Childfree : Sering Dianggap Egois dengan Pilihan Realistis
Oleh : Syabita Salma Nugrani _Mahasiswa Prodi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi, IPB University_
ASKARA - Hidup di negara Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan anggapan bahwa tahapan kehidupan yaitu dimulai dari sekolah, kerja, menikah kemudian memiliki anak dan membangun keluarga yang bahagia menjadi standar kehidupan yang ideal bagi setiap orang.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang didukung dengan kemudahan arus informasi, seorang influencer bernama Gita Savitri memberi statement bahwa dirinya memutuskan untuk childfree. Hal tersebut sontak membuat netizen Indonesia heboh mengenai statement influencer tersebut. Netizen pun mengelompokkan diri mereka antara kubu pro dan kontra atas statement tersebut.
Childfree sendiri merupakan kondisi ketika seseorang atau sepasang suami istri memilih secara sadar untuk tidak memiliki anak. Hal ini tentu didasari oleh pertimbangan dan faktor-faktor tertentu dari setiap seseorang atau pasangan atas keputusan tersebut. Dengan adanya fenomena ini, tentunya banyak orang beropini dan memberi tanggapan akan hal ini.
Para netizen yang berkubu pro rata-rata didominasi oleh para kaum milenial, mereka menyebutkan alasannya bahwa mengurus seorang anak tidaklah mudah. Banyak tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang harus dipikul jika menjadi orang tua. Pengalaman saat mereka tumbuh dewasa yang diiringi dengan trauma masa kecil, masalah ekonomi, hingga kesehatan mental yang kurang baik menjadi faktor pendukung mereka memutuskan untuk pro pada childfree atau bahkan telah memutuskan untuk childfree.
Mereka yang pro atas keputusan childfree ini juga beropini tentang kehidupan yang realistis. Realistis dalam arti harga pangan, sandang, hingga papan yang kian meningkat setiap waktunya. Memiliki seorang anak tentunya menjadi pertimbangan penting, lantaran kebutuhan pokok seperti pada masa kehamilan, biaya persalinan, biaya kebutuhan sehari-hari, hingga biaya sekolah berkualitas yang bisa terbilang cukup mahal menjadi alasan mengapa seseorang memutuskan untuk childfree.
Selain alasan diatas, fenomena ini juga didasari dengan hasil data yang menyatakan bahwa Indonesia termasuk pada negara yang memiliki angka kelahiran yang tinggi. Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Namun, berdasarkan data mengutip dari databoks.com Indonesia secara kumulatif, angka kelahirannya sudah berkurang 30,64% selama periode 1990-2022. Hal ini mungkin bisa terjadi lantaran adanya ajakan pemerintah tentang memiliki dua orang anak sudah cukup dan ideal serta adanya fenomena childfree ini.
Para netizen yang berada pada kubu kontra, mereka menyebutkan bahwa childfree dianggap melanggar ajaran agama. Hal ini tentunya diyakini oleh orang-orang yang beragama islam. Mereka meyakini suatu hadist yang mengatakan bahwa “Rasulullah SAW bersabda: Nikahilah wanita-wanita yang penyayang dan subur (banyak keturunan), karena aku akan berbangga kepada umat yang lain dengan banyaknya kalian (H.R Abu Daud).”
Selain alasan tersebut, mereka yang berada di pihak kontra menyebutkan bahwa childfree membuat hidup tidak berjalan sesuai kodrat. Seorang perempuan yang telah mengambil keputusan childfree berarti tidak menjalankan fungsi reproduksi dengan sepenuhnya. Fungsi reproduksi yang dimaksud berupa menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui dimiliki oleh wanita. Jika tidak memiliki anak, maka hal tersebut dianggap berlawanan dengan kodrat sebagai seorang Wanita dan sering dianggap tidak menjadi seorang wanita seutuhnya.
Dengan adanya pandangan pro dan kontra atas fenomena childfree ini tentunya jangan dijadikan kesempatan untuk mencela orang lain. Setiap orang memiliki hak pengambilan keputusan pada hidup mereka masing-masing selama tidak melanggar aturan hukum dan merugikan orang lain.
Setiap orang tentulah memiliki pandangan hidupnya masing-masing. Setiap individu juga berhak atas hidup mereka masing-masing. Perlunya rasa toleransi dan saling menghargai satu sama lain demi menciptakan keharmonisan bermasyarakat. Hargai setiap keputusan yang orang lain ambil demi keberlangsungan hidup mereka.
Keputusan setiap individu atau pasangan untuk childfree tentunya telah menjadi pertimbangan besar bagi mereka. Banyak alasan dan faktor tersendiri dibalik hal tersebut. Hal yang mungkin sekiranya mudah untuk kita, belum tentu dianggap sama dengan orang lain. Setiap orang tentunya memiliki kadar kemampuannya masing-masing. Keputusan yang mereka ambil tentunya menjadi keputusan realistis yang mereka tempuh. Hal tersebut juga jangan dianggap menjadi keputusan egois, karena mereka pasti telah mempertimbangkan hal ini sedalam mungkin.
Memiliki pandangan dan keputusan hidup yang berbeda tentunya tidak bisa dianggap menjadi suatu hal yang egois selama hal tersebut masih dalam aturan dan tidak mencampuri urusan atau merugikan pihak lain. Untuk itu, marilah untuk menghargai pendapat dan keputusan hidup bagi setiap orang, karena itu merupakan hak mereka dalam kehidupan ini dan mulailah saling merangkul satu sama lain demi tujuan hidup yang menjunjung kedamaian dan keharmonisan
bersama.
Komentar