Senin, 29 April 2024 | 11:50
NEWS

DPR Dorong Kemenkes Bantu Mediasi Terawan dan IDI

Jenderal Bintang Tiga yang Tak Berjarak dengan Pasien

DPR Dorong Kemenkes Bantu Mediasi Terawan dan IDI
Terawan Agus Putranto (Dok Istimewa)

ASKARA - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena menilai sebaiknya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan langsung terkait rekomendasi pemecatan dokter Terawan secara permanen dari keanggotaannya. 

Hal itu, kata dia, agar lebih clear dan terkait implementasi pelaksanaan Digital Substraction Angiography (DSA) juga bisa dipresentasikan. 

Poinnya, kata Melki, adalah belum adanya tempat komunikasi bagi dokter Terawan dan IDI. Sementara, mediasi yang dilakukan Komisi IX DPR RI pada tahun 2018 lalu juga belum ada titik temu hingga IDI mengeluarkan keputusan memecat dokter Terawan dalam Muktamar di Aceh, pada Jumat (25/3) lalu. 

"DPR RI sudah coba membantu agar persoalan ini bisa diselesaikan secara internal kemudian tidak melebar menjadi konsumsi publik semacam ini sehingga penyelesaian internal di IDI bisa tercapai," ujar Melki dalam wawancara dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Senin (28/3). 

Pihaknya, kata Melky, ingin agar pro dan kontra pemecatan dokter Terawan segera berakhir dan didapatkan solusi bagi keduanya.

"Sehingga ke depan bisa lebih sinergi antara IDI dan semua dokter-dokter di Tanah Air. Karena kita lihat kondisi kesehatan di Tanah Air ini butuh kekuatan kita bersama, pak Terawan adalah aset bangsa, IDI juga aset bangsa ini yang harus kita cari titik temunya dan DPR lagi mengerjakan soal ini," tuturnya.

Melki mengungkapkan, pihaknya juga sudah berkomunikasi Ketua Umum PB IDI untuk mendorong agar menyelesaikan persoalan tersebut. 

"Kemenkes kita dorong untuk bisa terlibat membantu mencari solusi atau pun pihak lain yang memang dipercaya," ucapnya.

Dalam wawancara itu, TvOne juga menghadirkan salah seorang keluarga pasien yang pernah menjalani terapi DSA dengan dokter Terawan, yakni Dar Edi Yoga.

Yoga menyebut, pihaknya merasa beruntung bisa diterapi DSA oleh Dokter Terawan. Pasalnya, sang kakak yang mengalami stroke sempat menjalani terapi DSA di salah satu rumah sakit besar lainnya namun tidak ada tanda-tanda perubahan. 

"Setelah dua bulan kemudian baru saya ketemu dokter Terawan dan meminta beliau untuk melakukan DSA untuk kakak saya. Setelah di-DSA oleh dokter Terawan perubahannya sangat drastis," ungkap Yoga. 

Perubahan kondisi yang baik usai di-DSA itu, kata Yoga, memang tidak serta merta. Namun demikian, Yoga menyampaikan ada salah seorang pasien yang mengalami perubahan drastis usai di-DSA. 

"Ada yang dari Cilacap, begitu habis di-DSA besoknya dia sudah melangkah ringan yang tadinya kakinya diseret. Bahkan teman saya sendiri pun ada yang stroke 3 bulan nggak bisa bergerak dan tidak bisa bangun dari tempat tidur 3 bulan kemudian dia sudah bisa beraktivitas dengan normal kembali," terangnya.

Yoga menyampaikan, tidak ada dampak negatif yang dialami kakak usai dilakukan DSA oleh dokter Terawan itu. 

"Sejauh ini tidak ada dampak atau pun kendala apapun terhadap kakak saya dan dia sudah mulai belajar berjalan karena habis di DSA kami melakukan fisioterapi di RSPAD dan RSPAD memang untuk fisioterapinya kami akui sangat-sangat baik dan sangat profesional," jelasnya.

Yoga yang juga salah seorang pengurus di organisasi wartawan yakni PWI Pusat itu mengaku sudah mengenal dokter Terawan sejak lama. Kata dia, Terawan merupakan orang yang bersahaja, murah hati, yang selalu siap menolong meskipun berpangkat jenderal bintang tiga. 

"Tidak ada birokrasi, tidak ada yang namanya jarak antara pasien dengan beliau. Pintu ruang prakteknya itu terbuka, siapa saja boleh datang untuk konsultasi. Bahkan ketika kami beraudiensi ke dokter Terawan semasa jadi menteri beliau mengantar kami sampai lobi bawah sampai kami naik mobil, itu seorang menteri lho," tuturnya.

Komentar