, kami akhirnya tiba di area perkemahan. Area yang kami pilih sebenarnya belum benar-benar sampai di puncak bukit. Namun, karena kami, terutama para perempuan sudah cukup kelelahan, kami memutuskan berkemah di di area tersebut. Kami, lebih tepatnya 3 orang teman laki-lakiku mulai membangun 2 buah tenda untuk 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan dengan langit yang sudah mulai gelap.

Setelah tenda kami berdiri, kami mulai merapikan barang-barang dan bersiap untuk makan malam. Aku dan kedua 2 orang teman perempuanku menyiapkan 6 porsi mie instan untuk makan malam kami di hari pertama kemah. Namun, saat hendak mamasak air, aku terkejut ketika melihat kompor yang sudah kami sewa berukuran sangat kecil, hanya sebesar mangkuk. Jadi, kami tidak dapat memasak air sekaligus karena ukuran kompor yang sangat kecil.

Setelah hampir 20 menit kami memasak air, akhirnya makanan kami siap. Malam itu, aku sangat senang karena dapat menikmati makan malamku dengan pemandangan lampu kota, langit, dan gunung yang indah. Malam itu semakin indah karena aku bersama teman-temanku yang sangat menyenangkan. 

Kami tidak banyak beraktivitas malam itu. Setelah menikmati makan malam, kami langsung merapikan alat makan dan langsung masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Seperti udara di bukit dan gunung lainya, malam itu di Bukit Cita-Cita udaranya sangat dingin. Aku sampai menggunakan 2 jaket dan 1 selimut untuk mendpatkan kehangatan. Namun, udara dingin di bukit ini tetap menembus masuk ke dalam tubuhku. Walaupun begitu, aku dan teman-temanku tetap tidur dengan nyenyak malam itu. 

Sebelum tidur semalam, kami berencana untuk bangun pukul 5 pagi agar dapat melihat sunrise. Namun, rencana tetaplah rencana. Kami bangun pukul 8 pagi sudah tidak ada lagi sunrise. Akhirnya, kami hanya menatap pemandangan pagi hari dari atas bukit yang tidak kalah indah dari pemandangan malam hari. Burung-burung berkicauan, pohon-pohon yang bergoyang terkena angin, dan pegunungan yang terlihat berwarna biru dari atas bukit ini. Sungguh pagi hari yang menenangkan, apalagi sudah tidak ada tugas atau deadline yang perlu kami pikirkan. 

Hari kedua ini, kami memakan bubur instan sebagai sarapan. Tidak seperti semalam, kali ini teman-teman laki-lakiku yang memasak. Aku tidak berharap banyak kepada rasa bubur yang ketiga temanku masak ini, dan benar saja, rasanya sedikit random. Buburku terasa sangat asin. Namun, bubur salah satu temanku yang lain sangat hambar dan hanya terasa panas. Sebelumnya, aku dan 2 orang teman perempuanku sempat mengomeli mereka. Kami heran dengan bagaimana mereka memasak semua ini. Bubur instan ini sudah memiliki takaran bumbu yang jelas di setiap bungkusnya. Namun, entahlah apa yang mereka lakukan hingga rasanya begini. Hal itu menjadi lucu dalam proses perkemahan kami. Kami tidak dapat menyalahkan mereka juga karena sebenarnya saat aku dan 2 orang teman perempuanku bangun tidur dan keluar dari tenda, makanan itu sudah tersaji dan siap dinikmati. Andai kami bisa bangun lebih awal, pagi indah ini tidak akan diwarnai oleh bubur asin dan hambar. 

Usai sarapan, kami kembali merapikan alat makan. Namun setelah itu, kami kebingungan harus melakukan apa. Kami ingin berjalan-jalan mengelilingi bukit, namun kami pikir lebih nyaman untuk bersantai sambil tidur menatap pemandangan langit, gunung, dan pepohonan di bawah sana. Sampai siang hari, kami hanya bermalas-malasan menikmati waktu dan pemandangan di sini. Kami melihat orang-orang di tenda lain sudah senam pagi dan berjalan-berjalan, namun berbeda dengan tenda kami yang hening karena semuanya hanya diam, bahkan ada yang kembali tertidur. Perkemahan ini benar-benar dijadikan istirahat namun dengan tempat dan suasana yang lebih segar. 

