Minggu, 05 Mei 2024 | 21:13
NEWS

Bantahan Kemendikbud Soal Penghapusan Pelajaran Sejarah, Sejarawan Sebut Basmi Tikusnya

Bantahan Kemendikbud Soal Penghapusan Pelajaran Sejarah, Sejarawan Sebut Basmi Tikusnya
Ilustrasi sejarah (Maxmanroe.com)

ASKARA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dikabarkan tidak akan mewajibkan mata pelajaran sejarah dipelajari siswa SMA dan sederajat. 

Di kelas 10, mata pelajaran sejarah akan digabung dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sementara Bagi kelas 11 dan 12 mata pelajaran sejarah hanya masuk dalam kelompok peminatan yang tak bersifat wajib.

Kemendikbud pun membantah kabar pihaknya akan menghapus pelajaran sejarah dari kurikulum. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud, Totok Suprayitno menegaskan, kabar pelajaran sejarah akan keluar dari kurikulum tidak benar. Menurutnya, pelajaran sejarah tetap akan diajarkan dan diterapkan di setiap generasi.

"Kemendikbud mengutamakan sejarah sebagai bagian penting dari keragaman dan kemajemukan serta perjalanan hidup bangsa Indonesia, pada saat ini dan yang akan datang," ujar Totok melalui siaran persnya, Sabtu kemarin (19/9).

Menurutnya, sejarah merupakan komponen penting bagi Indonesia sebagai bangsa yang besar sehingga menjadi bagian kurikulum pendidikan. 

"Nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah merupakan salah satu kunci pengembangan karakter bangsa," tegasnya.

Namun saat ini, Totok mengatakan, pihak Kemendikbud sedang menggodok penyederhanaan kurikulum. Kajian penyederhanaan kurikulum ini masih terus dilakukan dengan memperhatikan berbagai hasil evaluasi implementasi kurikulum baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat serta perubahan paradigma keragaman, bukan keseragaman dalam implementasi kurikulum.

Totok menambahkan, penggodokan penyederhanaan kurikulum dilakukan dengan prinsip kehati-hatian serta akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan.

"Dalam proses perencanaan dan diskusi ini, tentunya Kemendikbud sangat mengharapkan dan mengapresiasi masukan dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan, termasuk organisasi, pakar, dan pengamat pendidikan, yang merupakan bagian penting dalam pengambilan kebijakan pendidikan," terang Totok.

Sementara, sejarawan JJ Rizal dalam akun Twitternya Minggu (20/9) menuliskan pertanyaan yang diajukan seorang wartawan kepadanya terkait pelajaran sejarah tersebut.

"Kenapa bapak nolak penghilangan mata pelajaran sejarah di sekolah, padahal yg diajarkan bukan sejarah tapi indoktrinasi, itu kan bahaya?" tanya wartawan tersebut.

JJ Rizal kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut dengan jawaban:

"Kata bung karno kalau di rumah kami banyak tikus bukan rumahnya yg dibakar, tikusnya yg dibasmi," tulis JJ Rizal.   

Sebelumnya, JJ Rizal juga melayangkan kritikan terhadap wacana penghapusan sejarah ini.

"Dasar rezim kardus kekuasaan durhaka," tulis JJ Rizal, Jumat (18/9).

"Butir 8 nawacita itu bilangnya mau "melakukan revolusi karakter bangsa melalui penataan kembali kurikulum pendidikan nasional yang menempatkan secara proporsional pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai patriotisme dan cinta tanah air," sambungnya.

Komentar