Senin, 29 April 2024 | 03:44
NEWS

Peneliti Formappi Ungkap Kekuatan dan Kelemahan Jokowi Pasca-Pilpres 2024

Peneliti Formappi Ungkap Kekuatan dan Kelemahan Jokowi Pasca-Pilpres 2024
Prabowo Subianto dan Presiden Jokowi (Setneg)

ASKARA - Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai kekuatan Jokowi setelah tidak lagi menjabat Presiden akan sangat tergantung pada kesepakatan yang sudah dibuatnya dengan Presiden Prabowo Subianto (mengacu hasil hitung cepat Pilpres 2024, red).

"Saya menduga pasti sudah ada kesepakatan yang dibangun antara Jokowi dan Prabowo sebelum Pilpres kemarin. Selain Gibran, mungkin saja ada kesepakatan lain soal bagaimana Jokowi akan diposisikan oleh Prabowo setelah berjuasa," ujar Lucius kepada awak media di Jakarta, Senin (19/2).

Di sisi lain, Lucius menganalisa bisa saja Jokowi akan dalam posisi lemah setelah tidak jadi Presiden, apabila hanya mengandalkan posisi putranya, Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden, sementara tidak ada parpol kuat yang bisa mem-backup dan dikendalikan secara penuh.

"Kalau pun katakanlah hanya Gibran yang menjadi pengikat kompromi Jokowi dan Prabowo, maka nampaknya Jokowi tak punya kuasa yang signifikan dalam lingkup kekuasaan Prabowo," jelas Lucius.

"Dengan kemenangan Prabowo-Gibran serta kegagalan PSI memasuki parlemen, maka Jokowi sebenarnya sudah selesai," lanjut Lucius.

Hanya saja, Lucius mengakui analisa ini perlu konfirmasi lebih mendalam, terutama berkaitan dengan deal-deal politik antara Prabowo Subianto dengan Jokowi yang sudah dibuat. 

"Tapi kan kita tahu banyak hal di latarbelakang yang tak diekspose ke publik. Termasuk komitmen Prabowo dan Jokowi pasca-Jokowi berkuasa," ungkapnya.

Lucius mengingatkan bahwa Jokowi sejauh ini cukup diandalkan untuk bermain politik. Maka tentu ia juga sudah menyiapkan strategi sendiri untuk mempertegas posisinya ke depan. 

Dikatakan Lucius, pada bulan-bulan terakhir masa pemerintahannya, sekaligus menjadi waktu terakhir bagi Jokowi untuk membangun persiapan pasca-lengser nanti. 

"Mungkin ini yang menjelaskan inisiatif-inisiatif dia memanggil ketua partai seperti Nasdem kemarin. Jokowi harus bersiap membangun jejaring politik pasca tak memerintah lagi," tandas Lucius.

Jika benar pemanggilan SP untuk pembicaraan politik ke depan, Lucius menilai mungkin saja itu dilakukan Jokowi untuk mengantisipasi posisi PDIP yang kemungkinan akan tetap di jalan oposisi.

Terkait PDIP, Lucius menilai akan lebih baik ada di jalan oposisi karena hal itu akan menambah kuat dan menambah besar PDIP kedepannya.

"PDIP sendiri saya kira seharusnya akan kuat di posisi oposisi. Dia akan kembali besar jika memutuskan menjadi oposisi. Kalau ia bergabung dengan koalisi, ia tak beda dengan parpol lain yang hanya haus kekuasaan semata," tuntas Lucius.

Komentar