Minggu, 28 April 2024 | 12:18
OPINI

Kepemimpinan Muhadjir Effendy pada Masa Transformasi Digital dalam Program Digitalisasi Sekolah

Kepemimpinan Muhadjir Effendy pada Masa Transformasi Digital dalam Program Digitalisasi Sekolah
Transformasi digital dalam program digitalisasi sekolah (Dok UT)
Oleh: Alvino Aryasena *
 
ASKARA - Pada masa transformasi digital sekoarang tentunya menjadi sebuah kesempatan besar bagi seluruh generasi bangsa agar dapat beradaptasi dan memanfaatkan serta mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam hal ini seorang pemimpin yang bisa berkembang dalam transofrmasi digital sangatlah dibutuhkan pemimpin yang bertransformasional juga, Khususnya dalam sektor pendidikan karena bagaimanapun sektor pendidikan ini sangatlah menjadi harapan besar bagi sebuah bangsa dalam mengatasi kualitas Sumber Daya Manusia. 
 
Masalah aksesibilitas pendidikan di Indonesia mencakup disparitas yang signifikan antara perkotaan dan pedesaan. Di perkotaan, fasilitas dan infrastruktur pendidikan seringkali lebih baik, menciptakan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran. Sekolah-sekolah di kota biasanya dilengkapi dengan fasilitas modern, seperti laboratorium ilmu pengetahuan, perpustakaan yang lengkap, dan sarana olahraga. Namun, realitas berbeda terjadi di pedesaan, terutama di wilayah terpencil. Di sana, kesulitan dalam mencapai layanan pendidikan yang layak seringkali menjadi hambatan utama. Sekolah-sekolah di pedesaan mungkin kurang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, bahkan terkadang minim sarana dasar seperti ruang kelas yang nyaman. Selain itu, akses transportasi yang terbatas dan kondisi geografis yang sulit dapat membuat perjalanan ke sekolah menjadi suatu tantangan bagi para siswa di pedesaan. Kondisi ini menciptakan ketidaksetaraan dalam kesempatan pendidikan antara anak-anak perkotaan dan pedesaan, memerlukan perhatian serius untuk meningkatkan infrastruktur dan memberikan akses pendidikan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
 
Permasalahan kualitas guru di Indonesia melibatkan variasi yang signifikan. Meskipun terdapat guru-guru yang berkualitas tinggi, namun tantangan utama muncul di beberapa daerah yang mengalami kesulitan dalam menarik dan mempertahankan tenaga pendidik yang berkualitas. Faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, fasilitas hidup, dan tingkat pembangunan daerah dapat mempengaruhi minat dan ketersediaan guru yang berkompeten. Selain itu, pelatihan guru dan pengembangan profesional juga menjadi isu kritis. Beberapa guru mungkin tidak mendapatkan pelatihan yang memadai atau akses yang cukup terhadap program pengembangan profesional. Hal ini dapat membatasi kemampuan mereka untuk mengikuti perkembangan terkini dalam dunia pendidikan, menerapkan metode pengajaran yang inovatif, dan beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat belajar yang terus berubah. Oleh karena itu, perbaikan kualitas guru di Indonesia tidak hanya melibatkan peningkatan kualifikasi akademis, tetapi juga menuntut upaya serius dalam menyediakan pelatihan berkelanjutan dan dukungan profesional yang berkelanjutan guna memastikan bahwa guru memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepada generasi mendatang.
 
Transformasi digital ini tentunya terdiri dari beberapa efek gabungan dan juga inovasi serta teknologi digital yang menghadirkan struktur, praktik, nilai, pengaturan dan juga keyakinan baru yang mengubah, mengganti atau pun melengkapi yang sebuah aturan yang ada di dalam sebuah organisasi (Westerman et. al., 2014).
 
Proses perencanaan strategis yang menghasilkan visi dan hasil perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saling terkait tentang mengapa, bagaimana, di mana, dan apa secara berurutan. (Jones, 2008)
 
1. Mengapa melibatkan meyakinkan semua pemangku kepentingan mengapa sekolah perlu berubah.
 
2. Bagaimana proses perubahan dan melibatkan penentuan bagaimana mengubah sekolah setelah masyarakat memahami dan menerima alasan, apa, dan di mana.
 
