Senin, 29 April 2024 | 06:07
OPINI

Orang Tua Perlu Tau, Gadget dapat Perlambat Kemampuan Bicara Anak

Orang Tua Perlu Tau, Gadget dapat Perlambat Kemampuan Bicara Anak
Penggunaan gadget pada anak (Dok Pixabay)
Oleh: Ervan Muhammad Putra Kurniawan 
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB
 
ASKARA - Salah satu tahap perkembangan manusia yang dimulai sejak bayi adalah berbicara. Tahapan ini merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan sejak dini karena dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan perkembangan seorang anak.  Bicara sebagai sebuah bentuk bahasa menggunakan artikulasi atau kata-kata dalam menyampaikan maksud. Berbicara sebagai sebuah keterampilan mental-motorik melibatkan koordinasi antara kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda dengan kemampuan mengaitkan arti terhadap bunyi yang dihasilkan. (Azizah, 2017) 
Masa pertumbuhan dan perkembangan adalah masa yang menentukan anak sejak lahir sampai dengan usia 8 tahun, karena pada masa ini terjadi perkembangan penting seperti pertumbuhan fisik, intelektual, emosional, bahasa, dan perkembangan sosial harus dimulai stimulasinya di rumah, tempat pengasuhan anak, pelayanan pendidikan lainnya (Suryana, 2016). Periode ini merupakan periode kondusif dalam menumbuhkembangkan berbagai macam kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan spiritual. Rentang usia dini juga sangat menentukan dalam pembentukan karakter yaitu sikap, perilaku, dan kepribadian seorang anak di masa depan (Dorlina, 2011 disitasi Wulandari, Ichsan, dan Romadhon, 2016). 
 
GADGET SUDAH BANYAK DIGUNAKAN OLEH ANAK-ANAK 
 
Perkembangan teknologi sekarang sudah semakin maju, terutama dalam penggunaan gadget (Rika Widya, 2020). Seiring perkembangan zaman aktivitas bermain anak-anak bersama gadget menjadi sulit untuk dipisahkan. Saat ini setiap orang bisa melakukan kontak sosial ataupun komunikasi melaluigadget seperti komputer, laptop, tab, dan smartphone (Novitasari, W & Khotimah, 2016). 
Menurut Sujianti (2018), anak yang bermain gadget lebih memilih bermain pada gadget yang disukainya. Hasil data di dunia sejak tahun 2013, sebanyak 72 persen anak usia di bawah 8 tahun sudah mulai menggunakan perangkat mobile seperti smartphone, tablet, dan iPod dengan mayoritas anak usia 2 tahun lebih suka menggunakan tablet dan smartphone setiap harinya. Angka tersebut meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun 2011 dengan angka 38 persen (Fajriana, 2015). 
Penelitian oleh Zubaidah (2017) juga mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara yang aktif menggunakan sosial media dengan 79,7% pengguna aktif. Anak banyak menggunakan gadget sebagai sarana bermain 23%, sedangkan dari 82% orang tua menyatakan bahwa mereka online setidaknya sehari dalam seminggu. 
 
Data tersebut menunjukkan bahwa memang benar penggunaan gadget sangatlah digemari dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Teknologi sudah menguasai lapisan masyarakat mulai dari anak usia dini, usia remaja, hingga usia dewasa pun telah mengenal kecanggihan teknologi, misalnya smartphone serta sosial media. 
 
KETERLAMBATAN BICARA ANAK AKIBAT GADGET 
 
Menurut Sukmawati (2019), Pranesia, Anggrasari, Bahagia (2020), dan Sawitri, Yannaty, Widyastika, Harumsih, Musyarofah (2019), golden age merupakan puncak perkembangan pada anak, salah satunya pada perkembangan bicara dan bahasa yang mana pada masa perkembangan ini anak akan menjadi sangat aktif bermain, meniru perilaku, berceloteh, menirukan bunyi-bunyi, dan menggabungkan kata menjadi kalimat. Ketidaknormalan kemampuan berbicara seorang anak jika dibandingkan dengan kemampuan berbicara anak seusianya adalah keterlambatan berbicara. Maka dari itu sangatlah penting peran orang tua untuk mengatur pola penggunaan gadget pada anak. 
 
Dampak penggunaan gadget pada anak usia dini sangatlah banyak, yaitu membuat kemampuan psikomotorik anak tidak berkembang, menurunkan sensor motorik bicara anak, menurunkan sosialisasi dan interaksi yang membuat anak tidak peka terhadap lingkungan, kemampuan kognitif, psikologis, emosi, perkembangan fisik, moral, sosial emosi, perkembangan bahasa, komunikasi hanya satu arah, kurang mampu menilai, menelaah dan memahami makna dari pembicaraan. 
 
Menurut Dr Catherine Birken, Pada studi yang melibatkan hampir 900 anak, para orangtua melaporkan jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak mereka menggunakan layar dalam menit per hari pada usia 18 bulan. Peneliti kemudian menggunakan daftar periksa balita, alat skrining yang divalidasi untuk menilai perkembangan bahasa anak-anak pada usia 18 bulan. Mereka melihat berbagai hal, termasuk apakah anak menggunakan suara atau kata untuk mendapatkan perhatian atau bantuan dan merangkai kata-kata menjadi satu, dan berapa banyak kata yang digunakan anak. 
 
