Selasa, 30 April 2024 | 17:54
OPINI

Wabah Menuntun Pada Kesadaran

Wabah Menuntun Pada Kesadaran
Ilustrasi penyebaran wabah virus corona. (Republika)

ASKARA - Manusia adalah makhluk paling sempurna, dibekali akal untuk berpikir dan memikirkan segala hal. Karena itu juga manusia punya banyak godaan, mulai dari merasa yang paling pintar hingga banyak lupa. 

Wabah penyakit, orang dulu sering menyebutnya sebagai pageblug, kalau dulu wabah hanya terjadi pada suatu desa atau kecamatan atau lingkup sebuah kota. Jaman sekarang wabah menyebar dengan cepat dan mendunia.

Wajar, mobilisasi manusia luar biasa cepat. Misal Pagi ini di Jakarta, dua jam kemudian bisa berada di negeri orang lain dan sebaliknya. Transportasi virus terfasilitasi dengan sempurna. Maka menjaga kesehatan tubuh untuk selalu fit sangat diperlukan. 

Wabah ini juga sebagai cambuk masing-masing pribadi karena ketakutan akan kematian membuat orang lebih memperhatikan kebersihan menjaga kesehatan, membuat rem diri untuk bertemu banyak orang dan bepergian, fokus pada diri dan mulai prihatin dan peduli pada yang lain, bahkan menjadi lebih dekat dengan Tuhan. 

Wabah penyakit tidak mengenal jabatan, kekayaan maupun tingkat kesucian dan kasta apapun, dia bisa mengunjungi siapa saja. Raja, bangsawan, pejabat, pedagang, pemuka agama dan petani. Tidak ada bedanya baik bagi yang tinggal di istana, kolong jembatan, jalanan maupun gubug reyot.

Kejadian wabah dan bencana membawa hikmah besar, terutama kesadaran bahwa kita semua adalah sama. Kesadaran bahwa seberapa berkuasa pun, sebagai manusia tetaplah sama-sama 'lemah'. Tidak ada yang lebih dari yang lain. 

Sejatinya hidup manusia yang terpenting hanya ada tiga hal yaitu;
1. Saling mengingatkan
2. Saling membantu dan 
3. Saling memaafkan
Karena hidup begitu singkat, jangan dibuat rumit dengan saling membenci, menjatuhkan, berebut kuasa. Semua yang kita punya akhirnya juga tidak kita bawa.

Kesadaran membawa kedamaian. 

Komentar