Senin, 29 April 2024 | 06:34
OPINI

Di mana pengawasan Orang Tua? Anak Perlu Diawasi!

Di mana pengawasan Orang Tua? Anak Perlu Diawasi!
Anak dan orang tua (Dok Pixabay)
Oleh: Maylani Mutiara Maharani *
 
ASKARA - Awal tahun 2024 di pertengahan bulan Januari, Indonesia digegerkan oleh berita yang sangat miris dari Kota Riau yakni mengenai anak TK yang dicabuli oleh teman sesama jenisnya di sekolahnya. Selain itu, tidak sedikit juga kasus mengenai penyebaran video pornografi di Indonesia yang mengakibatkan kesalahan fatal. Kasus pencabulan anak TK ini merupakan salah satu kesalahan yang terjadi akibat video pornografi. Pelaku melakukan pencabulan terhadap temannya karena diduga menonton film porno dari HP ayah pelaku. Penyebab kasus ini terlihat sangat miris pada sudut pandang dunia anak. 
 
Kasus krisis pengawasan anak tidak lain mengukur dari kepedulian, pengawasan, dan bimbingan orang tua. Pengawasan orang tua merupakan kewajiban yang perlu dilakukan untuk anak. Seorang anak akan menerapkan segala didikan yang orang tua berikan. Mayoritas anak memiliki karakteristik untuk mencoba hal-hal baru bahkan jika mereka melihatnya secara langsung. Keteledoran orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi kehidupan anak. 
 
Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak mereka. Bimbingan orang tua akan membantu anak tumbuh dan berkembang dengan optimal. Ada banyak cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membimbing anak-anak mereka. Dengan menjadi contoh yang baik, berkomunikasi dengan terbuka dan jujur, memberikan kasih sayang dan dukungan, menetapkan aturan dan batasan yang jelas, dan memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang, orang tua dapat membantu anak menjadi individu yang baik dan tepat.
 
Di era digitalisasi saat ini, memang sudah tidak bisa dipungkiri lagi akan maraknya anak seusia dini menggunakan gadget untuk mencari hiburan, baik itu gadget pribadi maupun gadget orang tua. Tetapi banyak juga masyarakat digegerkan oleh kasus-kasus penyebaran video porno. Secara otomatis seharusnya orang tua perlu mengawasi dan membimbing anaknya ketika menggunakan gadget atau perangkat lainnya. Seperti yang kita ketahui secara psikologis, gadget menjadi satu alat yang dapat merubah pola pikir dan perilaku manusia, sehingga berpotensi membahayakan untuk manusia terutama anak-anak.
 
Fenomena maraknya pengguna gadget menjadi salah satu tantangan bagi orang tua untuk semakin peduli dan bijak terhadap anak. Tidak masalah apabila gadget dipergunakan, tetapi kita perlu tahu hal-hal yang berdampak baik dan buruk bagi kehidupan. Anak-anak yang menggunakan gadget belum cukup paham dalam penggunaannya dan mereka hanya memikirkan kesenangan dirinya, sehingga di sini lah peran orang tua untuk terus mengawasi agar terhindar hal-hal yang tidak diinginkan seperti menonton video yang tidak pantas mengakibatkan aksi pencabulan.
 
Penyebab intens kasus ini juga sangat disorot oleh warganet, ada beberapa opini yang menyalahkan ayah pelaku. Di duga ayah pelaku menyimpan video porno pada HP nya, seharusnya ia tidak melakukan hal itu terlebih ia merupakan orang tua pelaku yang merupakan anak usia dini. Sebagai orang tua juga seharusnya bisa menyaring hal-hal yang baik atau buruk yang dapat mempengaruhi kedepannya. 
 
Orang tua memang merupakan satu peran utama untuk anak, tetapi sekolah juga menjadi peran pendukung kehidupan anak. Seorang anak perlu pendidikan agar memiliki pengetahuan yang cukup luas sehingga dapat kritis dan mamahami wawasan yang cukup luas. Pada kasus pencabulan sesama teman yang viral kemarin, menjadi pelajaran bagi seluruh sekolah terutama di Indonesia agar terus mendukung pemberian wawasan yang luas bagi siswa-siswa. Selain itu, sekolah bisa berkolaborasi dengan dokter psikolog untuk mengadakan penyuluhan atau sosialisasi pengetahuan secara khusus yang bisa dipahami oleh anak. 
 
Motif kasus yang viral pada awal tahun 2024 ini sangat miris karena mengandung dampak perkembangan zaman, dan soal peri-kemanusiaan bahkan anak seusia dini. Masyarakat atau warganet terkejut mendengar berita mengenai seorang anak kecil mencabuli teman sekolahnya yang diduga korban dari beberapa kali menonton video porno dari HP ayahnya pelaku. Kelalaian orang tua menjadi fokus utama pada perihal kehidupan anak di era digital ini. IPTEK semakin berkembang yang dapat memudahkan manusia, tetapi disisi lain tetap memiliki dampak buruk pada setiap individu.
 
Jumlah pengguna gadget di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data dari Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada tahun 2023, salah satu jumlah pengguna gadget menembus angka 300 juta lebih pengguna gadget dari seluruh kalangan termasuk anak-anak. Berdasarkan data tersebut, tidak heran dengan maraknya kasus yang ditimbulkan dari aktivitas penggunaan gadget seperti menonton video/film porno yang relatif banyak disebarluaskan, maka Penggunaan gadget pada anak usia dini memiliki dampak positif dan negatif. Orang tua perlu sangat bijak dalam membatasi penggunaan gadget dan memberikan konten yang sesuai dengan usia anak. 
 
Perkembangan IPTEK yang terus berdampingan dengan kehidupan manusia tidak dapat dihentikan. Sehingga hal ini perlu mengedepankan persiapan pengetahuan dan keterampilan untuk terus bijak pada perkembangan yang akan terjadi nanti. Selain itu, pembuatan regulasi dan kebijakan dalam penggunaan teknologi juga perlu direalisasikan untuk menyejahterakan kehidupan manusia dan pastinya dapat melindungi generasi baru dari segala dampak atau kasus yang tidak diinginkan. Saran atau solusi yang mendasar yakni semua hal yang perlu direalisasikan merupakan langkah untuk menjaga dampak-dampak buruk yang kemungkinan terjadi pada masyarakat terutama pada anak-anak.
 
* Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University
 

Komentar