Minggu, 28 April 2024 | 02:38
SELEBRITAS

Ayah dan Anak Kabur dari Karantina di Bali Teman Dekatnya, Ini Penjelasan Nana Mirdad

Ayah dan Anak Kabur dari Karantina di Bali Teman Dekatnya, Ini Penjelasan Nana Mirdad
Nana Mirdad (dream.co.id)

ASKARA - Ayah dan anak yang diduga pasien Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang kabur dari karantina di Bali, ditanggapi aktris Nana Mirdad, Menurutnya, keduanya bukanlah pasien ODP.

"Saya mau memberikan kronologis tentang bapak dan anak yang kabur dari karantina yang sedang heboh di Bali saat ini, saya miris melihat pemberitaan media yang bilang bahwa mereka adalah pasien yang kabur. Apakah mereka kabur? Iya. Tapi apakah mereka pasien? Sama sekali bukan," ungkap dia melalui Instastorynya sesaat lalu, Kamis (26/3).

Nana mengaku, mengetahui kronologis yang sebenarnya lantaran hubungan dengan bapak dan anak-anaknya tersebut adalah teman dekat dirinya dan sang suami, Andrew White.

Nana menuturkan, bapak tersebut bernama Tony, yang menjemput anak-anaknya yakni Isis dan Erica yang baru tiba dari United Kingdom (UK) kemarin malam. Pada saat itu, kata Nana, kedua anak tersebut telah melalui pemeriksaan temperatur dan keduanya menunjukkan temperatur normal. 

"Pada saat itu temperatur Isis adalah 36,3 celcius. Tapi entah kenapa dari 40 penumpang yang ada di Qatar Airways malam itu hanya Isis yang dipanggil ke ruang imigrasi meskipun temperatur normal. Bahkan Erica, kakak dari Isis pun dilepas dan dibiarkan pulang," ungkap Nana. 

Imigrasi menyebut bahwa Isis harus menjalani test rapid meskipun tidak ada symptom apapun, namun mereka tidak memiliki alat test tersebut sehingga menahan Isis di karantina sampai tes didapatkan. 

Hingga akhirnya sang ayah Tony, ikut dikarantina sebab tidak ingin membiarkan anak remajanya itu sendiri. Kemudian pihak imigrasi menyebut bahwa alat tes tersebut baru tiba setelah hari perayaan nyepi. 

"Setelah sekian lama berada di tempat karantina, tanpa dibekali Alat Pelindung Diri (APD) akhirnya Tony memutuskan untuk membawa anaknya pulang ke rumah. Sampai rumah pun mereka langsung memanggil dokter dan dokter memberikan health certificate untuk Isis, menyatakan kalah Isis sehat," lanjut Nana. 

Namun saat malam itu juga kata Nana, kediaman Tony langsung didatangani lebih dari 100 orang, Tony bahkan telah menunjukan health certificate tersebut namun tidak diterima, dan merwka dipaksa untuk balik menjalani karantina dan melewati hari Nyepi di Karantina tanpa pemeriksaan kesehatan ataupun APD yang seharusnya. 

"Foto, video, alamat sampai nomer telpon Tiny dan Isis pun disebar kemana-mana seakan mereka buronan. Apakah ini benar? Bukannya ini pelanggaran privacy mereka? Sampai saat ini Tony dan Isis mendapat WhatsApp dan telpon dari orang-orang yang tidak dikenal dan mengancam mereka untuk sesuatu yang sebenarnya enggak pantas mereka terima," ungkapnya.

Kedua anak dan seorang ayah tersebut, kata Nana, merupakan WNI. Dia pun mengaku heran dengan kebijakan pemerintah dalam mengkarantina, dimana jika mereka sakit maka petugas berhak menahan, namun jika sehat pemerintah telah mengimbau kuat untuk mengkarantina mandiri. 

"Bukan pengambilan dan acak di airport seperti ini, apalagi anak ini baru 17 tahun, dipisah dari kakaknya di airport meskipun sehat. Saya prihatin mereka diperlakukan seperti ini dan diberitakan seakan-akan mereka pasien yang melarikan diri dan pantas diasingkan masyarakat," tuturnya.

"Come on guys, kita memang sedang menghadapi pandemik. Tapi apa kita mau memperlakukan manusia seperti ini? Tapi apa kita mau memperlakukan manusia seperti ini, coba lebih bijak menggunakan social media agar kita nggak gampang termakan isu atau sebaran WhatsApp grup sebelah," ujarnya.

Nana menyayangkan juga hal ini lantaran menurutnya tidak ada di dunia yang melakukan pengambilan secara acak seperti kejadian Tony dan anaknya tersebut. 

"Seperti AUS dan NZ, semua penumpang yang datang wajib self quarantine. Yang sakit saat tiba di bandara baru akan diperiksa lebih lanjut dan dikarantina oleh pemerintah. Bukan yang sehat dan diambil secara acak di bandara," ujarnya. 

Selain itu, ruang karantina juga diselalinya, Menurut Nana, ruangan karantina yang disediakan adalah toilet yang nampak bak air dan sabun batang yang ditaruh di pinggiran bak. 

"Ini adalah tempat mereka ditaruh sekarang, tanpa pengawasan media tanpa dokter tanpa APD, tanpa surat-surat jelas. Mereka diberi nasi bungkus dan tidak diperkenankan untuk keluar sampai alat test datang," ujar Nana. 

Nana meminta agar yang lain berhenti menghubungi Tony dan juga anaknya, termasuk untuk tidak menyebarkan foto-foto mereka.

"Apalagi sampai menghujat atau mengata-ngatai mereka. Mereka juga bingung mau jawab apa ke kalian dan bingung lagi mereka ada di dalam tempat karantina ini sekarang," tandas anak dari Jamal Mirdad dan Lydia Kandau ini.

 

Komentar