Sabtu, 27 April 2024 | 19:02
TRAVELLING

Surga Tersembunyi yang Penuh Kejutan

Surga Tersembunyi yang Penuh Kejutan
Bermain di pantai Goa Langir (Dok Yoga)
Oleh: Yoga Maulana Pramudita 
Mahasiswa IPB University
   
ASKARA - Pernahkah kamu membayangkan sebuah petualangan yang dimulai dari candaan dan berakhir dengan pengalaman tak terlupakan? Inilah kisahku dan teman-temanku menjelajahi Pantai Goa Langir di Sawarna, sebuah petualangan spontan yang penuh dengan keindahan, rintangan, dan misteri. 
 
Pantai Goa Langir Di Daerah Sawarna, yang mana hal tersebut dari rencana yang dadakan dan tidak di sengaja yang di buat oleh perbincangan antara yoga yang secara bercanda mengajak Habibi untuk kepantai Goa Langir. Tak di sangka ajakan tersebut ditanggapi serius oleh Habibi, yang kemudian mengajak teman kampus lainya untuk pergi bersama-sama. Memang tidak semua yang bisa ikut namun sebagian saja sudah cukup ramai yaitu Farhan, Ervan, Ziqri, Rafli, Gilang, Farrel, Jamil, Zidane, Yoga dan Habibi. 
 
Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat  mengendarai lima motor. Rencana awal untuk berangkat jam 3 pagi memang tidak sesuai dengan kenyataan. Mengumpulkan semua rekan ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Akhirnya, kami baru bisa berangkat pada pukul 8 pagi. Jarak tempuh dari Kota Bogor ke Pantai Goa Langir di Sawarna sekitar 126,6 kilometer. Perjalanan memakan waktu sekitar 4-5 jam perjalanan. 
 
Perjalanan kami memang penuh dengan rintangan. Selain harus berangkat lebih siang dari yang direncanakan, kami juga mengalami hujan lebat saat hampir sampai di tujuan. Untungnya, kami bisa berteduh sejenak dan melanjutkan perjalanan setelah hujan reda. Tak hanya itu, kami juga dihadapkan dengan calo yang meminta sedikit uang dari kami. Cara mereka meminta uang yang tidak kami sukai, membuat kami merasa tidak nyaman. Beruntung, Yoga yang pernah ke sana sebelumnya berhasil mengatasinya dengan memberikan alasan yang logis. Akhirnya, kami diizinkan untuk melanjutkan perjalanan tanpa harus membayar uang kepada calo tersebut. Kami juga mengalami kendala pada motor Ervan yang mana knalpotnya copot di karenakan jalan yang memang cukup banyak berlubang. Untungnya, Ridho membawa peralatan motor dan ia mampu memperbaikinya. 
 
Setelah melewati berbagai rintangan, akhirnya kami sampai di Pantai Goa Langir. Kami disuguhkan dengan pemandangan ombak biru yang jernih, tebing-tebing goa yang hijau dan tinggi, dan banyak binatang, orang utan di tepian tebing. Pemandangan ini benar-benar menakjubkan dan menjadi daya tarik utama pantai ini. 
 
Sesampainya di sana, kami berkeliling sejenak dan mencari penginapan di pinggir pantai. Untungnya, kami menemukan penginapan yang cukup murah dan dapat menampung kami semua. Setelah rehat sejenak, kami kembali berkeliling dan memasuki beberapa goa. Kami terkagum-kagum dengan kedalaman goa tersebut dan tetesan air yang menambah kesan keindahannya. Setelah berkeliling goa, kami bermain di tepi pantai. Kami berenang, bermain pasir, dan membuat kreasi dari pasir seperti mengubur sebagian tubuh teman dan membuat meja dan bangku. 
 
Tak lama kemudian, dua pengunjung seorang perempuan dan seorang laki-laki yang merupakan adik dan kakak, bertanya kepada kami, dan ingin bergabung dengan kami. Kami menyambutnya dengan baik dan bertanya kembali asal mereka. Ternyata mereka berasal dari Tangerang, yang jaraknya lebih jauh dibandingkan dengan kami. Mereka memaksakan jarak tempuh tersebut karena penasaran dengan keindahan Pantai Goa Langir yang sering muncul di trending media sosial. 
 
