Sabtu, 27 April 2024 | 07:12
COMMUNITY

Luar Biasa! Desta Mampu Membungkam Berita Lainnya

Luar Biasa! Desta Mampu Membungkam Berita Lainnya
Desta dan Natasha Rizky. ( Instagram/@desta80s)

ASKARA - Apa iya hanya kalimat itu yang bisa menggambarkan berita yang lumayan membungkam habis berita berita lainnya seperti sebut saja, kasus peretasan pencurian data yang dialami Bank Syariah Indonesia.

Serius Desta mampu menggeser berita yang valid itu. Luar biasa.

Siapa yang tidak kenal Desta? Menurutku dia salah seorang komedian yang minum banget haters. Bisa dilihat di beberapa postingannya, hampir semua mengatakan sayang bahkan mendoakan yang terbaik akan keputusannya. Vibesnya masih positif. Padahal kalo bukan Desta pasti akan dihujat habis. Menceraikan perempuan berkepribadian angel, siapa yang enggak galau.

Ya barang kali karena jokes yang sering dia gunakan lebih santai dan mengena di hati penonton tidak dibuat-buat dan enak aja dinikmati. Jika ditanya apa saya salah satu penggemarnya. Sebut saja begitu, sejak acara MTV Bujang saya memang penggemar berat keduanya meski lebih besar ke Vincent ketimbang dia.

Tapi kali ini bukan siapa Desta yang ingin saya bahas. Tapi mengapa Desta?

Ya mengapa Desta?  Kok bisa?

Pertanyaan itu yang sering banget saya baca dan lihat di kolom komentar netizen Se-nusantara. Mengapa? Natasha kurang apa? Istri seperti apa yang diinginkan? Kurang salihah apa istrinya?

Semua baik pria, wanita seperti peluru yang memberondong habis ex Club Eightees itu.

Karena yang dibahas adalah masalah Desta yang dianggap kurang bersyukur dan istrinya yang terlihat lemah dan kalah. Saya akan sedikit berbagi cerita barang kali related dengan kasus yang sedang ramai saat ini.

Siapa yang bisa melihat iman? Adakah? Seorang Nabi atau Rasul barang kali? Atau mungkin Malaikat? Atau siapa?

Hanya Allah.

Jawaban itu yang membuatku bergetar saat saya sujud selepas witir di sepertiga malam. Saat itu ketika saya mati-matian mendoakan suami saya agar bisa lebih paham agamanya dan salih kepribadiannya. Saya seperti disiram jawaban dari langit yang akhirnya membuat hati saya sedikit lebih tenang.

Siapa yang bisa melihat iman? Iman suami saya barang kali? Bahkan saya sendiri tidak bisa melihatnya. Lalu dengan angkuh saya menganggap iman saya lebih sempurna dibandingkan dirinya?

Saat itu saya sadar jika syaitan bisa masuk melalui celah mana saja untuk memisahkan sepasang manusia yang sudah halal dimata Allah. Termasuk melalui celah keimanan.

Ujub. Merasa paling sempurna. Sudah pol imannya. Lebih takwa dibandingkan yang lain. Merasa lebih lama sujudnya dibandingkan malaikat barang kali. Ketika melihat kebiasaan hitam pasangan kita mendadak seperti malaikat bersayap yang halal menghina, merendahkan keimanannya, padahal saat itu bukan orang ujub yang dibutuhkan pasangan kita melainkan guru. Itulah yang saya takutkan malam itu, sampai basah wajah saya karena malu di hadapan Allah. Setiap malam mendoakan keimanan suami padahal belum tentu iman saya lebih baik darinya di mata Allah.

Barang kali saya terpengaruh dengan kejadian yang banyak menimpa sahabat saya yang mengalami kisah serupa, karena suaminya masih suka merokok pasrah langsung cerai, suaminya tidak pernah ngaji mutusin cerai, masih suka nongkrong langsung cerai, merasa tidak satu visi dan misi memilih cerai, padahal di luar itu suami menafkahi dengan baik. (Ini di luar dari kasus perselingkuhan dan kasus maksiat berat ya).

Perceraian terjadi karena merasa sudah tak sejalan, tak seiman tak sekufu padahal itu adalah jalan jujitsu Syaiton. Dasim Syaiton yang ditempatkan di rumah kita tertawa saat kita terpisah.

Kecuali barang kali, jika suami benar-benar melarang aktivitas keagamaan dan mengajak istri pada perbuatan maksiat yang bisa menjauhkan kita dari Allah, maka tak usah berlama-lama cerai menjadi pilihan.

Tapi pada kasus ini hanyalah keterbatasan ruang iman. Mengapa saya katakan ruang? Karena kadang iman bisa penuh, sempit kadang juga bisa longgar dan kosong. Kadang kita yang penuh, dia kosong lalu tiba-tiba sebaliknya. Iman memang begitu, dan selama pasangan kita tidak menghalangi untuk beribadah niscaya iman kita baik-baik saja.

Kasus ini pernah menimpa salah seorang narasumber yang atas seizinnya saya ceritakan. Dia bercerai sepulang dirinya menjalankan ibadah umroh. Padahal menurut kacamata banyak orang suaminya baik sangat baik malah, menafkahi dengan baik, sayang dengan anak-anak, hanya saja dirinya sering bercerita suaminya suka mabuk. Agak miris memang saat mendengar, lalu  ketika ditanya.

"KDRT?" Tidak.

"Berzinah?" Tidak

"Mengajak maksiat?" Tidak.

"Masih boleh ibadah?" Masih, malah dia juga yang ongkosin umroh.

"Sabar!" kata ustadzah yang menjadi narasumber saya. "Doakan!" Katanya lagi.

Tapi karena tak sabar, istrinya tetap memilih pisah. Alhasil benar saja mereka berpisah dan saat ini dunia seperti terbalik, suaminya yang dulu pemabuk itu justru paling alim kelihatannya dan selalu awal datang ke masjid untuk acara ta'lim. Mabuk? Jelas sudah tidak lagi insyaAllah.

 

Begitulah iman hanya sebuah ruang yang tak patut disombongkan karena kita tak tahu kapan bagian kita akan kosong. Dan jodoh bukanlah cermin yang tampak sama, jodoh seperti sepasang sepatu yang berbeda tapi satu arah, diciptakan berbeda saling mengisi, saling membantu dan menahan ego untuk mencapai satu tujuan yang sama. Jika hari ini iman pasangan kita sedang down maka tunggu, bimbing dan bersabarlah kasihan jika diceraikan. Atau barang kali justru kita yang dikasihani setelah bercerai.

Nah, karena yang dibahas adalah isu tentang perbedaan visi barang kali kisah ini bisa menjadi rujukan Desta yang kurang bersyukur atau barang kali Natasha yang harus lebih sabar lagi?

Kebayangkan sekarang bagaimana ego Desta yang merasa sudah tua ketika mendapat nasihat tentang iman dari istrinya yang usianya masih bau kencur dan lagi semangat-semangatnya ibadah. Dua-duanya sama kerasnya, dan bertahan dengan ego yang sama, padahal jika ibadah masih diizinkan dan tidak ada maksiat di dalam rumah. InsyaAllah iman masih baik-baik saja. Semoga saja pernikahan mereka diselamatkan. So apa pendapat kalian? (Isrina Sumia)

Komentar