Jumat, 17 Mei 2024 | 05:23
NEWS

2 RS di Jatim dan Papua Sedang Dibangun untuk Tangani Corona

2 RS di Jatim dan Papua Sedang Dibangun untuk Tangani Corona
Skema pembangunan RS Covid-19 Lamongan (Dok Kementerian PUPR)

ASKARA - Selain tengah menyelesaikan pembangunan RS Akademik UGM Yogyakarta, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menerima permintaan bantuan dari Bupati Lamongan, Provinsi Jawa Timur dan Bupati Biak Numfor, Provinsi Papua untuk membangun tambahan fasilitas di dua RS daerah tersebut guna menangani virus corona (Covid-19).

Permintaan kedua Bupati tersebut juga telah mendapatkan persetujuan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus corona (Covid-19), Doni Monardo.

"Untuk pembangunan RS Lamongan dan RS Biak Numfor, kami telah menerima usulannya dan siap untuk melaksanakan kegiatan fisiknya. Pendanaan direncanakan berasal dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Untuk RS Lamongan saat ini sudah on progress dimulai pekerjaannya," Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, melalui keterangan tertulis yang diterima, Jumat (15/5).

Dikatakan Basuki, Kabupaten Lamongan juga belum memiliki rumah sakit standar untuk penanganan Covid-19. Saat ini pasien positif ditangani di RS yang telah ditunjuk yakni RS Dr. Soegiri Lamongan dan RS Muhammadiyah Lamongan. Bahkan beberapa fasilitas yang dialihfungsikan untuk menangani Covid-19 adalah Puskesmas Karangkembang, Puskesmas Deket dan Rusunawa.

Lahan yang telah disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk pembangunan Rumah Sakit Covid-19 adalah seluas 6.070 m2 yang berlokasi di Jalan Kusuma Bangsa, Beringin, Tumenggungan, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. 

Lokasi ini berjarak 132 meter dari RS Dr. Soegiri Lamongan, pembuatan konstruksi telah dimulai pada 1 Mei 2020 dengan kebutuhan anggaran Rp 33,53 miliar dan ditargetkan selesai pada awal Juni 2020. Saat ini progres pembangunan mencapai 20 persen.

RS ini ke depannya akan memiliki daya tampung untuk 82 pasien dengan ruang perawatan yang terpisah bagi setiap pasien yakni 75 tempat tidur observasi dan 7 tempat tidur isolasi. Pembangunan juga direncanakan dibuat per blok, yaitu bangunan screening yang terdiri dari laboratorium, X-Ray, ruang petugas, administrasi dan farmasi. Bangunan Karantina 1 yang terdiri dari 25 tempat tidur observasi, ruang tindakan, ruang dokter, dan mobile X-Ray.

Sementara itu, bangunan karantina 2 terdiri dari 50 tempat tidur observasi, ruang tindakan dan ruang dokter. 

Adapun Bangunan Isolasi terdiri dari tujuh tempat tidur, ruang dokter dan perawat. Bangunan satelit terdiri dari ruang sterilisasi, gizi, laundry, alat medis kotor dan farmasi. Dibangun juga powerhouse, ruang pompa dan ground water tank, ruang jenazah, tempat sampah, penataan landscape, parkir umum dan dokter serta pagar keliling.

Pembangunan gedung rumah sakit ini bersifat permanen sehingga setelah Pandemi Covid-19 reda, keberadaan RS terus dapat dimanfaatkan untuk RS infeksi dan yang lain. 

Kemudian, jenis RS yang akan dibangun ini adalah RS Tipe C, di mana memiliki ketentuan standar mengacu pada peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemudian untuk RSUD Biak Numfor kebutuhan biaya untuk pembangunan Gedung Isolasi untuk penanganan covid-19 ini diperkirakan sebesar Rp 38,28 miliar, sebagai ruang isolasi sementara, RS ini masih memanfaatkan dua gedung lama yakni Gedung Kosinan dan Gedung Tropik yang berdekatan dengan Gedung Laboratorium.

Sebelumnya, Kementerian PUPR juga telah menyelesaikan pembangunan Fasilitas penampungan/Observasi/Karantina di Pulau Galang, Kota Batam. Adapun  renovasi/rehabilitasi RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran untuk mendukung penanganan Covid-19. Pengerjaan ini dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Komentar