Senin, 29 April 2024 | 14:37
OPINI

Sikap Gibran saat Debat Cawapres Dianggap Tidak Sopan, dan Menjadi Sorotan Publik

Hal ini Harus Jadi Evaluasi untuk Debat Cawapres Berikutnya

Sikap Gibran saat Debat Cawapres Dianggap Tidak Sopan, dan Menjadi Sorotan Publik
Tangkapan youtube debat Cawspres (Dok KPU)
Oleh: Siti Ainun Arsy 
Mahasiswa Prodi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University
 
ASKARA - Gibran Rakabuming Raka merupakan seorang pengusaha dan politikus, ia juga menjabat sebagai Wali Kota Surakarta sejak 2021. Ia juga merupakan putra sulung dari Presiden Joko Widodo.  Saat ini Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden (cawapres) termuda. Ia mendampingi Prabowo dari Koalisi Indonesia Maju. 
 
Pada tahun 2022, banyak pendukung Jokowi mulai mendukung Gibran sebagai calon wakil presiden. Pada saat pengesahan, kriteria untuk menjadi calon presiden adalah berusia 40 tahun ke atas, sedangkan Gibran masih berusia 37 tahun saat pemilu. Untuk memungkinkan Gibran mencalonkan diri, Mahkamah Konstitusi yang berada dibawah kepemimpinan paman mertua Gibran mengeluarkan keputusan kontroversial yang menambahkan pengecualian usia minimum bagi individu yang telah terpilih menjadi pemimpin daerah. Hal ini tentu menjadi perdebatan publik. Putusan ini dianggap merugikan masyarakat karena harus terjebak dalam sistem demokrasi Indonesia oleh dinasti politik.  
 
Jika dilihat secara mendalam, memang benar bahwasannya putusan MK dianggap memihak dan memberi jalan pada Gibran Rakabuming Raka untuk masuk dalam kategori usia calon wakil presiden. Publik juga beranggapan bahwa putusan MK ini lahir karena kepentingan politik dan semata bukan karena pertimbangan hukum. Hal ini tentu memicu pro dan kontra dikalangan masyarakat luas. 
 
Setelah diumumkannya Gibran sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto, pro dan kontra terus terjadi, ditambah lagi dengan sikap Gibran saat debat capres. Saat debat capres berlangsung, Gibran terlihat meminta para pendukung bersorak untuk mendukung Prabowo. Ini terjadi saat segmen keempat, ketika para capres saling mengajukan pertanyaan dan saling menanggapi. Mulanya, capres no urut 1 bertanya pada Prabowo terkait putusan MK mengenai Batasan usia capres-cawapres. Prabowo menjawab bahwa rakyat yang memutuskan dan memilih. Belum sampai waktunya habis, Gibran berdiri dan mengangkat tangannya seolah meminta pendukung untuk menyoraki tangkisan Prabowo. Tentu hal ini menjadi sorotan publik, karena aksinya tersebut dianggap provokatif dan hal ini merupakan sebuah pelanggaran. 
 
Tak berhenti disana, pada debat kedua cawapres sosok cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan di media sosial Indonesia. Sebab, putra sulung Presiden Joko Widodo alias Jokowi itu dinilai warganet bersikap kurang sopan terhadap lawan debatnya. Salah satunya adalah ketika dia melakukan gimmick seolah sedang mencari sesuatu ketika diminta moderator untuk menanggapi jawaban dari Mahfud Md. 
 
Gestur Gibran yang celingukan seolah-olah mencari benda “Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud, saya nyari-nyari di mana ini jawabannya? Kok gak ketemu jawabannya,”. Sikap Gibran ini tentu mengundang perhatian masyarakat. Gesturnya ini dianggap meremehkan cawapres Mahfud Md. Sebelumnya Gibran melontarkan pernyataan tentang “Bagaimana cara mengatasi greenflation,” tanya Gibran pada Mahfud. Kemudian, Mahfud menyaut “Sesuai aturan dan istilah-istilah”. Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuat aturan dalam debat caprescawapres penggunaan istilah asing dalam debat harus dijelaskan artinya, agar pertanyaan menjadi jelas. Gibran menanggapi, bahwa ia tidak menjelaskan maksud greenflation tersebut karena sosok Mahfud ialah seorang professor dan pasti mampu menangkap maksud pertanyaannya. 
 
Selain kepada Mahfud, Gibran juga melontarkan sindiran pada Cak Imin yang tampak membaca catatan dalam debat. Gibran menjawab pertanyaan dengan diawali “Enak banget ya Gus ya, jawabnya sambal baca catatan tadi,” ujar Gibran. Sindiran kedua dilontarkan oleh Gibran dengan menyebut Cak Imin lucu. “Gus Muhaimin ini lucu ya, menanyakan masalah lingkungan hidup, tapi itu kok pakai botol-botol plastik itu,” kata Gibran. 
 
Beberapa sikap Gibran yang menjadi sorotan publik ini tentu menjadi evaluasi tersendiri bagi Gibran Rakabuming Raka. Karena sikap Gibran juga tidak dapat dibenarkan dalam debat tersebut. Gibran semestinya dapat menjaga cara berkata dan bersikap nya dalam debat tersebut, sebagai seorang cawapres tentu apapun yang ia lakukan akan menjadi sorotan bagi publik. Sikap seseorang dalam sebuah debat sangat penting karena dapat memengaruhi hasil dan suasana dari pertukaran argument. Untuk mengurangi kemungkinan hal ini terulang kembali, kedepannya dapat dilakukan edukasi yang mendalam mengenai etika dalam debat. Sebab sebagai calon pemimpin dan wakil pemimpin rakyat, hal yang dilihat salah satunya adalah etika dari orang tersebut.  
 
Sebagai tokoh publik yang selalu berada di bawah sorotan media, kesadaran akan perilaku sangatlah penting. Tindakan yang kita lakukan tidak selalu diinterpretasikan oleh orang lain dengan cara yang sama. Apapun yang kita lakukan bisa saja dianggap negatif oleh publik, terlepas dari niat baik yang ada di baliknya. Oleh karena itu, penting bagi tokoh publik untuk senantiasa memperhatikan setiap tindakan dan perkataan mereka, karena mereka menjadi perwakilan dari nilai dan moral yang mereka anut. Mereka harus menyadari bahwa setiap gerak-gerik, kata-kata, bahkan ekspresi wajah mereka bisa menjadi bahan interpretasi bagi publik. 
 
Kesadaran akan hal ini memungkinkan tokoh publik untuk bertindak dengan lebih bijaksana dan memperhitungkan dampak dari setiap tindakan mereka terhadap persepsi masyarakat. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa mereka tetap menjadi teladan yang positif bagi masyarakat dan menjaga reputasi mereka sebagai tokoh publik yang bertanggung jawab.  
 
 

Komentar