Senin, 29 April 2024 | 20:16
TRAVELLING

Cari Baju Murah? Pasar Senen Aja, Pusat Thrift Pakaian Serba Terjangkau

Cari Baju Murah? Pasar Senen Aja, Pusat Thrift Pakaian Serba Terjangkau
Penulis ketika wawancara di Stasiun Juanda (Dok Azzhara)

Oleh: Azzahra Pramesti

Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University

ASKARA - Pakaian adalah hal yang paling diperhatikan seseorang ketika bepergian. Seseorang–termasuk aku–dapat menghabiskan waktu lebih banyak untuk menentukkan pakaian apa yang cocok dikenakan hari itu, berdasarkan cuaca, suasana hati kala itu, dan faktor lainnya. Selain penampilan saat berpakaian, kualitas dari pakaian sendiri harus disamakan dengan harga jual sebuah pakaian. Pastinya, banyak orang yang tidak ingin membeli beberapa pasang pakaian dengan harga tinggi, namun berkualitas rendah. Akan lebih baik membeli sebuah baju dengan harga tinggi yang setara dengan kualitasnya, bahkan akan lebih baik kualitas tinggi dengan harga yang murah. Pasar Senen, adalah sebuah tempat tujuan banyak orang yang gemar berbelanja pakaian dengan harga yang lebih murah dari biasanya, memberikan banyak pilihan model pakaian di satu wilayah yang luas, membuat tempat tersebut selalu ramai dipenuhi pengunjung tanpa memandang akhir pekan.

Hari dimulai ketika aku terbangun di pagi hari, tepatnya pada pukul 07.51 WIB. Aku disambut dengan bubur manado yang telah tersaji di atas meja makan, diminta untuk segera disantap sebelum menjalani hari. Agenda di hari Sabtu, tanggal 24 Februari 2024 ini adalah pergi ke Pasar Senen untuk berbelanja pakaian untuk kebutuhan sehari-hariku dan teman-temanku. Awalnya aku tidak berniat untuk ikut, namun karena faktor tertentu, pada akhirnya aku memutuskan untuk berangkat ke Stasiun Bogor pada pukul 12 siang untuk menemui temanku yang telah sampai lebih dulu disana.

Perjalananku menuju stasiun ditempuh menggunakan mobil, mengetahui siang itu matahari sedang terik-teriknya. Jalanan sekitar stasiun tampak padat, tetapi tidak sampai membuat kemacetan panjang. Stasiun siang itu sedang tidak terlalu padat pengunjung, sesekali mataku menangkap sekumpulan orang yang tengah menunggu teman-temannya berkumpul, yang kurang lebih sama dengan apa yang aku lakukan setibanya aku di Stasiun Bogor. Tidak lama setelah itu, teman-temanku berkumpul di satu titik di pinggir rel kereta, menunggu datangnya kereta yang akan membawa kami ke stasiun akhir, Stasiun Manggarai. Beruntungnya kami mendapatkan tempat duduk di salah satu gerbong kereta, mengetahui bahwa hari ini adalah akhir pekan, yang sempat membuat kami khawatir akan kepadatan penumpang kereta. Hampir semua tempat duduk di gerbong itu terisi penuh, tanpa meninggalkan seorang penumpang terpaksa berdiri sambil berpegangan dengan handle kereta. Kereta mulai bergegas ke stasiun berikutnya dan terus berjalan hingga menghadirkan banyak penumpang baru yang tidak dapat tempat duduk di gerbong tersebut.

Setibanya kami di Stasiun Cawang, salah satu temanku bilang kalau sebaiknya kami berpindah rute kereta menuju Jakarta Kota, dan akan turun di Stasiun Juanda, bukan di Manggarai. Mengetahui rute dari Stasiun Juanda menuju Pasar Senen yang lebih mudah ditempuh, dibanding dengan rute dari Stasiun Manggarai menuju Pasar Senen yang mengharuskan kami untuk berpindah kereta di tengah padatnya Manggarai, kami sepakat untuk memilih turun di Stasiun Tebet, kemudian melanjutkan perjalanan yang berhenti di Juanda.

