Senin, 29 April 2024 | 18:05
OPINI

Persepsi Gen Z terhadap Dinamika Politik pada Pemilu 2024: Melek Teknologi

Persepsi Gen Z terhadap Dinamika Politik pada Pemilu 2024: Melek Teknologi
Gen Z (Dok Pixabay)
Oleh: Dinda Putri Agustin (Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB Program Studi Komunikasi Digital & Media)
 
ASKARA - Dinamika politik dapat mempengaruhi Gen Z dengan cara yang signifikan. Sebagai contoh, perdebatan tentang isu-isu sosial seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia bisa memotivasi Gen Z untuk terlibat secara aktif dalam politik dan advokasi. Selain itu, pandangan politik yang dipegang oleh tokoh-tokoh masyarakat atau media sosial juga dapat memengaruhi sikap dan keyakinan politik generasi ini.
 
Generasi Z diharapkan menjadi pemilih yang signifikan pada pemilu 2024 yang memiliki kemampuan untuk menggunakan media sosial dan teknologi untuk menyebarkan informasi seputar politik, serta mengumpulkan dukungan untuk kandidat atau isu tertentu. Peran Generasi Z pada pemilu 2024 dapat terlihat dari potensinya menjadi calon atau pejabat terpilih. Generasi ini berpotensi membawa perspektif dan inovasi baru dalam dunia politik serta mewakili suara generasi muda dalam pengambilan keputusan politik.
 
Dengan demikian, peran Generasi Z pada pemilu 2024 dapat menjadi kunci dalam menentukan arah politik dan mempengaruhi hasil pemilu. Penting bagi para pemimpin politik dan partai politik untuk memperhatikan keinginan dan kebutuhan Generasi Z agar dapat memperoleh dukungannya pada pemilu mendatang. Generasi Z cenderung memperhatikan isu lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan keadilan sosial yang dapat mempengaruhi agenda politik dan pilihan kandidat.
 
Media sosial menjadi ruang terbaik untuk menyebarkan informasi secara luas kepada gen Z. Dalam tahun-tahun politik, media sosial seringkali digunakan sebagai media kampanye setiappraktisi politik untuk mendapatkan suara masyarakat terutama Generasi Z sebagai pemilih pemula. Dalam pemilu 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat sebanyak 56,45% suara berasal dari generasi melek teknologi yakni generasi milenial dan gen Z. Hal ini tentu menguatkan fungsi media sosial terhadap kampanye para praktisi politik Indonesia Persepsi Gen Z terhadap dinamika politik pada Pemilu 2024 di Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, penting untuk diakui bahwa Gen Z adalah generasi yang terhubung secara digital dan cenderung lebih terbuka terhadap beragam pandangan politik. Oleh karena itu, kampanye politik yang inovatif dan terkini dapat mempengaruhi persepsi mereka.
 
Kedua, isu-isu yang relevan dengan kepentingan dan nilai-nilai Gen Z, seperti pendidikan, lapangan kerja, lingkungan, dan keadilan sosial, akan memainkan peran penting dalam membentuk pandangan mereka terhadap dinamika politik pada pemilu tersebut. Selain itu, keterlibatan langsung dari calon pemimpin politik dan partai politik dalam mendengarkan dan merespons aspirasi Gen Z juga akan memengaruhi cara mereka melihat dan terlibat dalam proses politik. Terakhir, penggunaan media sosial dan platform digital lainnya oleh politisi dan partai politik untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan Gen Z akan sangat berdampak.
 
Pemberian informasi yang jelas, transparan, dan mudah diakses tentang platform dan agenda politik dapat membantu memperkuat partisipasi mereka dalam proses pemilihan. Pada pemilu 2024, peran Generasi Z diperkirakan cukup besar, antara lain:
 
● Generasi Z ialah pemilih pemula terbesar dengan rentang rusia antara 17 hingga 29 tahun dan memenuhi syarat sebagai pemilih utama. Karena besarnya populasi Generasi Z, suara dan preferensi mereka dapat menentukan hasil suatu pemilu.
● Generasi Z dikenal aktif dan sensitif terhadap isu-isu sosial dan politik. Oleh karena itu, Generasi Z berpotensi menjadi influencer yang mempengaruhi opini publik dalam pemilu.
● Banyak kerabat Generasi Z yang berminat untuk ikut langsung menjadi relawan dan aktivis partai atau calon tertentu. Beberapa juga tertarik menjadi politisi atau pembuat kebijakan baru.
● Generasi Z dikenal vokal menyuarakan aspirasinya. Mereka dapat membuat hashtag viral dan gerakan protes online terkait isu politik dan pemilu.
● Generasi Z memerlukan pendekatan baru dalam literasi politik dan pendidikan terkait dengan gaya komunikasinya. Hal ini penting agar Generasi Z dapat berpartisipasi dengan pemahaman yang baik tentang demokrasi dan pemilu.
 
Generasi Z mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih. Angka tersebut menunjukkan Generasi Z dan milenial memiliki potensi untuk membentuk perubahan dan memberikan kontribusi positif dalam pengambilan keputusan. Hal yang wajar bila kelompok milenial paling diincar menjelang Pemilu 2024. Karena itulah bakal calon presiden (bacapres) seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto harus mampu menggaet kelompok muda ini agar suara mereka terdongkrak.
 
Di sisi lain, dalam kegiatan politik praktis dalam kerangka demokrasi, Generasi Z menempati posisi sebagai pemilih pemula dalam kegiatan Pemilu. Posisi Generasi Z dalam lingkar politik menjadi sangat diperhitungkan saat ini, baik di Indonesia maupun di level internasional. Dalam masa-masa kampanye Pemilu para pemilih pemula didekati oleh para elit politik secara intensif melalui beragam cara. Para anak muda ini menjadi penting dalam sengitnya persaingan mendulang suara demi perebutan kursi kekuasaan. Kedekatan mereka dengan media sosial menjadi kata kunci yang menjadi pertimbangan terkait metode pendekatan yang dilakukan. Beragam konten media sosial dibuat dalam rangka menarik minat para pemilih pemula yang dikenal dinamis.
 
Pada dasarnya, Generasi Z adalah generasi yang hidup beriringan dengan perkembangan teknologi. Dalam konteks pemilihan presiden tahun 2019 silam, kedua pasangan calon bersaing untuk mendapatkan dukungan dari pemilih Generasi Z. Ini disebabkan oleh fakta bahwa kelompok pemilih milenial dari Generasi Z yang terdiri dari generasi muda merupakan mayoritas dari total pemilih terdaftar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok generasi muda ini mencapai 37,7% dari total pemilih dengan tambahan 12,7% yang termasuk dalam kategori pemilih pemula.
 
Dengan kata lain, pemilih dalam kelompok ini menyumbang setengah dari total pemilih. Bahkan, tren ini diprediksi akan terus meningkat pada pesta demokrasi 2024, terutama jika kita mempertimbangkan bonus demografi yang sedang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, peluang untuk memenangkan dukungan dari pemilih generasi muda adalah sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
 
 

Komentar