Minggu, 28 April 2024 | 23:47
OPINI

Harmonisasi Kebijakan dan Masyarakat dalam Menghadapi Tantangan Mobil Listrik dan Ganjil-Genap

Harmonisasi Kebijakan dan Masyarakat dalam Menghadapi Tantangan Mobil Listrik dan Ganjil-Genap
Mobil listrik (Source: @patrickl on unsplash.com)

Oleh: Nida Aminaturrizqi

Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media SV  IPB University 

ASKARA - Ganjil-genap bagi sebagian orang menjadi suatu penghalang untuk bekerja atau melakukan sesuatu hal lainnya. Di era sekarang ini, kendaraan listrik bukanlah sebuah barang yang fantasis lagi. Kini, banyak kendaraan listrik hadir dengan harga yang terjangkau dan dapat terhindar dari kebijakan lalu lintas ganjil-genap. Menggunakan kendaraan listrik memang memiliki banyak keuntungan baik secara pribadi maupun publik. Namun, tidak sedikit masyarakat yang menjadikan kendaraan sebagai second choice. Tidak sedikit pun masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik semata-mata untuk menghindari ganjilgenap dan di lain hari masyarakat masih menggunakan kendaraan konvensional berbahan bakar minyak seperti biasanya. 

Memiliki mobil listrik menjadi impian setiap orang. Sayangnya, tidak sedikit orang yang membeli mobil listrik tidak berdasarkan urgensinya namun akibat FOMO (Fear of Missing Out) atau hanya mengikuti tren saja. Disisi lain, mobil listrik pun dapat digunakan untuk menghasilkan uang. Seperti halnya menjadi driver sebuah taxi online. Dengan menggunakan mobil listrik, tentunya biaya operasional lebih rendah. Maka tidak ada yang bisa menyalahkan hal ini.  

Perlu Adanya Harmonisasi Kebijakan Mobil Listrik dan Ganjil-Genap 

Kebijakan ganjil-genap perlu dipertegas kembali. Selain itu, perlu adanya harmonisasi kebijakan pemerintah antara kebijakan kepemilikan mobil listrik dan ganjil-genap. Jika pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan mobil listrik, maka perlu adanya kebijakan khusus lainnya untuk menurunkan pertumbuhan kepemilikan mobil konvensional berbahan bakar minyak. Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia memiliki perilaku konsumtif yang cukup tinggi. Sudah pasti akan tergiur dengan keuntungan memiliki mobil listrik yang berujung kepada peningkatan kepemilikan kendara di Indonesia. Ditambah dengan gengsi sebagian masyarakat yang cukup tinggi, masyarakat tidak ragu untuk memiliki mobil lebih dari 1 (satu) untuk terhindar dari ganjil-genap. Dengan demikian, kenaikan kepadatan kendaraan di Indonesia pun tidak dapat dihindari. 

Saat ini, yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah upaya untuk menurunkan kepadatan kendaraan karena jika mobil listrik terhindar dari ganjil-genap maka masyakarat akan semakin berbondong-bodong dalam membeli mobil listrik. Dalam situasi tersebut memanglah sesuatu yang positif, namun dilihat dari perilaku masyarakat Indonesia yang menjadikan mobil listrik sebagai second choice. Dalam kesempatan lain, masyarakat akan tetap menggunakan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM).  

Selain adanya harmonisasi kebijakan, masyarakat pun perlu bekerja sama untuk membenahi persoalan ini. Apalah artinya jika harmonisasi kebijakan terlaksana namun masyarakat tidak dapat bekerja sama dengan baik. Semua hal yang telah dilakukan oleh pemerintah dan stakeholders lainnya akan percuma dan tidak akan ada perubahan yang lebih baik.  

Mobil Listrik Bukanlah Satu-Satunya Solusi Mengurangi Emisi Karbon 

Mayoritas masyarakat Indonesia berpendapat bahwa memiliki kendaraan adalah sebuah investasi. Tidak sedikit masyarakat Indonesia berprinsip ”yang penting punya mobil, siapa tau butuh”, jika dilihat dari situasi urgensinya mobil bukanlah sesuatu yang mendesak. Perlu diketahui, memiliki kendaraan bukanlah aset yang cocok untuk dijadikan sebuah investasi. Memiliki kendaraan harus berdasarkan dengan kewajiban seseorang atau yang sering disebut dengan ’liabitas’. Tentunya, pengendara perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya perawatan kendaraan.  

Banyak alternatif lain untuk mengurangi emisi karbon, seperti berjalan atau bersepeda saat bepergian jarak dekat dan tentunya menggunakan transportasi umum. Dengan menggunakan transportasi umum, masyarakat tidak hanya berhemat saja. Namun, ada banyak sisi baik lainnya dengan menggunakan transportasi umum, salah satunya adalah berbagi rezeki kepada driver atau supir transportasi umum. Dalam menyikapi alternatif ini, maka perlu adanya gengsi masyarakat Indonesia yang perlu diturunkan untuk menggunakan transportasi umum.  

Gengsi Naik Transportasi Umum? Udah Ga Jaman Lagi! 

Menggunakan transportasi umum bukanlah solusi yang terburuk. Dengan menggunakan transportasi umum, emisi karbon akan semakin berkurang dan kepadatan kendaraan akan semakin menurun. Saat ini, tentunya transportasi umum pun semakin berkembang dengan berbagai fasilitas yang menjanjikan. Namun, kuantitas dari transportasi umum yang nyaman pun masih sangat terbatas, sehingga masyarakat seringkali berdesakdesakan saat menggunakan transportasi umum. Dengan demikian, rasa aman dan nyaman masyarakat dalam menggunakan transportasi umum terbilang cukup rendah. 

Melihat persoalan tersebut, sebagian masyarakat akan semakin ragu menggunakan transportasi umum sebagai solusi utamanya. Pemerintah perlu bertindak untuk menangani persoalan tersebut. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan kembali dan memperbanyak jumlah transportasi umum di Indonesia.  

Menggunakan transportasi umum pun tentunya akan lebih menghemat pengeluaran. Masyarakat tidak perlu mengeluarkan dana untuk biaya perawatan kendaraan, pajak kendaraan, bensin, dan tentunya tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar tagihan kartu kredit atau tunggakan kredit kendaraan beserta dengan bunganya.  

Memiliki kendaraan sesuai dengan kebutuhan sehari-hari bukanlah kesalahan besar. Setiap masyarakat memiliki urgensinya masing-masing. Banyak hal yang lebih menjanjikan dibanding memiliki kendaraan lebih dari satu dalih untuk berinvestasi. Terdapat opsi lain yang lebih menjanjikan untuk berinvestasi, seperti halnya berinvestasi melalui emas, reksadana, dan lain sebagainya.   

 

Komentar