Senin, 29 April 2024 | 09:20
OPINI

Childfree : Sering Dianggap Egois dengan Pilihan Realistis

Childfree : Sering Dianggap Egois dengan Pilihan Realistis
Childfree (Dok Freepik)

Oleh : Syabita Salma Nugrani _Mahasiswa Prodi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah  Vokasi, IPB University_

ASKARA - Hidup di negara Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan anggapan bahwa tahapan  kehidupan yaitu dimulai dari sekolah, kerja, menikah kemudian memiliki anak dan membangun  keluarga yang bahagia menjadi standar kehidupan yang ideal bagi setiap orang. 

Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang didukung dengan kemudahan arus  informasi, seorang influencer bernama Gita Savitri memberi statement bahwa dirinya  memutuskan untuk childfree. Hal tersebut sontak membuat netizen Indonesia heboh mengenai  statement influencer tersebut. Netizen pun mengelompokkan diri mereka antara kubu pro dan  kontra atas statement tersebut. 

Childfree sendiri merupakan kondisi ketika seseorang atau sepasang suami istri memilih secara  sadar untuk tidak memiliki anak. Hal ini tentu didasari oleh pertimbangan dan faktor-faktor  tertentu dari setiap seseorang atau pasangan atas keputusan tersebut. Dengan adanya fenomena  ini, tentunya banyak orang beropini dan memberi tanggapan akan hal ini. 

Para netizen yang berkubu pro rata-rata didominasi oleh para kaum milenial, mereka  menyebutkan alasannya bahwa mengurus seorang anak tidaklah mudah. Banyak tugas,  kewajiban, dan tanggung jawab yang harus dipikul jika menjadi orang tua. Pengalaman saat  mereka tumbuh dewasa yang diiringi dengan trauma masa kecil, masalah ekonomi, hingga  kesehatan mental yang kurang baik menjadi faktor pendukung mereka memutuskan untuk pro  pada childfree atau bahkan telah memutuskan untuk childfree. 

Mereka yang pro atas keputusan childfree ini juga beropini tentang kehidupan yang realistis.  Realistis dalam arti harga pangan, sandang, hingga papan yang kian meningkat setiap  waktunya. Memiliki seorang anak tentunya menjadi pertimbangan penting, lantaran kebutuhan  pokok seperti pada masa kehamilan, biaya persalinan, biaya kebutuhan sehari-hari, hingga  biaya sekolah berkualitas yang bisa terbilang cukup mahal menjadi alasan mengapa seseorang  memutuskan untuk childfree. 

Selain alasan diatas, fenomena ini juga didasari dengan hasil data yang menyatakan bahwa  Indonesia termasuk pada negara yang memiliki angka kelahiran yang tinggi. Indonesia juga  menjadi salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Namun, berdasarkan  data mengutip dari databoks.com Indonesia secara kumulatif, angka kelahirannya sudah  berkurang 30,64% selama periode 1990-2022. Hal ini mungkin bisa terjadi lantaran adanya  ajakan pemerintah tentang memiliki dua orang anak sudah cukup dan ideal serta adanya  fenomena childfree ini. 

Para netizen yang berada pada kubu kontra, mereka menyebutkan bahwa childfree dianggap  melanggar ajaran agama. Hal ini tentunya diyakini oleh orang-orang yang beragama islam.  Mereka meyakini suatu hadist yang mengatakan bahwa “Rasulullah SAW bersabda: Nikahilah  wanita-wanita yang penyayang dan subur (banyak keturunan), karena aku akan berbangga  kepada umat yang lain dengan banyaknya kalian (H.R Abu Daud).”

Selain alasan tersebut, mereka yang berada di pihak kontra menyebutkan bahwa childfree  membuat hidup tidak berjalan sesuai kodrat. Seorang perempuan yang telah mengambil  keputusan childfree berarti tidak menjalankan fungsi reproduksi dengan sepenuhnya. Fungsi  reproduksi yang dimaksud berupa menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui dimiliki  oleh wanita. Jika tidak memiliki anak, maka hal tersebut dianggap berlawanan dengan kodrat  sebagai seorang Wanita dan sering dianggap tidak menjadi seorang wanita seutuhnya. 

Dengan adanya pandangan pro dan kontra atas fenomena childfree ini tentunya jangan  dijadikan kesempatan untuk mencela orang lain. Setiap orang memiliki hak pengambilan  keputusan pada hidup mereka masing-masing selama tidak melanggar aturan hukum dan  merugikan orang lain. 

Setiap orang tentulah memiliki pandangan hidupnya masing-masing. Setiap individu juga  berhak atas hidup mereka masing-masing. Perlunya rasa toleransi dan saling menghargai satu  sama lain demi menciptakan keharmonisan bermasyarakat. Hargai setiap keputusan yang orang  lain ambil demi keberlangsungan hidup mereka. 

Keputusan setiap individu atau pasangan untuk childfree tentunya telah menjadi pertimbangan  besar bagi mereka. Banyak alasan dan faktor tersendiri dibalik hal tersebut. Hal yang mungkin  sekiranya mudah untuk kita, belum tentu dianggap sama dengan orang lain. Setiap orang  tentunya memiliki kadar kemampuannya masing-masing. Keputusan yang mereka ambil  tentunya menjadi keputusan realistis yang mereka tempuh. Hal tersebut juga jangan dianggap  menjadi keputusan egois, karena mereka pasti telah mempertimbangkan hal ini sedalam mungkin. 

Memiliki pandangan dan keputusan hidup yang berbeda tentunya tidak bisa dianggap menjadi  suatu hal yang egois selama hal tersebut masih dalam aturan dan tidak mencampuri urusan atau  merugikan pihak lain. Untuk itu, marilah untuk menghargai pendapat dan keputusan hidup bagi  setiap orang, karena itu merupakan hak mereka dalam kehidupan ini dan mulailah saling  merangkul satu sama lain demi tujuan hidup yang menjunjung kedamaian dan keharmonisan 
bersama.

 

Komentar