Sabtu, 27 April 2024 | 10:07
OPINI

Inilah Sejumlah Langkah untuk Membangun Kekuatan Angkatan Udara Indonesia

Inilah Sejumlah Langkah untuk Membangun Kekuatan Angkatan Udara Indonesia
Pesawat tempur F-16 TNI-AU (Dok Dispenau)

ASKARA - Indonesia adalah salah satu negara dengan kekuatan militer yang diperhitungkan di dunia dengan prinsip bebas aktif, sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat melakukan hubungan militer dengan negara mana saja di dunia tanpa perlu merasa takut diperingatkan oleh negara lainnya. 

Misalnya saja untuk pertahanan Angkatan Udara, saat ini kekuatan wilayah udara dijaga oleh pesawat Sukhoi dari Rusia dan F-16 Fighting Falcon dari Lockheed Martin, Amerika.

Namun jumlah kekuatan tempur murni Angkatan Udara Indonesia per Februari tahun 2023 adalah sebanyak 46 unit terdiri dari 16 Unit SU-27 dan SU-30 dan 30 Unit F-16 Fighting Falcon. Padahal idealnya suatu negara paling tidak harus memiliki minimal 100 pesawat tempur. 

Untuk membuat pertahanan udara Indonesia menjadi lebih baik dan disegani dunia, ada beberapa langkah yang dapat diambil, diantaranya meningkatkan anggaran pertahanan udara, karena anggaran yang cukup besar akan memungkinkan pengadaan pesawat tempur dan sistem pertahanan udara modern.

Dalam suatu kesempatan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut alat utama sistem persenjataan Indonesia masih perlu ditambah sebagai bentuk investasi jangka panjang.

Pernyataan ini sekaligus mengamini Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mengingat Kementerian Pertahanan mendapatkan mandat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk merencanakan kebutuhan pertahanan jangka panjang.

Mahfud mengaku telah melakukan penghitungan dengan Prabowo terkait berapa besar kebutuhan untuk pertahanan Indonesia. Berdasarkan kalkulasinya dengan Prabowo, Mahfud mengatakan kebutuhan investasi pertahanan, khususnya untuk pesawat seharusnya 200 unit. 

Tentu saja Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia (TNI AU) membutuhkan berbagai jenis pesawat yang mampu memenuhi kebutuhan operasional dan pertahanan udara Indonesia, seperti pesawat tempur Rafale, Mirage 2000 - 5 yang mampu menghadapi ancaman udara dari luar dan pesawat tempur canggih lainnya. 

Di samping pesawat tempur, TNI AU  juga membutuhkan pesawat angkut untuk mendukung operasi militer, seperti pengiriman personel, logistik, dan peralatan. Beberapa jenis pesawat angkut yang dimiliki TNI AU saat ini adalah CN-295, C-130 Hercules, dan B737-400. Terbaru Indonesia telah kedatangan 2 dari 5 pesawat Hercules C-130 J Super Hercules A-1339 dan C-130H A-1315, dan telah memesan Airbus A400M yang memiliki kemampuan lebih besar dari C-130 J.

Penambahan berbagai pesawat helikopter dibutuhkan untuk mendukung operasi militer, seperti pengangkutan personel, evakuasi medis, dan penjagaan perbatasan. Beberapa jenis pesawat helikopter yang dimiliki TNI AU saat ini adalah Bell 412, Cougar AS 532, dan Boeing CH-47 Chinook.

Dalam mengawasi wilayah dirgantara Indonesia yang sangat luas, TNI AU membutuhkan tambahan pesawat patroli untuk menjaga keamanan wilayah udara Indonesia dan melakukan patroli perbatasan. Beberapa jenis pesawat patroli yang dimiliki TNI AU saat ini adalah P-3 Orion, CN-235, dan CASA C-212.

Untuk melatih para penerbang untuk mengembangkan kemampuan tempurnya, TNI AU membutuhkan pesawat latih dan peralatan modern untuk melatih calon pilot dan memelihara kemampuan pilot yang sudah berpengalaman. Beberapa jenis pesawat latih yang dimiliki TNI AU saat ini adalah T-50 Golden Eagle, Hawk 100/200, dan Grob G120TP.

Selain itu, TNI-AU tentu perlu juga meningkatkan jumlah personel untuk memperkuat kemampuan pertahanan udara. Hingga saat ini jumlah personil TNI-AU sekitar 37.000 personil

TNI AU perlu memperkuat kerja sama internasional, di mana Indonesia perlu memperkuat kerja sama dengan negara lain dalam bidang pertahanan udara. Hal ini dapat dilakukan melalui pertukaran informasi intelijen dan teknologi pertahanan udara.

Indonesia pun perlu mengembangkan industri pertahanan dalam negeri agar dapat memproduksi alat dan sistem pertahanan udara sendiri. Hal ini akan membantu meningkatkan kemampuan pertahanan udara Indonesia dan juga menciptakan lapangan kerja baru.

Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, diharapkan TNI-AU yang saat ini dipimpin oleh Marsekal TNI Fadjar Prasetyo sebagai KSAU akan memiliki banyak pesawat generasi 4,5 dan memiliki pesawat yang heavy atau medium ke atas agar pertahanan udara lebih baik dan disegani di mata dunia internasional.

Swa Bhuana Paksa

 

Komentar