Minggu, 28 April 2024 | 13:35
OPINI

Hambatan Komunikasi antar Budaya terhadap Mahasiswa

Hambatan Komunikasi antar Budaya terhadap Mahasiswa
Ilustrasi hambatan komunikasi (Dok Pixabay)

Oleh: Safira Nissa Salsabiela

Mahasiswi Program Studi Komunikasi Digital dan Media SV IPB University

ASKARA - Budaya adalah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok orang serta diwarisi dari generasi ke generasi. Komunikasi antar budaya merupakan fenomena yang akan dihadapi oleh semua orang karena manusia adalah makhluk yang memiliki budaya serta budaya yang dihasilkan oleh manusia memiliki tingkat keragaman yang tinggi. Dengan begitu, budaya memiliki pengaruh dalam menentukan tujuan manusia yaitu proses berinteraksi.

Komunikasi antar budaya Maletzke (2016) komunikasi antar budaya atau Intercultural communication adalah proses pertukaran pikiran dan makna di antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya. Dengan demikian, komunikasi budaya merupakan komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dengan latar belakang budaya berbeda berbeda yang melakukan proses penyampaian pesan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam Prosesnya, pertukaran makna dan pikiran yang terjadi ini berpotensi menyebabkan keasingan hingga konflik tertentu karena perbedaan budaya tersebut.

Menurut Chen dan Starosta (2020) komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Artinya Ketika berkomunikasi antar budaya, seseorang harus melepaskan sebagian fungsi dasar sebagai anggota budaya terlebih dahulu untuk dapat memahami dan tidak membedakan dirinya dari orang lain yang memiliki budaya yang berbeda
Dengan definisi yang lebih kontekstual, Rich & Ogawa (dalam Mukarom, 2020, hlm. 167) mengartikan komunikasi antar budaya sebagai komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antar suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial. Bahkan, kelas sosial pun akan menghasilkan budaya yang berbeda, dan karenanya menghasilkan komunikasi antar budaya pula.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian komunikasi antar budaya menurut para ahli diatas bahwa komunikasi antar budaya merupakan proses yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki latar belakang budaya berbeda ketika melakukan proses komunikasi harus meninggalkan latar belakang budaya atau etnisnya terlebih dahulu agar dapat berkomunikasi dengan efektif.

Komunikasi antar budaya akan selalu melibatkan perbedaan-perbedaan dan etnis. Namun, perbedaan budaya inilah yang menjadikan Indonesia disebut sebagai negara majemuk yaitu memiliki berbagai budaya. Keragaman budaya di tiap daerah akan selalu mempengaruhi manusianya. Oleh karena itu, denagn banyaknya keragaman budaya di Indonesia harus dapat mempersatukan bahasa kita yaitu bahasa Indonesia agar tidak terjadi kesalahpahaman saat berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

DeVito (2018) mengemukakan pula bahwa hambatan dalam Komunikasi Antar Budaya mencakup hal-hal berikut :
1) Pengabaian perbedaan antar kelompok yang berbeda budaya. Hambatan ini merupakan hambatan yang sering terjadi terutama jika dikaitkan dengan persoalan nilai, sikap dan kepercayaan.
2) Pemberian stereotipe karena terjebak pada pengabaian adanya budaya yang berbeda.
3) Mengabaikan perbedaan dalam makna.
4) Melanggar adat kebiasaan kultural, yaitu peraturan komunikasi yang ada berdasarkan kultur-kultur sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang patut dan mana yang layak dan tidak layak untuk dilakukan
5) Menilai perbedaan secara negatif, maksudnya adalah sekalipun telah dipahami adanya perbedaan diantara kultur-kultur,perbedaan ini tidak boleh dianggap sebagai sesuatu hal yang negatif.

Pada hambatan komunikasi antar budaya, salah satu hal yang berpengaruh adalah sikap etnosentrime. Menurut Zastrow (dalam Liliweri, 2002, h.168) Etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang absolute dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain. Hal ini sering kali mengakibatkan penilaian negatif terhadap budaya lain dan kesulitan dalam memahami dan menghargai perbedaan budaya Etnosentrisme dapat menyebabkan konflik antara kelompok budaya yang berbeda.

Sikap etnosentrisme juga dapat menghambat proses integrasi dan kerjasama antar budaya. Dalam hambatan komunikasi antar budaya, sikap etnosentrisme juga dapat menyebabkan munculnya stereotip dan prasangka terhadap kelompok budaya lain.Sikap etnosentrisme dapat menghambat terbentuknya saling pengertian dan harmoni antar budaya.

Dengan adanya hambatan tersebut, mahasiswa perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya lain dan kemampuan untuk menghargai perbedaan dalam komunikasi antar budaya. Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi lintas budaya agar dapat membangun hubungan yang harmonis dan saling menghormati dengan mahasiswa dari budaya lain. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan saling mendukung bagi mahasiswa dari berbagai budaya yang berbeda. Hal ini juga akan membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja secara efektif dalam lingkungan multikultural.

Komunikasi antar budaya dapat mendorong mahasiswa untuk mengembangkan rasa empati dan lebih memahami perspektif orang lain.
Dalam konteks globalisasi yang semakin berkembang, mahasiswa perlu memiliki keterampilan komunikasi antar budaya yang kuat agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang beragam secara budaya. Mahasiswa juga dapat belajar memahami norma-norma sosial, nilai-nilai, dan aturan budaya lainnya melalui komunikasi antar budaya.

Memperluas kesempatan untuk mengenal dan membangun persahabatan dengan mahasiswa dari budaya lain juga dapat menjadi alasan untuk mempelajari keunikan dan kekayaan budaya serta tradisi mereka. Dengan demikian, komunikasi antar budaya dapat memperkaya pengalaman belajar mahasiswa dan membantu mereka menjadi individu yang lebih terbuka dan inklusif.

Komentar