3. Dimana mendefinisikan lokasi dan arah, yang melibatkan penilaian status saat ini, menyepakati arah umum, dan menentukan cara untuk mengukur peningkatan prestasi siswa. Dalam hal kepemimpinan digital, hal ini juga harus menentukan cara untuk mengukur peningkatan dalam pembelajaran profesional, komunikasi, dan hubungan masyarakat.
 
4. Apa isi perubahannya, yang dibangun melalui fokus bersama. hal ini melibatkan penggunaan data, penelitian, dan praktik terbaik yang baik untuk menentukan apa yang perlu diubah setelah masyarakat memahami alasannya.
 
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam aplikasi digital di sebuah sektor harus mempertimbangkan beberapa tahapan ataupun aspek, agar penerapan tersebut agar terealisasikan dengan baik dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat.
 
Presiden Joko Widodo pada tahun 2019 dengan menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadji Effedy menyatakan bahwa Joko Widodo memberikan arahan untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia dalam meghadapi Revolusi Industri 4.0. Presiden dalam hal ini berfokus terhadap sektor pendidikan yaitu mempersiapkan dana Bantuan Operasional Sekolah.
 
Melalui dana Bantuan Operasional Sekolah, Presiden Jokowi memberikan suatu rekomendasi bahwa ia ingin merealisasikan penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk mempercepat akses pendidikan di berbagai wilayah-wilayah terutama wilayah pelosok dan berfokus terhadap prinsip 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)
 
Hal ini menjadi sangat penting karena bagaimanapun dalam transformasi digital ini tentunya menjadi kesempatan penting seorang pemimpin untuk melakukan pemerataan pembangunan khususnya di sektor pendidikan.
 
Dengan pemerataan ini tentunya bisa menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada, seperti banyak sekali Sumber Daya Manusia yang tidak bisa beradaptasi dalam perkembangan dan banyak sekali sekolah-sekolah di luar daerah yang masih menggunakan cara yang primitif dikarenakan masih belum merasakan dampak dari perkembangan teknologi tersebut. Dengan begitu, kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa akan terjadi kemunduran bila tidak diatasi dengan tepat.
 
Salah satu tantangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini adalah cara mempermudah akses pendidikan di daerah pelosok dan melakukan perkembangan teknologi yang harus diimbangi dengan keahlian dan juga kemampuan. Pada tahun 2019 Mendikbud melakukan pengalokasian dana BOS dialokasikan dalam program digitalisasi sekeolah. Sebanyak 31.387 sekolah mendapatkan sarana dari pemerintah berupa komputer tablet sebanyak 1.753.000 siswa kelas VI, kelas VII, dan kelas X di Indonesia, khususnya sekolah-sekolah yang berada di wilayah 3T.
 
Dalam memastikan penggunaan sarana pembelajaran tersebut berfungsi dengan baik tentunya Kemendikbud bekerja sama dengan beberapa lembaha kementerian. “Untuk jaringan internet, kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi. Sedangkan untuk penyediaan listrik, kementerian ESDM sudah menyanggupi untuk menyediakan pembangkiy (listrik) tenaga surya,” Terang Muhadjir.
 
Program Digitalisasi Sekolah juga merupakan sebuah terobosan baru yang memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yakni untuk mempermudah proses pembelajaran. Contohnya sebagai langkah awal, Muhadjir Effendy meluncurkan program Digitalisasi Sekolah di Kabupaten Natuna, ia membagikan komputer tablet kepada 1.142 siswa yang terdiri dari 508 siswa kelas 6, 303 siswa kelas VII, dan 331 siswa kelas X. Komputer tablet ini tentunya sudah di program dengan diisikan buku elektronik dan juga aplikasi Rumah Belajar yang dapat digunakan untuk mengakses materi tanpa menggunakan internet.
 
Dalam hal ini proses pengadaan komputer tablet akan dilakukan secara langsung dan juga mandiri serta menggunakan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah yaitu tanpa perlu melakukan lelang Pengadaan Barang. Dengan adanya program ini tentunya tidak akan menghilangkan proses pembelajaran secara tatap muka, maka dari itu dengan adanya proses tatap muka tersebut harus diselingi dengan menggunakan komputer tablet tersebut.
 
Maka dari itu dengan adanya program ini maka siswa siswi akan terus dihadapkan dengan perkembangan teknologi dan dilatih untuk bisa beradaptasi agar Indonesia sendiri yang terkenal banyak budaya tetapi bisa bertahan akan transformasi digital yang sedang terjadi di Indonesia kini.
 
 
* Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia
 
 

Komentar