Jumat, 26 April 2024 | 18:09
OPINI

Makna Filosofi Ketupat Lebaran Idul Fitri

Makna Filosofi Ketupat Lebaran Idul Fitri
KRH Aryo Gus Ripno Waluyo

Oleh: KRH Aryo Gus Ripno Waluyo, SE, SPd, S.H, C.NSP, C.CL,C.MP *)

ASKARA - Ketupat Lebaran digambarkan sebagai simbol umat Muslim yang mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan saat momentum Lebaran Idul Fitri.

Asal usul ketupat dimulai sejak masa hidup Sunan Kalijaga, yaitu pada abad ke-15 hingga 16. Sunan Kalijaga adalah salah seorang Wali Songo yang turut menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

 Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya dan filosofi dari pembauran antara Jawa dan nilai-nilai Islam. Sunan Kalijaga merupakan sosok yang pertama kali memperkenalkan ketupat. Ketupat kosong digantung di pintu rumah untuk menolak bala.

Ketupat berasal dari kata “Kupat” dan memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri).

Ketupat menjadi simbol maaf bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya nantinya mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya, apabila ketupat tersebut dimakan secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah dan khilaf antar keduanya terhapus.

Kenapa kupat atau ketupat dibungkus menggunakan daun kelapa muda atau janur? Karena janur diambil dari Bahasa Arab yang memiliki arti setelah datang cahaya. Dan kupat seperti hati manusia, apabila dibela pasti isinya bersih bebas dari iri dan dengki.

Lebaran Ketupat bagi sebagian orang dimaknai sebagai hari raya untuk orang yang menjalankan puasa di bulan Syawal. Perayaan ini dianggap harus dilakukan sebagai bentuk apresiasi bagi umat Muslim yang menjalankan puasa Syawal setelah sebelumnya berpuasa selama satu bulan saat Ramadan.

Masyarakat menyebutnya sebagai ruwahan Tempilang untuk menyambut masuknya bulan puasa atau Ramadhan. Tujuan diadakannya tradisi perang ketupat ini adalah untuk mencapai kesejahteraan dan mewujudkan kesatuan masyarakat yang kokoh.

Tradisi Perang Ketupat merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan pada tanggal 15 atau minggu ketiga di bulan Sya'ban dalam penanggalan Islam, adapun tujuan diadakannya tradisi ini adalah untuk meminta keselamatan agar kehidupan Masyarakat nya selama satu tahun ke depan makmur dan sejahtera .

Ketupat memiliki makna 'nafsu duniawi yang dibungkus dengan hati nurani'. Tradisi makan ketupat sendiri sudah berlangsung sejak Sunan Kalijaga memperkenalkan agama Islam. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai sarana untuk menyatukan nilai-nilai Jawa dan Islam.

Oleh: Spiritualis, Budayawan, Penulis, Pengacara Peradi Perjuangan  Jawa Timur

 

Komentar