Rabu, 08 Mei 2024 | 00:03
NEWS

Mengenal Happy Hypoxia Sindrome, Gejala Baru Covid-19 yang Mematikan

Mengenal Happy Hypoxia Sindrome, Gejala Baru Covid-19 yang Mematikan
Ilustrasi Happy Hypoxia (Dok I-stock)

ASKARA - Saat ini, muncul gejala baru yang disebut-sebut sebagai gejala tersembunyi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, yaitu happy hypoxia atau happy hypoxia sindrome.

Sebelumnya, gejala baru Covid-19 yang ditemukan adalah gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan flu. 

Kini, happy hypoxia disebut sebagai pembunuh diam-diam pada korban terinfeksi Covid-19. 

Kenali apa itu happy hypoxia serta penyebabnya berikut ini: 

1. Apa Itu Happy Hypoxia?

Happy Hypoxemia Syndrome atau Happy Hypoxia adalah kondisi seseorang dengan kadar oksigen rendah dalam tubuh dan tidak mengalami kesulitan bernapas. Biasanya, orang yang mengalami hipoksia akan merasa sesak napas, batuk-batuk, detak jantung cepat, serta napas yang berbunyi.

Namun, pada orang yang mengalami happy hypoxia, gejala-gejala tersebut tidak muncul. Bahkan mereka bisa beraktivitas seperti biasa, padahal organ-organ tubuh mereka kekurangan oksigen. 

2. Efek Mematikan Happy Hypoxia

Happy Hypoxia adalah kondisi berbahaya yang dapat menganggu kerja organ-organ vital pada tubuh mulai dari paru-paru, hati, hingga otak. Tanpa oksigen, sel-sel dalam tubuh tidak bisa bekerja, sehingga organ tidak mampu berfungsi. Pada kondisi yang parah, hipoksia menyebabkan kematian akibat gagal organ.

Pada orang yang positif Covid-19, hipoksia yang dialami tanpa gejala. Meski gejala tidak muncul, tapi kadar oksigen di tubuh para pengidap happy hypoxia sudah sangat rendah dan organ-organ vitalnya sudah mengalami kerusakan parah. Tidak jarang happy hypoxia menyebabkan kematian pada pasien Covid-19, padahal sebelumnya terlihat sehat-sehat saja. 

3. Penyebab Happy Hypoxia

Kadar oksigen normal pada manusia umumnya adalah 95-100%. Kadar oksigen yang kurang dari 90 persen sudah dianggap rendah dan gejala hipoksia pun akan terlihat. Pada pasien Covid-19 yang mengalami hipoksia, kadar oksigen dalam tubuh mereka bisa mencapai 50 persen dan mereka belum merasakan gejala apapun. Beberapa pasien bahkan masih bisa beraktivitas seperti biasa sebelum harus menerima pemasangan ventilator.

Pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia seolah-olah dapat mentoleransi kondisi dalam tubuhnya, sehingga tidak menunjukkan gejala penurunan saturasi sejak awal. Saat saturasi oksigennya sudah menurun drastis, pasien akan menunjukkan kondisi berat dan perburukan, sehingga harus segera diberikan alat bantu napas. 

4. Mengapa Happy Hypoxia Muncul Tanpa Gejala?

Pada kasus happy hypoxia yang terjadi pada pasien Covid-19, virus corona yang masuk ke dalam tubuh telah merusak kemampuan tubuh dalam mendeteksi penurunan oksigen. Oleh karena itu, otak baru merespons ketika kadar oksigen sudah terlalu rendah, sehingga barulah muncul gejala seperti sesak napas.

Selain itu, pada kasus happy hypoxia, berkurangnya kadar oksigen yang signifikan juga disertai dengan turunnya kadar karbon dioksida di tubuh. Akibatnya, kondisi di dalam tubuh masih seimbang, padahal ada gangguan. 

5. Lebih Jauh Mengenai Happy Hypoxia

Di Indonesia sendiri, kondisi happy hypoxia syndrome juga ditemukan pada pasien positif Covid-19 di Indonesia. Happy Hypoxia diawali dengan peradangan paru-paru atau pneumonia yang membuat perputaran oksigen terganggu. 

Meski terlihat sehat-sehat saja dan dapat beraktivitas normal seperti biasa, pasien yang mengalami Covid-19 bisa terancam nyawanya jika tidak segera ditangani.

Alasannya, karena tubuh manusia memiliki batas toleransi terkait jumlah oksigen. Jika terjadi happy hypoxia dalam waktu lama dan tidak diberikan terapi oksigen, maka akan terjadi kematian mendadak. 

Lantaran itu, tidak semua pasien Covid-19 yang tanpa gejala diperbolehkan isolasi mandiri. Mereka juga harus memeriksakan diri karena dikhawatirkan mengalami happy hypoxia syndrome. (fazzdoc.com)

Komentar