Pengurus Wartawan ini Berkelit Korupsi
ASKARA - Sebagai pengurus organisasi wartawan yang terjebak dalam skandal korupsi, si Polan Botak merasa terpojok ketika sejumlah anggota organisasi mulai protes keras tentang penyalahgunaan uang bantuan. Dikelilingi oleh anggota-anggota yang murka, Polan mencoba menjelaskan dirinya dengan wajah tanpa bersalah.
"Saya hanya mengambil sebagian uang itu untuk kebutuhan wartawan," ucapnya dengan nada yang sedikit terbata.
"Bukankah, pada akhirnya, uang tersebut masih digunakan untuk kebutuhan wartawan? Jadi, saya pikir saya hanya melakukan efisiensi dalam penggunaan dana," kata Polan.
Alasan tersebut justru semakin memicu kemarahan para anggota.
"Efisiensi? Bagaimana mungkin korupsi bisa disebut efisiensi?" teriak salah seorang anggota dengan suara gemetar.
Si Polan mencoba memutar otak, mencari alasan yang lebih masuk akal.
"Khan uang itu untuk kebutuhan wartawan, dan saya ini wartawan. Dengan demikian saya akan menjadi wartawan yang lebih bahagia dan produktif. Jadi, pada akhirnya, itu juga merupakan investasi bagi kemajuan profesi wartawan!" ujarnya.
Tetapi argumennya hanya membuat situasi semakin kacau. Anggota-anggota lainnya semakin tidak terima dengan penjelasannya yang kacau balau. Sementara itu, di tengah kekacauan tersebut, seorang wartawan senior yang biasanya cerdas mencoba membela.
"Dia benar, bukan?" seru wartawan senior tersebut sambil menunjuk ke arah pengurus yang terduduk kaku.
"Jika dia lebih bahagia dan produktif, itu berarti hasil karyanya akan lebih baik untuk organisasi, bukan? Jadi, pada akhirnya, itu semua untuk kebaikan kita semua," tambahnya.
Yang lain pun teriak, "Huuuu....! Ciloko-ciloko, asem tenan!"
Komentar