Kamis, 09 Mei 2024 | 23:59
COMMUNITY

Keturunan Rasulullah yang Mengislamkan Jawa Barat

Keturunan Rasulullah yang Mengislamkan Jawa Barat


 ASKARA - Namanya Hidayatullah. Lahir di Mekah tahun 1448. Darahnya darah biru. Ibunya bernama Nyai Rara Santang, putri kedua Prabu Siliwangi dari kerajaan Pajajaran.  Ayahnya juga bangsawan Mesir. Namanya Syarif Abdullah. Nasabnya sampai kepada Rasulullah di garis ke-22. Itu sebabnya di depan nama Hidayatullah pun tertulis gelar syarif. Syarif Hidayatullah.

Kakek buyut dari jalur ayahnya bernama Husein Jamaludin Akbar Azmatkhan; seorang ulama dan diplomat kesultanan Delhi India yang merupakan keturunan Rasulullah generasi ke-19. Jamaludin Akbar juga ayah dari Ibrahim Assamarkandi yang berdakwah di Tuban dan kakek dari Sunan Ampel yang berdakwah di Surabaya Majapahit.

Di usia 20 tahun, Syarif Hidayatullah telah telah hafal seluruh isi al-Qur’an, ribuan hadits, menyelesaikan pendidikan Islam, sejarah, dan ilmu pemerintahan di Mesir dan Mekah. Ia pun berangkat ke pulau Jawa memulai perjalanannya berdakwah di tanah kelahiran ibunya. Ia sempat singgah dan berguru kepada Maulana Ishaq di Pasai Aceh; ayah dari Sunan Giri. Atas saran sang guru, ia juga belajar kepada Sunan Ampel di Surabaya untuk mempelajari sosiologi masyarakat Jawa.

Tahun 1470 Syarif Hidayatullah pun mulai berdakwah di Cirebon di usia 22 tahun. Cirebon dipilih karena di kota itu Raden Walang Sungsang, kakak dari ibunda Hidayatullah, telah menjadi ulama sekaligus adipati Cirebon dengan gelar Cakraningrat. Raden Walang Sungsang menugaskan Syarif Hidayatullah untuk membantu dakwah Syeikh Nurjati di daerah Gunung Jati. Setelah Syeikh Nurjati dan Syeikh Datuk Khafid, adiknya, semakin udzur dan  wafat, Syarif Hidayatullah memimpin padepokan Gunung Jati. Ia dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Dakwah Syarif Hidayatullah dengan cepat meluas ke luar Cirebon. Tahun 1475 Syarif Hidayatullah berdakwah di Wahanten Pasisir Serang Banten. Dakwahnya yang simpatik menarik perhatian pemimpin Wahanten yang kemudian masuk Islam dan menikahkan anaknya dengan Syarif Hidayatullah. Dari pernikahan ini, lahirlah Maulana Hasanudin di tahun 1478 yang kelak menjadi Sultan Banten pertama.

Di tahun 1479, Raden Walang Sungsang wafat. Syarif Hidayatullah pun kembali ke Cirebon dan menggantikan posisi Walang Sungsang di usia 31 tahun dan menjadikan Cirebon sebagai kesultanan. Di tahun yang sama, ia juga ditetapkan sebagai pimpinan Wali Songo sepeninggal Sunan Ampel. Keilmuan, kebijaksanaan, dan kepemimpinannya membuat para wali secara aklamasi memintanya menjadi pemimpin dakwah di tanah Jawa.

Di tahun 1487 rapat Wali Songo menetapkan Demak sebagai pusat dakwah di pulau Jawa. Posisi Demak persis di antara Majapahit dan Pajajaran sehingga memudahkan koordinasi dakwah di Jawa bagian timur dan barat. Para wali pun mendirikan kesultanan Demak. Raden Patah, ulama muda yang juga putra Raja Majapahit Kertawijaya dan menantu Sunan Ampel, dinobatkan sebagai sultan Demak.

Syarif Hidayatullah bukan hanya menguasai ilmu agama dan pemerintahan. Ia juga ahli strategi militer. Saat Portugis menyerang dan menguasai Malaka tahun 1511 dan Pasai di tahun 1512, Sultan Demak  Raden Fatah meminta Syarif Hidayatullah untuk membentuk pasukan gabungan Demak, Cirebon, Banten, dan Palembang untuk menyerang Portugis. Ekspedisi militer dilakukan 2 kali, tahun 1513 dan 1521. Juga saat Portugis membuat benteng di Sunda Kelapa. Syarif Hidayatullah mengirimkan armada gabungan Demak, Banten, dan Cirebon kemudian menunjuk Fadhlullah Khan alias Fatahillah; bangsawan Pasai yang juga keturunan Rasulullah; untuk mengusir Portugis.

“Berangkatlah kalian dan rebutlah Sunda Kelapa dari tangan Portugis. Jemputlah satu dari dua janji Allah: kemenangan atau syahid. Keduanya adalah kemuliaan seorang muslim,” kata Syarif Hidayatullah saat melepas ekspedisi militer itu.

Tanggal 22 Juni 1527 Demak berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Tanggal itu pula yang hingga kini kita peringati sebagai hari lahir kota Jakarta.

Syarif Hidayatullah dikarunia usia panjang. Tahun 1526 ia mengangkat puteranya, Pangeran Pesarean memimpin Cirebon dan Maulana Hasanudin, puteranya yang lain, sebagai Sultan Banten pertama. Syarif Hidayatullah memfokuskan diri untuk berdakwah hingga Islam menyebar hampir ke seluruh Jawa Barat. Puncaknya terjadi di tahun 1568 saat riwayat kerajaan Pajajaran berakhir dan wilayahnya menjadi bagian kesultanan Cirebon.

Tahun 1569, Syarif Hidayatullah wafat di usianya yang ke-120 dan dimakamkan di Gunung Sembung Cirebon. Ia telah menyelesaikan misi dakwahnya di tanah Sunda. (Fatchuri Rosidin IG @fatchuri_fatah

Komentar