Jumat, 26 April 2024 | 12:01
NEWS

Disinggung Jokowi Soal Lonjakan Covid-19, Begini Penjelasan Dinkes DKI

Disinggung Jokowi Soal Lonjakan Covid-19, Begini Penjelasan Dinkes DKI
Ilustrasi. (Kompas)

ASKARA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta angkat bicara soal penyebab posivity rate pada Minggu kemarin (12/7) yang mencapai 10,5 persen. 

Seperti diketahui, kenaikan kasus Covid-19 di DKI mendapat sorotan khusus Presiden Joko Widodo dalam kabinet rapat terbatas hari ini, Senin (13/7).

"Seperti kondisi di Jakarta, laporan terakhir yang saya terima angka positivity rate-nya melonjak dari empat sampai lima sekarang sudah 10,5 persen," ujar Jokowi.

Jokowi pun meminta agar DKI menjaga ketat terkait kembali melonjaknya kasus positif Covid-19.

"Tolong ini dijadikan perhatian, sekali lagi tolong tidak usah memberikan laporan. Tapi apa yang tadi saya sampaikan tolong diberikan tanggapan," katanya. 

Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti mengatakan, angka positivity rate dapat dihitung tergantung kurun waktu penilaiannya seperti per pekan atau harian. 

"Kalau per harian kemarin kita 10,5 persen hari ini sudah menjadi 9,8 persen," katanya di Balai Kota. 

Widyastuti menjelaskan, positivity rate adalah persentase kasus positif yang dibanding total kasus yang diperiksa. 

"Jadi, kita menghitungnya tergantung dari sisi yang mana. Kalau mau lihat tren harian bisa tapi dalam penilaian sesuai gugus tugas nasional itu sekitar seminggu-dua Minggu. Terakhir kita sudah 5,5 persen, itu kita variasi ya. WHO menargetkan positivity rate di bawah lima persen," paparnya. 

Artinya, angka positivity rate di DKI menurun. Sebab jika dilihat dalam masa satu pekan adalah sekitar 5 persen sementara jika dilihat dalam masa harian positivity-nya tinggi sekitar 10 persen.

Kenaikan kasus tersebut juga seiring dengan berjalannya active case finding, di mana tenaga medis turun ke lapangan secara langsung mencari kasus positif dalam wilayah berstatus merah dengan laju incident rate yang tinggi.

"Nah, dari situ turun lakukan active case finding. Untuk rasio di mana-mananya selain juga ada di komunitas. Kemarin sudah disampaikan pak gubernur, ada di rumah sakit, di komunitas, di pasar. Kemudian kami juga ketitipan datanya pekerja migran Indonesia," jelas Widyastuti.

Active case finding juga dilakukan di sejumlah perkantoran, dan lembaga di tingkat nasional maupun lokal yang ditemukan positif. 

Widyastuti menekankan, dari penelusuran melalui active case finding ditemukan konfirmasi kasus positif lebih banyak dalam cakupan komunitas dibandingkan dengan rumah sakit.

"Kalau total antara rumah sakit dibanding komunitas tinggi komunitas. Disebut komunitas itu kan artinya baik dia di permukiman, di pasar, di tempat-tempat keramaian. Itu lebih banyak di komunitas karena lebih banyak yang ditemukan active case finding daripada pasive case finding," bebernya. 

Hingga saat ini, Dinkes DKI terus melakukan active case finding secara masif. Dengan lokasi pencarian sumber yang berkombinasi di wilayah dengan tingkat incident rate yang tinggi.

"Kita tetap kombinasi ya karena supaya lebih efektif. Tentunya tadi meskipun active case finding kita tidak langsung ke masyarakat umum, semua dites. Kita fokuskan kepada tadi di tempat-tempat  yang laju incident rate-nya tinggi, ada klaster baru. Jadi, kombinasi antara active case finding dan kontak tracing," demikian Widyastuti.

Komentar