Jumat, 26 April 2024 | 22:44
NEWS

Hasil Riset Dewan Pers: Media Arus Utama Masih Jadi Andalan Publik Akses Informasi

Hasil Riset Dewan Pers: Media Arus Utama Masih Jadi Andalan Publik Akses Informasi
Paparan hasil survei Dewan Pers (Dok Istimewa)

ASKARA - Media arus utama selain menjadi sumber informasi, pengetahuan dan hiburan bagi masyarakat, juga merupakan rujukan utama masyarakat di masa pandemi. 

Namun, terdapat sejumlah faktor yang mendorong masyarakat untuk mempertanyakan konten media massa karena dianggap tidak cukup untuk menumbuhkan keyakinan publik.

Hal ini menjadi temuan survei yang dilakukan Dewan Pers bersama Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) sebagai penelitian lanjutan dengan tema “Kepercayaan Publik Terhadap Media Arus Utama di Masa Pandemic Covid-19”. 
Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap media arus utama atau media pers dibandingkan dengan terhadap platform media sosial di masa pandemic Covid-19.

Dalam temuannya, mayoritas masyarakat dalam mencari kebenaran informasi masih mengandalkan media siber sebesar 32 persen, disusul TV/streaming 18,13 persen, YouTube 10,51 persen, surat kabar harian 8,26 persen, dan Twitter 7,33 persen.

“Responden memilih media arus utama karena dalam informasinya sering menggunakan data-data dan utuh. Yang menarik, surat kabar dan televisi harian masih menjadi pilihan bagi masyarakat mengkonfirmasi berita,” ujar peneliti Dewi Ajeng Wadarini Sastroprawiro dalam keterangan pers, ‘Peluncuran hasil riset Dewan Pers tentang Kepercayaan Publik terhadap Media Pers Arus Utama di Masa Pandemi Covid-19’, dikutip Sabtu (22/8). 

Penelitian dilakukan selama Mei-Juli 2021. Dalam penelitian ini dikaji apakah pandemi Covid-19 mempengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap media arus utama. Survei menggunakan instrumen kuesioner melalui Google Form dengan total sample sebesar 1,020 responden yang diperoleh secara systematic random sampling masing-amasing 30 sampel per-provinsi di 34 provinsi di Indonesia.

Para responden berusia antara 13 hingga 56 tahun. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan distribusi frekuensi, dan Cross-Tabulations. Analisis data tersebut untuk menggambarkan secara kuantitatif antar indikator. Analisis menggunakan SPSS (Statistical Program for Social Science).

“Hasil survei menemukan bahwa media arus utama masih cukup dipercaya oleh publik dan menjadi media konfirmasi untuk informasi yang mereka dapatkan dari media baru atau media sosial. 

Media siber atau media online dipercaya berdasarkan faktor data dan fakta yang disajikan, juga disebabkan nama besar media. Sementara kepercayaan terhadap media televisi/televisi streaming berdasarkan faktor data dan fakta yang disajikan dan narasumber berita,” terang Dewi Ajeng. 

Dalam temuan tim peneliti, media online/siber merupakan media yang paling tinggi digunakan untuk konfirmasi kebenaran informasi, diikuti TV/Streaming, dan surat kabar harian. 

Terkait dengan informasi mengenai Covid-19 sebagian besar responden dari 34 provinsi mempercayai informasi dari pakar di bidang yang relevan dengan masalah Covid-19.

Hasil penelitian tersebut memperoleh beberapa kesimpulan, antara lain: 

1. Dalam survei ini sebagian besar usia respendon 13-25 tahun (47 persen), usia ini masuk dalam kategori generasi Z. Rentang usia 25-40 tahun atau generasi millenial (30.3 persen). Generasi X dengan rentang usia 40-56 tahun (20,3%). Generasi Baby Boomers yang berusia di atas 56 tahun sejumlah 2,5 persen.

2. Media baru (Youtube, Whatsapp, Instagram, media siber) menjadi pilihan teratas bagi sebagian besar responden dalam mengkomsumsi media sehari-hari.

3. Media yang diakses pertama kali oleh responden untuk mendapatkan informasi sebanyak 22.5 persen menggunakan WhatsApp, media siber atau online media dipilih oleh 22 persen responden dan sebanyak 18.7 persen responden menggunakan Instagram sebagai media pertama yang diakses sehari-hari.

4. Kategori media arus utama media siber dipilih karena kecepatan informasi oleh 35.5 persen responden, 25.6 persen karena kemudahan akses informasi, dan 17.1 persen karena informasi terpercaya. Radio/radio streaming sebanyak 40.2 persen responden tidak mengakses radio, 21.2 persen karena kemudahan mengakses, dan 16.9 persen karena kecepatan informasi. Televisi/televisi streaming dipilih karena kemudahan akses informasi 27.6 persen, kecepatan informasi 22.1 persen dan informasi yang terpercaya 18.8 persen.

5. Media pers lebih dipercaya berdasarkan faktor data dan fakta yang disajikan, nama besar media, narasumber berita, dan tidak ada pilihan. Media siber dipercaya berdasarkan faktor data dan fakta yang disajikan 42.3 &, nama besar media 26.2 persen dan narasumber berita 25.5 persen. Radio berdasarkan faktor data dan fakta yang disajikan 30 %, narasumber berita 29.3 persen dan nama besar 19.6 persen karena nama besar media. Televisi./ televisi streaming berdasarkan faktor data dan fakta yang disajikan 37.2 persen, narasumber berita 30 persen, dan 23 persen karena nama besar media.

6. Media online/siber merupakan media yang paling tinggi digunakan oleh responden dalam mencari kebenaran informasi sebesar 32.51 persen, kemudian TV/Streaming sebesar 18,13 persen. Adapun media sosial Youtuber (10,51 persen) Twitter (7,33 persen) dan WhatsApp (6,14 persen) yang menduduki peringkat tertinggi. Tiko Tok merupakan media baru yang banyak digunakan saat pandemi sebesar 1.44 persen dan lebih tinggi dari Line sebesar 0.69 persen.

7. Sebagian besar responden dari 34 provinsi mempercayai informasi dari pakar di bidang yang relevan terkait informasi Covid-19. Narasumber dari pemerintah dipercayai oleh responden yang berasal dari NTT, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara dengan jumlah yang berimbang antara pakar dengan narasumber dari pemerintah.

8. Hadirnya media Tiktok disaat pandemi memberikan informasi pertama bagi khalayak yaitu sebesar 3.0 persen. Pada tahun 2019 media online/siber merupakan media dalam mendapatkan informasi pertama sebesar 26.67 persen, sedangkan pada tahun 2021 sebesar 22.5 persen. Pada tahun 2020 WhatsApp merupakan media pertama dalam mendapatkan informasi yaitu sebesar 22.5 persen sedangkan pada tahun 2019 sebesar 22.75 persen.

Komentar