ASKARA - Banyak cara untuk mengubah sebuah kampung menjadi lebih bersih dan sehat di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya dilakukan warga Kampung Sirnagalih, Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kondisi kampung yang memiliki lahan tidur cukup luas ini disulap menjadi destinasi wisata Batu Bangkong dengan menawarkan konsep kearifan lokal.

Warga setempat memang memiliki konsep kreatif. Mereka berhasil mengubah sekitar dua hektare lahan tidur menjadi objek wisata yang saat ini ramai dikunjungi untuk berakhir pekan. Pengunjung objek wisata Batu Bangkong semakin membeludak menjelang akhir 2020. Para pengunjung dari Kota Tasikmalaya dan beberapa daerah tetangga lainnya berdatangan untuk melihat destinasi wisata baru ini.

Batu Bangkong sendiri lahir dari ide beberapa pemuda yang memimpikan daerahnya memiliki objek wisata. Di sisi lain, para pemuda ingin memberdayakan warga sekitar untuk mendapatkan penghasilan di tengah pandemi Covid-19.

Pemuda Sirnagalih yang dimotori Sidik Amrulloh selaku ketua Kompepar membuat objek wisata Batu Bangkong untuk menuangkan ide-ide kreatifnya.

Sidik mengajak warga kampung mewujudkan impiannya itu. Sejak Agustus 2020 lalu, dirinya dibantu warga mengawali beberapa kegiatan dalam membangun objek wisata Batu Bangkong.

"Kami ingin menghadirkan wisata berbasis alam tanpa merusak lingkungan. Sehingga semua bahan yang kami gunakan juga ramah, seperti sabut kelapa dan rotan," jelasnya.

Lahan wisata Batu Bangkong mencakup area seluas kurang lebih dua hektare. Namun baru 50 persen yang dimanfaatkan sebagai spot swafoto. Adapula tempat wisata berupa saung, payung serta tempat renang di sungai.

Sejak diresmikan dan dibuka pada Agustus, Batu Bangkong yang menawarkan berbagai wahana lingkungan ini sudah dikunjungi kurang lebih dari 1000 pengunjung.

"Selain menyediakan tempat berswafoto yang indah dan unik, Batu Bangkong juga menyediakan ragam kuliner untuk melengkapi kenyamanan para pengunjung," kata Sidik.

Untuk mengunjungi Batu Bangkong tidak perlu merogoh saku terlalu dalam. Bahkan, untuk selembar tiket masuk pengunjung cukup membayar seikhlasnya saja. (kesatu)