Minggu, 28 April 2024 | 00:03
OPINI

Orang Miskin Dilarang Sekolah, Orang Miskin Dilarang Sakit

Orang Miskin Dilarang Sekolah, Orang Miskin Dilarang Sakit
Ilustrasi anak belajar (shutterstock)

Munculnya meme "Orang miskin dilarang sekolah, orang miskin dilarang sakit" 

Sedih juga bacanya, karena pandemi yang begitu lama, maka kesulitan-kesulitan makin terasa. Terutama untuk para orang tua yang memiliki anak masih sekolah. Daring bikin pening, jangankan urusan kuota, hape saja kadang tidak punya. Hingga ada seorang ayah rela melakukan perbuatan mencuri hape hanya karena ingin anaknya bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar terkini.

Pandemi ini memang pada akhirnya membalikkan banyak hal, memaksa kita melakukan hal yang dilarang sebelumnya. Dulu para orang tua diimbau untuk menjauhkan hape dari anak-anaknya, agar tidak kecanduan dan merusak mata bahkan jiwanya. 

Apa yang terjadi sekarang? Anak-anak sekolah, baik Paud dan Taman Kanak-Kanak (TK) pun dalam proses belajar menggunakan hape juga. Sungguh luar biasa. Dan masih banyak kejadian-kejadian lainnya.

Kembali lagi pada meme di atas, sungguh keterlaluan, justru menggiring pada pola pikir yang makin merusak, membuat yang "merasa" miskin dan menderita makin luar biasa rasanya. Jurang si miskin dan kaya makin jauh saja. Padahal banyak orang juga merasakan penderitaan yang sama, meski dengan kadar berbeda.

Sayangnya, kecepatan media memang tidak bisa dibendung lagi, semua orang bisa membuat sesuatu dan diunggah begitu saja, dan menyebar kemana-mana dengan cepatnya, contoh yang belum lama terjadi tentang Klepon yang tidak Islami. 

Banyak hal bisa memicu perselisihan, menuju pada pertengkaran yang dahsyat. Kecanggihan teknologi ini memang membawa dampak memudahkan segala hal, termasuk perseteruan bahkan peperangan nantinya.

Orang semakin mudahnya tersinggung, semakin tidak teliti untuk berpikir ulang, makin mudah termakan hoax. Terombang ambing semacam sampan tak bertuan, begitu rapuhnya.

Semoga para pembaca menyadarinya, bahwa apa-apa yang dilihat, didengar negatif itu belum tentu benar-benar disuarakan dari hati, dan yang jelas lebih banyak kepada penggiringan opini dan perasaan, karena punya kepentingan sendiri dan  menjadikan kalian sebagai boneka mainan. Diadu sana sini.

Dalam kondisi seperti saat ini, dibutuhkan kejernihan berpikir, hati yang lapang dan sabar untuk menjalani. Tetaplah berusaha, dan fokus mencari peluang maka niscaya akan kita temukan jalan yang lebih lapang dalam mendapatkan rejeki.

Berhentilah berkutat pada kesengsaraan diri dan mengeluh tiap hari, berhentilah dan berdoalah sejenak, semoga kita semua bisa segera keluar dari situasi ini. 

Penderitaan dan kesulitan ini, dirasakan banyak orang dan hampir seluruh penghuni bumi ini. Berpositiflah diri, bekerja bersama memerangi dengan patuh pada imbauan untuk melindungi diri dan keluarga, sanak saudara handai taulan. Supaya pandemi ini segera bisa teratasi dan berakhir dengan cepat.

Jangan mudah terprovokasi, dengan meme-meme maupun berita yang menyesatkan, mempermainkan perasaan bagaikan boneka mainan.

Yakinlah, negeri Indonesia kita ini luar biasa, banyak hal bisa kita dapatkan dengan mudah asalkan kita bisa tetap menjaganya bersama-sama.

Komentar