Selasa, 07 Mei 2024 | 21:03
OPINI

Sinau Andap Asor, Rendah Hati adalah Nilai Luhur Budaya Bangsa Kita

Sinau Andap Asor, Rendah Hati adalah Nilai Luhur Budaya Bangsa Kita
Ilustrasi Presiden Jokowi ketika bertemu orang yang lebih tua (Dok Dhimas Jusuf)
Oleh: JB Djoko Suhono *
    
ASKARA - Walaupun mudah diucapkan, namun tidak mudah dilaksanakan. Karena kita manusia paling senang dipuji dan menjadi  sombong serta suka menonjolkan diri, apalagi jika merasa memiliki kelebihan. Dan bisa masuk dalam perangkap roh arogansi. Dan akhirnya menjadi orang yang arogan. 
 
Orang yang arogan adalah orang yang merasa paling pintar dan paling hebat,  sehingga susah untuk belajar dari orang lain, dan tidak memiliki  kerendahan hati.  Orang yang arogan biasanya menonjolkan superioritasnya dan suka menghakimi orang lain. 
 
Sudah terbukti dalam beberapa kasus di dunia ini, contohnya seorang Presiden Brazil yang bernama Tancredo Neves. Selagi kampanye ia berkata, "Bila mendapat 500.000 suara dari anggota partai saya, maka tidak ada yang dapat mendepak saya dari posisi Presiden, bahkan Tuhan sendiri pun tidak! Akhirnya ia mendapat 500.000 lebih suara, tetapi sehari sebelum peresmian jabatannya ia sakit dan meninggal dunia.  
 
Begitu juga dengan kisah nyata seorang perancang kapal Titanic. Setelah pembuatan kapal Titanic, seorang reporter bertanya,  "Seberapa amankah kapal Titanic tersebut?" Dengan nada mengejek, perancang kapal Titanic menjawab, "Tuhan pun tidak akan bisa menenggelamkannya."
Kenyataannya kapal Titanic tenggelam pada malam 14 April 1912 di Samudera Atlantik Utara karena menabrak gunung es.  
 
Di atas langit masih ada langit. Ini kalimat yang terkenal, sering digunakan dalam dunia persilatan, agar tidak  sombong. Ketika belajar di sebuah perguruan silat biasanya belajar untuk rendah hati, atau ilmu padi, semakin berisi semakin rendah hati. Walaupun pada kenyataannya banyak juga yang baru belajar 5 atau 10 jurus, gayanya sudah seolah pendekar besar. Bahkan sedihnya sering menjadi sponsor tawuran antar perguruan, (belakangan ini terjadi di Jatim). Lalu  bagaimana pembelajaran rendah hatinya???  
 
Kalimat ini juga seharusnya mengingatkan kita bahwa ketika kita merasa lebih hebat dan pandai, jangan lupa masih ada orang lain yang lebih hebat atau pandai dari kita. Karena itu janganlah hendaknya kita menjadi sombong, karena  kesombongan adalah awal dari keruntuhan.  
 
Nah bagaimana jika mulai saat ini kita belajar rendah hati (Sinau andap Asor) walau masih sering gagal, tapi tetaplah kita belajar, sambil memohon kepada-Nya, sehingga kita dimampukan menjadi orang yang rendah hati, karena memang tidak mudah mencapai hal tersebut. 
 
Sebuah ajakan yang baik, untuk kita, mari belajar bersama. Semoga.     
 
 
*Anggota Vox Point Indonesia
 
 
 

Komentar