Sabtu, 27 April 2024 | 06:39
NEWS

Waspadai Dampak Siklon Tropis Sepanjang Bulan April

Waspadai Dampak Siklon Tropis Sepanjang Bulan April
Ilustrasi. (Dok. Jawapos)

ASKARA - Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) meminta masyarakat mewaspadai dampak rangkaian siklon tropis sepanjang bulan April ini.

Anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lapan Erma Yulihastin mengatakan, masyarakat perlu mewaspadai pembentukan rangkaian siklon tropis yang dipicu peningkatan suhu permukaan laut di dekat ekuator.

Kondisi tersebut menyebabkan potensi terjadinya ITCZ (Intertropical Convergence Zone/daerah pertemuan massa udara antar tropis) ganda yang dapat pecah dan terputar oleh gaya Coriolis (gaya semu yang muncul akibat pengaruh gerakan rotasi bumi dan gerakan udara nisbi terhadap permukaan bumi).

"Sehingga dapat menghasilkan serial bibit Tropical Cyclone (TC) yang dapat berdampak pada cuaca ekstrem di wilayah sekitar TC," ujar Erma di Bandung, Selasa (6/4).

Sebelumnya keberadaan bibit siklon tropis ini telah diterbitkan peringatan dini oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Bibit siklon tropis itu dinamakan TC 99S yang selanjutnya dinamakan TC Seroja.

Erma menjelaskan, hal ini ditunjukkan melalui pembentukan awan konvektif skala meso yang terjadi secara cepat antara 20.00-24.00 WIB dan meluas sesuai dengan pergerakan siklonik angin yang sangat kuat di sekitar wilayah Nusa Tenggara Timur.

"Inisiasi TC Seroja telah terbentuk sejak 2 April 2021 dan memengaruhi cuaca ekstrem di sekitar NTT berupa hujan persisten selama hampir 24 jam disertai angin kencang berdasarkan prediksi DSS Sadewa-Lapan," jelasnya.

Hujan persisten (menerus) dan angin kencang kembali terjadi pada 3 April dini hari hingga 4 April dini hari yang kemungkinan merupakan pemicu kejadian banjir bandang yang terjadi pada 00.30 WIB.

Dampak TC Seroja berupa peningkatan signifikan dan menerusnya hujan dan angin kencang ini diperkuat oleh aktivitas gelombang ekuator Rossby yang tertahan di bagian timur Indonesia melalui pembentukan formasi tapal kuda (Gill pattern).

"Ini terpantau oleh DST Gatotkaca-Lapan. Formasi ini membuat peningkatan uap air dan kelembapan terperangkap di bagian timur Indonesia," kata Erma.

Selain itu, dukungan aktivitas gelombang MJO fase 5 yaitu di Indonesia bagian timur juga turut menambah suplai kelembapan yang terkonsentrasi di wilayah tersebut sehingga menimbulkan cuaca ekstrem.

Adapun, badai siklon tersebut membuat 11 daerah di NTT dan satu di Nusa Tenggara Barat terkena dampaknya.

Komentar