Bosan rebahan, kami pergi ke pusat listrik untuk mengisi daya handphone kami. Di sana, kami sangat terhibur karena dapat melihat pemandangan yang sedikit berbeda dari pemandangan di tenda kami. Di sana, kami mengisi daya sambil melihat bunga-bunga yang tumbuh di area yang lebih rendah dari tempat kami. Kami juga melihat beberapa monyet sedang bermain di dahan pohon yang berada di depan tempat kami mengisi daya. Kami duduk di sana selama hampir 2 jam hingga handphone kami terisi penuh. 

Setelah itu, kami kembali ke tenda untuk merencanakan makan siang. Saat itulah, momen kocak lainya terjadi. Alih-alih memasak nasi, telur, dan mie instan, kami malah turun ke kaki bukit dan membeli nasi padang untuk makan siang kami. Saat itu, 2 orang teman kami turun untuk membeli makan siang. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh kalian yang sudah mulai kelaparan karena turun dan keluar dari hutan untuk membeli nasi padang dan naik kembali ke bukit membutuhkan waktu yang cukup lama hingga kami harus menikmati makan siang kami di sore hari. 

Selesai makan siang, kami kembali kebingungan harus melakukan apa. Akhirnya, kami bermain game tebak-tebakan yang dimainkan secara berpasangan. Permainan itu cukup membuat tenda kami dipenuhi gelak tawa. Kami menikmati sore hari dengan permainan tersebut hingga akhirnya kami harus kembali ke pusat listrik untuk mengisi daya handphone kami dan bertemu dengan para monyet di sana. 

Hari mulai gelap, kami kembali ke tenda dan mulai menyalakan api untuk menghangatkan tubuh. Malam itu, kami kembali menikmati pemandangan malam dari bukit yang sangat menakjubkan. Malam ini terasa lebih indah karena ditemani oleh api unggun dan beberapa jokes dari teman-temanku. Malam ini, kami juga ditemani oleh musik yang tersambung ke pengeras suara dan membuat kami bernyanyi bersama. 

Tidak ada makan malam untuk hari ini karena nasi padang yang kami makan sore tadi masih belum beranjak dari perut kami sepertinya. Karena itu, kami hanya menikmati camilan sambil mengobrol dan bernyanyi bersama. Kami sangat menikmati mala mini karena menyadari bahwa besok kami sudah harus turun dan pulang ke rumah masing-masing. 

Malam yang menyenangkan sudah kami lewati. Saatnya tidur dan mempersiapkan diri untuk turun dan pulang esok hari. Sama seperti kemarin, rencana kami untuk melihat sunrise lagi-lagi gagal karena kami terlambat bangun. Namun, yang menenangkan adalah pagi itu akhirnya tidak ada lagi bubur aneh yang dimasak oleh teman laki-laki kami. Pagi itu kami sarapan dengan mie instan lagi karena hanya itu makanan kami yang tersisa. Setelah sarapan dan merapikan alat makan, kami kembali ke pusat listrik untuk mengisi daya handphone kami. Setelah itu, kami bersiap menurunkan tenda dan mengemas barang-barang kami sebelum pulang. 

Ketika semua sudah rapih dan siap turun, kami mengambil beberapa foto bersama dan merekan beberapa video TikTok. Setelah itu, kami kembali turun dan memulai perjalanan pulang. Selama perjalanan pulang, aku menikmati pemandangan hijau yang menyegarkan sebelum kami memasuki jalan raya yang dipenuhi oleh hiruk pikuk kendaraan. Ini adalah pengalaman pertamaku berkemah bersama teman-teman.

Perjalanan berkemah di Bukit Cita-Cita sangat berkesan untukku. Walaupun selama di sana, kami lebih sering menghabiskan waktu untuk mengisi daya handphone, melihat monyet, dan tidur di tenda. Bukit Cita-Cita sangat tepat untuk dijadikan tempat refreshing. Pemandanganya yang menakjubkan dan udaranya yang menenangkan dapat membantu menghilangkan stres yang kalian rasakan. Jadi, untuk kalian yang saat ini sedang penat-penatnya, yuk buat rencana untuk kemah di Bukit Cita-Cita!

Harganya juga sangat terjangkau, hanya Rp25.000 untuk satu malam. Jadi, kemarin aku menghabiskan Rp50.000 untuk berkemah selama 2 malam 3 hari. Eits! Namun, harga tersebut belum termasuk perlengkapan kemah sepeti tenda dan kompor, ya! Kalian dapat menyewa tenda di tempat terpisah. Lebih baik lagi, jika kalian sudah memiliki tenda karena tidak perlu menyewa. 

Komentar