Sabtu, 27 April 2024 | 22:03
OPINI

Pendidikan Politik, Ilmu Penting yang Tak Diajarkan di Sekolah

Pendidikan Politik, Ilmu Penting yang Tak Diajarkan di Sekolah
Insert penulis dan politik (Dok Pixabay/Askara)
Oleh: Angel Ling Lim
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB
 
ASKARA -Pertarungan antar kandidat dalam Pemilihan Umum tahun ini cukup panas.. Adu strategi dengan berbagai janji kampanye disuarakan oleh para calon presiden, calon wakil presiden, maupun calon anggota legislatif. Berbagai lembaga survei bahkan mengkaji arah politik pemilih muda. Mulai dari isu-isu yang menjadi perhatian seperti, kriteria pemimpin ideal, hingga kecenderungan arah dukungan mereka kepada calon yang ada. Isu-isu yang menjadi perhatian para pemilih tentunya dapat mempengaruhi preferensi dukungan mereka kepada calon yang ada khususnya anak muda. Mereka cenderung memilih didukung oleh isu-isu yang beredar.
 
Tidak diherankan, mengingat jumlah pemilih pada rentang usia 17-40 tahun mencapai 52% dari total jumlah pemilih (CNN, 2023). Sedangkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan jumlah yang lebih tinggi, yakni 55% pemilih dalam pemilu mendatang merupakan kelompok gen Z dan milenial (KPU, 2023). Ironisnya, pemilih muda cenderung lebih rendah partisipasinya dibandingkan dengan yang lebih tua. Sikap ini dapat dipicu oleh kurangnya pemahaman politik, tak merasa berkepentingan dengan proses politik, dan isu yang diajukan kandidat tak relevan dengan kebutuhannya.
 
Walau banyak beredar isu-isu yang mampu mengarahkan pemilih pada preferensi pilihan tertentu, tak bisa dibantah bahwa masih ada kekurangan perihal bagaimana pemilih memilih preferensi politiknya. Hal ini mencakup informasi yang tidak utuh, salah, hingga kecenderungan mereka mengikuti tren yang sangat mungkin diarahkan oleh influencer dan buzzer yang minim gagasan. Penggunaan media dan komunikasi antar pengguna yang tidak efektif juga bisa menjadi penyebabnya. Mungkin sebagian dari kita tidak sadar bahwa pengaruh komunikasi dalam ilmu politik perannya sangat besar. Ilmu politik dapat digunakan untuk memahami konteks dimana komunikasi politik berlangsung Ilmu politik dapat digunakan untuk memahami sistem politik, institusi politik, dan proses politik, yang semuanya mempengaruhi cara komunikasi politik berlangsung. Ilmu politik juga dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak komunikasi politik pada proses politik.
 
Hubungan antara ilmu komunikasi dan ilmu politik sangat erat dan saling terkait. Ilmu komunikasi digunakan untuk memahami cara komunikasi politik berlangsung dan efektivitasnya, sementara ilmu politik digunakan untuk memahami konteks di mana komunikasi politik berlangsung dan dampaknya pada proses politik. Kedua ilmu tersebut saling melengkapi satu sama lain dalam memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dunia politik.
 
Secara spesifik di tingkat SMA memang belum ada mata pelajaran ilmu politik maupun ilmu komunikasi di dalamnya. Beberapa mata pelajaran yang mungkin mirip seperti Sejarah atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), juga masih didominasi dengan materi konseptual yang memaksa siswa menghafal nama ataupun angka-angka. Maka para pendidik perlu menempatkan diri dalam pembentukan kesadaran politis siswa, akan menjadi sangat menentukan bagaimana generasi yang akan datang. Perhatian generasi muda terhadap isu-isu nasional termasuk di dalamnya adalah isu politik memang dapat dipahami sebagai dampak dari kemudahan akses terhadap sumber yang melimpah di media sosial. Namun, pendidik dapat lebih aktif memberikan pendidikan politik secara nyata. Salah satu bentuk upaya yang bisa dilakukan adalah:
 
1. Sadarkan mereka akan hak suara. Hal paling kecil adalah membuat siswa paham tentang apa yang bisa mereka lakukan dengan hak suara mereka. Bahwa isu-isu sosial, politik, maupun ekonomi sangat dipengaruhi kebijakan pemerintah, yang dampaknya tidak hanya dirasakan hari ini tetapi juga di masa-masa mendatang. Mereka perlu paham, siapapun pemimpin yang terpilih nantinya, kebijakan yang ada nantinya akan mempengaruhi keberlangsungan hidup mereka di negara ini.
 
2. Menjadikan sekolah sebagai laboratorium politik. Pendidik harus mampu menjadi contoh nyata pelaksana demokrasi dan bagaimana sistem tersebut memberikan manfaatnya bagi setiap individu. Contoh kecil lainnya adalah melindungi hak siswa untuk berpendapat.
 
3. Memberikan pemahaman dengan contoh sederhana untuk mengonseptualisasikannya. Contoh sederhana yang paling sering ditemui adalah program kerja OSIS yang seharusnya dari, oleh, dan untuk siswa akhirnya hanya dapat direalisasikan jika sesuai dengan selera dan kepentingan pendidik. Hal serupa mungkin dapat kita jumpai pada praktik penyelenggaraan negara, ketika kepentingan rakyat kerap tumpang tindih dengan kepentingan partai atau segelintir orang yang berkuasa.
 
4. Pelajari ilmu komunikasi. Ilmu tersebut saling melengkapi satu sama lain dalam memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dunia politik. Mempelajari ilmu komunikasi juga dapat membuka wawasan, memperluas pengetahuan dan sudut pandang pada situasi pemilu yang sedang berlangsung. Selain itu, membuat anak muda menjadi lebih selektif dalam menerima pesan dari suatu konten di media sosial sehingga mereka dapat lebih selektif pula dalam menentukan pilihan.
 
Berdasarkan hal-hal itulah kesadaran politis dengan komunikasi yang baik harus dibangun sejak dini dan dapat dimulai dari hal-hal terdekat yang bisa menjadi contoh untuk mengonseptualisasikan masalah-masalah terkait politik, demokrasi, dan hal bersifat kenegaraan lainnya. Lembaga pendidikan bisa menjadi peluang awal bagi para pendidik mengasah kesadaran politis siswa. Supaya mereka sadar bahwa pengetahuan berpolitik pada anak muda menjadi salah satu faktor penting kemajuan negara. Pemilu tahun ini adalah salah satunya, memastikan para pemilih telah menentukan pilihan dengan pertimbangan yang pasti adalah tanggung jawab individu. Untuk cakupan yang lebih luas, tentu seorang pendidik tidak dapat terlalu menunjukkan preferensi politiknya kepada siswa. Lebih lanjut, pendidik sebagai pihak-pihak intelektual harus memberikan pembelajaran mengenai pentingnya ilmu komunikasi dan bermedia, serta contoh nyata pelaksanaan demokrasi dan bagaimana sistem tersebut bermanfaat bagi setiap individu.

Komentar