Selasa, 28 Mei 2024 | 18:55
NEWS

Pemerintah China Berupaya Menghilangkan Identitas Asli Muslim Uighur

Pemerintah China Berupaya Menghilangkan Identitas Asli Muslim Uighur
Abdulhakim Idris dan Rushan Abbas ungkap nasib Muslim Uighur di Medan

ASKARA - Dua aktivis Uyghur asal Amerika Serikat, Abdulhakim Idris dan Rushan Abbas, menyampaikan jika berbagai kekerasan kemanusiaan masih dialami oleh kaumnya hingga saat ini.

Abdulhakim Idris adalah Direktur Eksekutif Center for Uyghurs dan Rushan Abbas adalah Direktur Eksekutif dan Pendiri Kampanye untuk Uyghur. Keduanya berbasis di Washington DC, Amerika Serikat.

Demikian dikatakan mereka ketika mengadakan pertemuan dengan kalangan akademisi, aktivisi dan jurnalis di Komplek J-City, Medan, Rabu (12/10). Keduanya bercerita tentang berbagai penindasan yang terjadi.

“Salah satunya yakni adanya upaya dari pemerintah China untuk menghilangkan identitas asli kaum Uighur,” kata Rushan.

“Muslim Uighur mendapatkan kekerasan akibat menjalankan ibadah mereka secara agama Islam,” sambungnya.

Kalangan akademisi, aktivisi dan jurnalis di Komplek J-City,

Rushan menjelaskan, bentuk kekerasan tersebut ditandai dengan penghancuran Masjid oleh pemerintah China. "Banyak sekali masjid yang dijadikan menjadi tempat hiburan malam," ungkapnya.

Mereka juga memaparkan, selain kekerasan dalam hal kebebasan beragama, beberapa bentuk kekerasan lain juga mereka paparkan.

Bahkan, mereka menantang siapa saja yang ingin melihat langsung kondisi Uighur untuk datang kesana.  “Kami dapat memfasilitasi untuk menghubungkan pihak luar dengan Uighur,” tandas Abdulhakim dan Rushan.

Hal yang sama disampaikan, Abdulhakim Idris. Menurutnya berbagai kekerasan yang dialami oleh kaum Uighur menjadi persoalan kemanusiaan yang sangat membutuhkan perhatian masyarakat dunia.

"Kami menggugah seluruh bangsa terutama kaum muslim. Karena masjid yang dirusak disana sama dengan masjid anda disini, kitab suci Alquran yang dibakar disana juga sama dengan Alquran disini. Uighur membutuhkan perhatian kita disini," ungkapnya.

Kunjungan di Universitas Muhammadiyah Jakarta 

Sehari sebelumnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Selasa (11/10), Abdulhakim mengungkapkan nasib orang-orang Uyghur yang ditindas oleh pemerintah China.

“Oleh karena itu, kami berharap dalam kunjungan ini Indonesia mendapatkan informasi langsung tentang nasib orang-orang Uyghur di China yang berjumlah sekitar 20 juta orang,” kata Abdulhakim

Sementara itu, Rushan Abbas menjelaskan bahwa adiknya telah ditahan di penjara di China sejak 2018. Alasan penahanannya adalah karena Rushan Abbas aktif dari Amerika Serikat untuk mendukung nasib bangsa Uyghur.

Dalam kunjungan ini mereka berharap para akademisi dan masyarakat umum Indonesia dapat bekerja sama dalam memperbaiki nasib bangsa Uyghur melalui berbagai kajian dan seminar.

Dan melalui kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta ini diharapkan juga muncul berbagai kajian dan penelitian mengenai bangsa Uyghur di China.

Keduanya diterima oleh Wakil Dekan UMJ Fisip Amin Thohari M.Si dan Dr. Fal. Harmonik M.Si.  Abdulhakim Idris juga sempat berdialog dengan Dr. Wachid Ridwan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Malaysia dan juga Dosen Program Studi Ilmu Politik, FISIP, UMJ.

Hadir menerima kunjungan ini Ketua Program Magister Ilmu Politik FISIP UMJ, Dr. Asep Setiawan MA, Ketua Program Studi Ilmu Politik Dr Usni M.Si. Dr. Asep Setiawan berharap kunjungan ini dapat mengarah pada kerjasama dalam penelitian dan webinar.

Kedatangan tamu ini didampingi oleh Astrid Nadya Rizqita, President ICYF Model OIC Student Clubs Project Country Coordinator untuk Indonesia.

Komentar