Jumat, 26 April 2024 | 12:21
COMMUNITY

Bangun Hidup Beragama yang Tulus dan Jujur

Bangun Hidup Beragama yang Tulus dan Jujur
Foto bersama anggota DPD RI beserta Keluarga Batak Manila di Filipina (Dok Partogi)
ASKARA - Pancasila adalah hasil pemikiran kolektif bangsa.  Maka dari itu, warga negara Indonesia harus bangga kepada Pancasila, caranya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
 
Hal itu disampaikan Dr. Badikenita Putri Sitepu, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI pada acara sharing visi Hari Lahir Pancasila yang diadakan oleh Keluarga Batak Manila di Filipina, beberapa waktu lalu. 
 
Dr. Badikenita Putri berada di Manila dalam rangka kunjungan Badan Kerjasama Parlemen DPD RI untuk mendalami kerjasama perikanan dan keperawatan sebagai salah satu basis pengembangan hubungan bilateral Indonesia-Filipina, dan kerjasama DPD RI dengan Senat Filipina, khususnya dalam rangka membentuk Forum Senat ASEAN. 
 
Dalam sambutan pengantar sharing, Partogi Samosir Ph.D menjelaskan, Pancasila merupakan satu-satunya ideologi yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
 
NKRI menjadi rumah bagi lebih dari seperempat miliar jiwa warga negara Indonesia. Didalamnya terhimpun sekitar 17.000 Pulau dengan keberagaman populasi dari 1.300 suku, 715 bahasa, dengan ratusan agama dan aliran kepercayaan, serta ratusan budaya. 
 
Tak ada kekuatan yang mampu menghimpun bangsa yang sedemikian raksasa kecuali atas kehendak Tuhan, dan atas kesadaran bersama sebagai sebuah Bangsa Indonesia. 
 
Untuk menjaga NKRI, sharing visi yang dihadiri oleh Sr. Jona Malau, Sr. Yohana Simanjuntak, Sr. Erlita Sembiring, Hery Kemit, Mila Tarigan, Johanes Sinaga, Easter Siagian, Silva Sitepu, Desiria Wongkar, Indah Hutasoit, Elizabeth Sitorus, Marta Purba, dan Andrew Siagian memahami perlunya membangun kehidupan beragama yang tulus dan jujur.  
 
Pelarangan kegiatan ibadah, gagasan politik identitas, dan politisasi agama pasti melahirkan disintegrasi bangsa. 
 
Untuk itu berbagai ujaran kebencian, hasutan, merendahkan orang lain, harus kita tolak.
 
 
Penulis: Parmahando Giannilo

Komentar