Mereka pun menjelaskan bahwa memang benar hasilnya tak mengecewakan. Dan salah satu dari mereka memberi tahu informasi bahwa Pantai Goa Langir adalah salah satu pantai yang sejauh ini paling indah dari banyaknya pantai yang sudah mereka kunjungi. Kami pun sependapat bahwa Pantai Goa Langir memang rekomendasi tempat wisata yang indah. Setelah cukup banyak berbincang, kami pun memutuskan untuk mandi dan beristirahat. 
 
Malam pun tiba, Gilang dan Habibi mengusulkan untuk bakar-bakar ikan. Usulan itu dilontarkan secara mendadak tanpa adanya persiapan. Namun ide brilian tersebut kami sambutnya dengan antusias. Saat itu juga, kami langsung berangkat menuju pasar ikan yang dekat Pantai Goa Langir. Beruntungnya, meskipun sudah malam hari, masih ada tukang ikan yang berjualan. Setelah membeli ikan dan bumbu lainnya, kami mencari daun pisang di pinggir jalan untuk menjadi wadah makan. Kami diberitahu oleh masyarakat lokal untuk mengambil pelepah pisang yang berada di sebrang jalan. Kami pun cukup berterima kasih kepada penduduk dan menyempatkan berbincang sejenak. Ternyata, bukan hanya wisatanya saja yang indah, namun masyarakat lokalnya pun ramah-ramah. Setelah itu kami kembali ke penginapan dan membakar ikan yang sudah kami beli. Setelah itu, kami memutuskan untuk beristirahat dan tidur. 
 
Pagi hari pun tiba. Yoga, Habibi, dan Ridho bangun terlebih dahulu untuk berkeliling kembali ke goa yang belum kami kunjungi. Meskipun bertiga dan rekan lainnya belum terbangun, kami tetap melanjutkan berkeliling pada jam 5:40 pagi hari. Sikap kami bertiga pun masih sama yaitu terkejut seperti di awal kami datang. Ternyata semua goa yang ada di sana memiliki keindahan yang cukup membungkam mulut kami dan menyuci mata kami dengan keindahanya. 
 
Pada goa terakhir yang kami kunjungi, kami bertiga sampai tengah perjalanan goa, sikap kami masih sama yaitu bergembira dan terkagum-kagum dengan keindahanya. kami tetap melanjutkan perjalanan pada goa tersebut yang perjalanannya memang sedikit berbeda. Goa ini memiliki jalan yang cukup sempit dan kecil, namun kami bertiga masih tak berpikir aneh-aneh. Kami tetap melanjutkannya meskipun harus bertiarap untuk melewati jalan tersebut. 
 
Pada akhirnya kami bertiga berhasil melewati jalan tersebut dan seketika suasana berubah menjadi mencekam dan merinding. Bukan karena gelap atau kami berhasil mentok dan melewati jalan yang sempit, namun kami bertiga dibuat merinding karena pada tengah-tengah tebing tersebut tergeletak sebuah wadah kecil yang berisikan cukup banyak tulang-tulang kecil, seperti tulang ayam, namun entah itu tulang apa. Tanpa berpikir panjang, kami bertiga pun bergegas untuk buru-buru melewati jalan tersebut dan segera kembali ke penginapan. Entah hal apa yang baru saja kami bertiga lihat, namun hal tersebut cukup mengejutkan dan membuat mereka terdiam. 
 
Kami bertiga juga sepakat untuk tak menceritakan hal tersebut pada rekan lainnya di penginapan. Tak berselang lama kami pun bersiap-siap untuk pulang ke Bogor kembali karena memang hari sudah menjelang sore hari. Saat perjalanan pulang, kami memutuskan untuk beristirahat untuk mengisi perut yang sudah kosong dan di situlah kami bertiga menceritakan hal apa yang sudah kami lihat tersebut. Namun hal tersebut tak di ambil pusing karena pada kenyataannya keindahan Pantai Goa Langir secara keseluruhannya memang dapat membungkam mereka semua yang melihatnya dengan segala keindahannya. 
 
 

Komentar