Jumat, 26 April 2024 | 11:36
COMMUNITY

Drama Kepanikan Gegara Seekor Kecoa

Drama Kepanikan Gegara Seekor Kecoa
Ilustrasi gadis tangkap kecoa (int)

ASKARA - Di sebuah restoran, tiba-tiba ada seekor kecoa hinggap di pakaian seorang wanita.

Si wanita tersebut berteriak ketakutan. Dengan wajah panik dan suara gemetar, dia melompat. Dan ia berusaha untuk menyingkirkan kecoa tersebut dengan kedua tangannya.

Walhasil, semua orang di kelompoknya ikut panik.

Tak lama kemudian, kecoa tadi terbang lagi. Kali ini hinggap di pundak wanita lain, masih dalam kawanan kelompok tadi.

Sekarang, giliran wanita yang kedua melanjutkan drama kepanikan.

Tak lama kemudian, seorang pelayan wanita datang. Dan akhirnya kecoa tersebut hinggap di lengan baju si pelayan.

Si pelayan pun berdiri dengan tenang sambil mengamati perilaku kecoa di kemejanya.

Dengan sekali sentuhan, ia kemudian meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkannya ke tempat sampah.

Coba kita perhatikan dengan seksama, dua wanita dalam group tadi panik, sementara wanita pelayan itu bisa dengan tenang mengusir kecoa.

Inilah yang disebut bahwa persoalan bukanlah pada kecoanya, tetapi lebih kepada reaksi yang ditimbulkan.

Ketidaktenangan kedua wanita tadi dalam menghadapi kecoa itulah yang membuat suasana jadi kacau.

Sejatinya, kecoa memang menjijikkan dan ia akan tetap seperti itu selamanya. Tidak akan pernah bisa kita ubah menjadi binatang lucu dan menggemaskan.

Begitupun juga dengan masalah. Sampai kapanpun masalah itu tidak akan pernah menyenangkan.

Tapi. Janganlah itu yang membuat semuanya kacau. Karena, sebenarnya ketidakmampuan kita untuk menghadapinya yang membuatnya demikian.

Reaksi kita terhadap masalah itulah yang sebenarnya menciptakan kekacauan dalam hidup kita, melebihi dari masalah itu sendiri. Membuat masalah semakin bertambah berat dan rumit.

Coba perhatikan kembali, para wanita itu be-reaksi. Sedangkan pelayan me-Respon.

Reaksi selalu naluriah dan tiba-tiba, sedangkan respon itu dipikirkan dulu baik-baik.

Orang Bahagia bukan karena tidak pernah menghadapi masalah dalam hidupnya. Melainkan karena ia me-respon masalah hidupnya secara tepat.

Masalah selamanya tetap akan menjadi masalah. Respon kitalah yang akan sangat menentukan bagaimana akhir dari setiap masalah yang kita hadapi. (ust. satria hadi lubis)

Komentar