Senin, 06 Mei 2024 | 14:32
NEWS

Serbuan TKA Tiongkok, Luhut: Apakah Hal Itu Suatu yang Salah

Serbuan TKA Tiongkok, Luhut: Apakah Hal Itu Suatu yang Salah
Ilustrasi TKA Tiongkok. (Dok. Antara)

ASKARA - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menanggapi keresahan masyarakat terkait kedatangan tenaga kerja asing (TKA) sala Tiongkok di tengah pandemi Covid-19. 

Para TKA dipekerjakan untuk pembangunan fasilitas smelter tambang di Konawe, Sulawesi Tenggara.

Menurut Luhut, ada penggiringan opini publik seolah-olah TKA Tiongkok akan menggeser keberadaan para pekerja Indonesia. Dia menilai bahwa TKA tersebut sangat penting kehadirannya lantaran untuk mengerjakan smelter dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF).

"Pernyataan yang bisa menimbulkan disinformasi dan keresahan di publik. Saya akan bicara apa adanya saja. Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF dari China. Kita harus jujur bahwa dengan teknologi RKEF China mereka bisa bangun secara ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik," kata Luhut melalui juru bicara Jodi Mahardi dalam keterangan tertulis, Kamis (28/5).

Teknologi itu juga menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional. TKA tersebut dibutuhkan sebab mereka mejadi bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter.

"Setelah smelter tersebut jadi maka TKA tersebut akan kembali ke negara masing-masing. Pada saat operasi, mayoritas tenaga kerja berasal dari lokal," kata Luhut.

Luhut mencontohkan, PT IMIP di Morowali yang saat ini telah beroperasi penuh, walaupun masih ada pembangunan fasilitas hilirisasi nikel. Dia menyampaikan, jumlah tenaga kerja lokal di PT IMIP saat ini adalah 39.500 sementara yang TKA ada 5500.

"Jadi jumlah TKA kira-kira 12 persen dari total pekerja. Saya yakin jika proses pembangunan smelter yang baru sudah selesai jumlahnya pun akan turun," jelasnya.

Kemudian di Weda Bay, saat ini sebagian besar masih dalam fase konstruksi, jumlah tenaga kerja 8900 orang di mana yang lokal 7700 dan TKA 1200. Itu pun tenaga kerja lokal masih jauh lebih banyak.

Contoh lain di Kawasan Industri Virtue Dragon di Konawe yang kemarin diributkan, jumlah tenaga kerja seluruhnya 11.790 orang dengan komposisi 11.084 tenaga kerja Indonesia dan 706 TKA Tiongkok. Jadi, tujuan menambah 500 TKA untuk mempercepat progres konstruksi agar cepat beroperasi sehingga tenaga kerja lokal bisa lebih banyak diserap.

"Apakah hal itu suatu yang salah. Jadi TKA yang datang ini bukan malah mengambil pekerjaan dari tenaga kerja lokal tapi justru untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal. Karena ketika sudah mulai beroperasi, tenaga kerja lokal akan mayoritas," papar Luhut.

"Penciptaan lapangan kerja adalah prioritas utama dari pemerintah. Jangan di balik-balik dengan informasi yang menyesatkan," tegasnya.

Komentar