Minggu, 28 April 2024 | 14:33
OPINI

Hilangnya Budaya Malu Menjadikan Politik Tanpa Etika di Indonesia

Hilangnya Budaya Malu Menjadikan Politik Tanpa Etika di Indonesia
KRH Aryo Gus Ripno Waluyo

Oleh: KRH Aryo Gus Ripno Waluyo, SE, SP.d, S.H, C.NSP, C.CL, C.MP, C.MTh *)

ASKARA -Budaya malu adalah suatu nilai tradisional yang dikembangkan masyarakat untuk mengatur hubungan interaksi di antara anggota keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. 

Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan yang rendah atau kurang sopan. 

Agama Islam memerintahkan pemeluknya memiliki sifatmalu karena dapat meningkatkan akhlak seseorang menjadi tinggi.

Islam menempatkan budaya sifat malu sebagai bagian dari keimanan seseorang. Orang yang beriman pasti memiliki sifat malu dalam menjalani kehidupan. 

Orang yang tidak memiliki sifat malu berarti seseorang bisa dikatakan tidak memiliki iman dalam dirinya meskipun lidahnya mengatakan beriman.

Dalam membina perilaku yang sesuai norma dalam kehidupan sehari hari dengan membina sikap dan budaya salah satunya budaya malu apa itu budaya malu. 

1. Budaya malu, yaitu sikap malu jika melanggar aturan. Misalnya, malu datang terlambat hadir di sekolah. 

2. Budaya tertib, yaitu membiasakan bersikap tertib di mana pun kalian berada.

Manfaat Sikap Malu. 

a) Mencegah dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah Swt. 

b) Mendorong berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah Swt. akan mendorong seseorang berbuat kebaikan.

Tanda dan gejalanya pun juga berbeda. Rasa malu dapat muncul ketika seseorang merasa bahwa dirinya sedang diperhatikan atau terpapar perhatian dari orang lain dan merasa bahwa dirinya tidak mampu memenuhi ekspektasi atau standar yang diharapkan oleh orang-orang tersebut.

Dalam budaya malu, moral dipengaruhi oleh orang lain, namun sikap individu harus didukung budaya bersalah yang muncul secara hati nurani dan rasa tanggung jawab. 

Budaya malu ini bisa compatibel dengan demokrasi karena mensyarakatkan transparansi dan pertanggungjawaban pada publik, katakanlah pejabat publik harus memenuhi ekspektasi rakyat. 

Dan budaya malu juga penting dikembangkan dalam masyarakat demokratis sebagai kontrol kepada penguasa,

Hilangnya budaya malu dalam masyarakat demokratis ada dua arti, yang pertama lemahnya kontrol publik terhadap penguasa atau bebalnya penguasa yang tak tahu malu, 

Budaya malu adalah malu berbuat dosa, malu berbuat salah, malu berbuat yang memalukan karena bukankah budaya malu sebagai indikator adanya harga diri dan integritas.

Dunia yang saat ini sangat terbuka, membuat masyarakat musti berani untuk bersalah namun tidak berbohong. Budaya malu bukan berarti pemalu dan kurang percaya diri, tetapi malu saat melakukan hal-hal yang buruk dan malu saat kurang sopan santun pada semua orang.

Integritas dan etika moral menjelang masa pemilu. Hilangnya rasa malu di antara calon peserta pemilu dapat menyebabkan penurunan integritas, transparansi, dan akuntabilitas, yang pada gilirannya dapat mengganggu kepercayaan masyarakat dan menghambat perkembangan yang berkelanjutan. 

Sifat ketamakan ini mendorong mereka melakukan berbagai cara untuk menggelapkan uang negara di berbagai kementerian dan lembaga. semakin banyaknya politisi Senayan terlibat tindak pidana korupsi menggambarkan sifat ketamakan menguasai diri para politisi. 

Sesungguhnya para politisi ini sudah tamak dan ketamakan ini sudah menguasai diri mereka, dengan berbagai cara mereka melakukan korupsi, 

Budaya Malu Politisi Indonesia Rendah. budaya malu masih menjadi persoalan di negeri ini terutama dalam diri politisi yang diduga ikut terlibat dalam tindak pidana korupsi atau kejahatan. 

Meskipun nama sudah disebutkan dalam dakwaan jaksa mereka masih merasa seperti tidak bersalah.

Di negara-negara maju lanjutnya, pihak-pihak diduga terlibat korupsi dan tindak kejahatan, meskipun belum ada putusan pengadilan sudah mengambil sikap mundur diri dari jabatannya. Justru sikap seperti ini terjadi di Indonesia. (GRW )

 *) Budayawan, Penulis, Spiritualis, Advokat, Ketua DPD Jatim PERADI Perjuangan

Komentar