Selasa, 30 April 2024 | 19:31

Tulisan Ringan:

Hidup Memang Dipertemukan dan Dipisahkan

Hidup Memang Dipertemukan dan Dipisahkan
Ilustrasi kehidupan (Finansialku.com)

ASKARA - Perpisahan bisa lewat jalan apapun, begitu juga dengan pertemuan, bisa karena tinggal sekampung, bisa karena sekolah, kuliah, sepekerjaan, temannya teman, seperjalanan, komuitas dan lain sebagainya.

Bagaimana orang bisa menjaga pertemanan itulah intinya. Semua orang membawa sifat diri masing-masing, apakah itu aneh? Tentu tidak, karena memang kita diciptakan berbeda, saudara sedarah kembarpun berbeda, apalagi kita yang hanya dipertemukan sebagai kawan.

Ada gelombang-gelombang aura, kiranya bahasa kerennya begitulah, semacam gelombang pada radio. Ada yang cocok dan tidak. Bila segelombang maka akan bisa sejalan, bilapun tidak bukan berarti kita harus membencinya. Cukup hindarkan diri saja.

Kata orang Jawa jaman dulu, kumpul sak padan padane, sifat mangerteni marang liyan, nrimo kahanan, dhudu nuntut liyan mangertine kahanan. Artinya kira-kira begini: berkumpullah bersama siapapun, mengerti orang lain, menerima keadaan, bukan menuntut orang lain untuk mengerti.

Hal ini diajarkan agar hidup bisa tentram, lebih tepatnya tepa selira (baca: tepo seliro), toleransi. Tapi di zaman sekarang memang sulit, karena tuntutan kehidupan, kebiasaan berlomba, bersaing. Sehingga banyak hal juga tidak bisa dengan mudah ditoleransi. 

Untuk mengerti itu semua dengan benar sungguh tidak mudah, karena setiap diri memiliki ego, terkadang memiliki tujuan yang tersembunyi. Dan itu semua sah saja, karena bisa berbeda pada tingkatan pemahaman dan itu tidak bisa dipaksakan. Karena manusia dasarnya memang penuh kekuatiran, kekuatiran dalam hal apapun, karena ketidaktahuan kita akan hari esok. 

Bagi yang mengertipun tetap menjadi sulit, karena keadaan dipengaruhi banyak hal. 

Andaikan sekumpulan kawan itu selembar papan, bila ada yang menancapkan satu paku saja, maka itu menjadikan luka yang tidak mungkin bisa dihapus begitu saja, walaupun paku itu telah dicabut, maka kondisi papan tidak akan pernah kembali semula, karena lubang itu akan tetap tampak. Ditambal dengan apapun, tetap akan terlihat. Dan hal itu akan berpengaruh pada keseluruhan. Begitu sulitnya menjaga semua sisi. 

Kondisi seperti ini kadang tidak bisa kita hindarkan, kecuali memiliki kesadaran yang sama untuk tidak mempermasalahkan. Tapi itulah kehidupan, tidak perlu disesalkan.

Sebaik-baiknya pertemanan, nyatanya bisa rusak begitu saja hanya karena setitik nila dalam susu sebelangga, meski telah dijaga. Seringkali terjadi hanya karena salah ucapan, menjadi bersingungan, sikap menjadi pembantu perwujudannya.

Di dalam kebaikan ada keburukan, dan dalam keburukan ada kebaikan. Mereka bergandengan seperti dua sisi mata koin, juga seperti siang dan malam, tidak terpisahkan. 

Selalu hati-hati dalam berucap, bersikap, agar hati tetap terjaga dari iri dan dengki apalagi menyakiti. Tetaplah bahagia dengan menjaga hati sendiri.

Salam satu jiwa

Komentar