Studi tersebut menemukan bahwa 20 persen anak menghabiskan rata-rata 28 menit sehari menggunakan layar. Setiap peningkatan waktu layar harian selama 20 menit dikaitkan dengan peningkatan risiko sebanyak 49 persen dari apa yang para peneliti sebut sebagai penundaan bicara ekspresif, yaitu kemampuan yang menggunakan suara dan kata. Namun, studi tersebut tidak menemukan hubungan antara penggunaan perangkat genggam dengan area komunikasi lainnya, seperti gerak tubuh, bahasa tubuh, dan interaksi sosial. 
 
Fernandez, Lestari (2019), Oktaviani, Nisa, Baroroh (2019), Sari, Purwati (2018), dan Nirwana, Mappapoleonro, Chairunisa (2018) memperkuat pendapat di atas dengan menyatakan bahwa gadget mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap perkembangan bicara dan bahasa anak yang mana menggunakan gadget 2 jam per hari memiliki risiko terhadap keterlambatan bicara dan bahasa dibandingkan dengan anak yang menggunakan gadget kurang dari 2 jam per hari, bahkan lebih dari 60 menit mengalami keterlambatan bahasa. 
 
Keterlambatan bicara atau (speech delay) pada anak dapat dibagi menjadi dua yaitu:  1) Speech delay fungsional, yaitu keadaan dimana gangguan ini tergolong ringan dan biasanya terjadi karena kurangnya stimulus atau pola asuh yang salah 2) Speech delay nonfungsional, yaitu keadaan dimana gangguan ini merupakan sebuah akibat karena adanya sebuah gangguan bahasa reseptif, seperti autism atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dialami oleh anak. 
 
Durasi penggunaan gadget >60 menit dapat menyebabkan keterlambatan bahasa. Tiga puluh menit anak menggunakan gadget dapat meningkatkan keterlambatan bicara dan bahasa. Ada pengaruh perilaku kecanduan gawai dengan perkembangan bahasa anak yang berada pada taraf sedang, artinya anak yang mengalami perilaku kecanduan gawai maka perkembangan bahasa anak juga berada pada taraf yang sedang. Sehingga semakin tinggi tingkat perilaku kecanduan gawai pada anak maka akan berpengaruh kecil terhadap peningkatan perkembangan bahasa anak (Prasetya, 2017). 
 
Penggunaan gadget pada anak usia dini memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan bicara dan bahasa anak. Golden age atau masa perkembangan puncak pada anak menjadi rentan terhadap penggunaan gadget yang berlebihan, yang dapat mengakibatkan keterlambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan anak untuk menggunakan layar gadget, semakin tinggi risiko keterlambatan bicara ekspresif. Hal ini juga diperkuat oleh penemuan bahwa penggunaan gadget selama lebih dari 60 menit per hari dapat meningkatkan risiko keterlambatan bahasa. 
 
Selain itu, terdapat dua jenis keterlambatan bicara: fungsional dan non-fungsional, yang dapat disebabkan oleh kurangnya stimulus atau pola asuh yang salah, atau oleh gangguan bahasa reseptif seperti autisme atau ADHD. Durasi penggunaan gadget yang melebihi batas tertentu dapat menjadi faktor risiko untuk keterlambatan bicara dan bahasa, dan perilaku kecanduan gadget juga memiliki korelasi dengan perkembangan bahasa anak. 
 
Dengan demikian, penting bagi orang tua untuk membatasi dan mengatur penggunaan gadget pada anak usia dini, serta memperhatikan tanda-tanda keterlambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa untuk mengambil tindakan yang sesuai guna mendukung perkembangan anak secara optimal. 
 
BEBERAPA SARAN UNTUK  MENGATASI KETERLAMBATAN BERBICARA ANAK 
 
1. Tenaga kesehatan diharapkan untuk memberikan edukasi kepada orang tua agar menambah pengetahuan tentang pengaruh penggunaan gadget dengan keterlambatan berbicara (speech delay) pada anak. 
 
2. Orang tua perlu memberikan batasan durasi penggunaan gadget bagi Si Buah Hati. Apabila Si Buah Hati berusia di bawah usia 2 tahun, orang tua tidak direkomendasikan untuk  memaparkan  gadget.  Apabila Sang Anak ada di rentang usia 2 hingga 5 tahun, rekomendasi durasi penggunaan gadget adalah maksimal 1 jam setiap harinya. Setelah berusia 5 tahun, Orang tua  dapat membatasi durasi penggunaan  gadget  maksimal  2  jam  per  hari.  Batasan  ini membuat sang anak dapat mengalokasikan waktu untuk kegiatan lain, misalnya berinteraksi dengan orang tua serta bermain dengan teman seusianya (Australian Institute of Family Studies, 2021). 
 
3. Orang tua mungkin membiarkan sang anak bermain gadget agar orang tua dapat melakukan aktivitas lain. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan. Orang tua tetap perlu mendampingi sang anak  karena  pendampingan yang dilakukan orang tua dapat memberikan stimulasi yang lebih optimal bagi sang anak (Dalton & Grisham, 2011). Interaksi yang dilakukan dipercaya menjadi faktor preventif speech delay pada anak yang terpapar gadget (Birken, 2017). 
 
4. Instansi pendidikan hendaknya memberikan program kepada mahasiswa untuk melakukan promosi kesehatan dan membantu pihak puskesmas dalam upaya menurunkan angka kejadian keterlambatan berbicara (speech delay) pada anak. 
 
 

Komentar