Kereta berhenti di Stasiun Juanda pada pukul 14.17 WIB, banyak penumpang yang juga turun di stasiun setelah Stasiun Gondangdia itu. Salah satu dari sekian penumpang yang turun di Stasiun Juanda berkata, bahwa tujuannya pergi menuju Juanda sama dengan kami, yaitu untuk menuju Pasar Senen. Sebuah kebetulan juga bahwa penumpang itu berasal juga dari Stasiun Bogor.

Stasiun Juanda siang itu sedang tidak padat pengunjung. Walau fakta bahwa hari ini adalah akhir pekan, stasiun tersebut tidak seramai stasiun transit Manggarai jika dibandingkan. Masih banyak ruang untuk kami berjalan dengan bebas, keluar stasiun tanpa harus mengantri, dan udara yang datang dari luar bangunan stasiun yang terbuka. Siang hari memang selalu panas di bulan ini, tidak jauh berbeda dengan panasnya Stasiun Bogor ketika aku tiba di tempat itu untuk berkumpul dengan temanku.

Bangunan yang pertama kali tertangkap oleh indera penglihatan adalah ruko minimarket yang terletak di seberang jalan. Teriknya matahari membuat kami ingin sekali mampir ke salah satu minimarket hanya untuk merasakan sejuknya AC dalam ruangan, namun mengingat waktu kami untuk menuju Pasar Senen tidak cukup banyak, lantas kami langsung melanjutkan perjalanan menggunakan taksi online. Butuh sedikit waktu lebih lama dari biasanya, hingga ada salah satu sopir taksi online ingin menerima pesanan kami. Saking terburu-burunya kami, di tengah perjalanan menuju Pasar Senen, salah satu dari temanku berkata bahwa kami semua belum sempat menyantap makan siang, mengetahui jam sudah mau menunjukkan pukul tiga sore, dan tidak satupun dari kami ingin mencari makanan cepat saji yang dapat menjadi makan siang kami semua hari ini.

Perjalanan ini adalah kali pertamaku untuk berkunjung ke Pasar Senen. Tidak mengetahui informasi apapun tentang tempat ini adalah salah satu kesalahanku sebagai orang yang baru pertama kali berkunjung ke Pasar Senen. Menyebabkan kami semua yang sempat kelelahan karena harus menaiki tangga jembatan penyeberangan selama dua kali karena tidak mengetahui pusat thrift pakaian di Pasar Senen terletak di gedung apa.

Mobil Toyota Avanza itu berhenti di pinggir jalan, tepat di depan gedung Pasar Senen Blok 3. Ketidaksiapan kami dalam hal informasi, membuat kami menyebrangi jalan melalui jembatan penyebrangan yang terhubung langsung dengan isi gedung Pasar Senen itu sendiri. Melihat begitu banyaknya kios kacamata selama perjalanan, menyadarkan kami bahwa gedung ini, sepertinya bukan tujuan kami. Pasar Senen yang dikunjungi oleh banyak orang di media sosial menampilkan banyak model pakaian yang tidak ada di pusat perbelanjaan mal, bahkan beberapa pakaian model lama hanya akan ditemukan di Pasar Senen, menurut beberapa orang yang kami lihat di media sosial.

Berbekal keberanian akan bertanya pada salah satu pegawai yang bekerja disana, akhirnya kami sadar kalau gedung Pasar Senen Blok 3, adalah gedung yang menjadi tempat pemberhentian awal kami setelah menempuh jalan menggunakan taksi online. Pada akhirnya, kami kembali ke titik awal dengan kembali menuruni dan menaiki tangga jembatan penyeberangan untuk mengikis jarak antar gedung yang terpisah oleh jalan utama. Memasuki gedung tersebut, kami baru disambut oleh banyak pedagang tas, belum sampai di bagian pakaian yang ternyata terletak di lantai tiga. Pengunjung di keseluruhan gedung sama rata ramainya, tidak ada bagian dari Pasar Senen yang tidak padat pengunjung apalagi bagian pakaian di lantai tiga. Ternyata harga yang ditawarkan sama terjangkaunya dengan banyak orang yang aku lihat di media sosial, tidak heran tempat ini selalu ramai pengunjung baik akhir pekan atau hari kerja.

Komentar