Selasa, 07 Mei 2024 | 15:46
NEWS

Direktur Pertamina Sebut Harga Pertalite Seharusnya Sudah Rp17.200-Solar Rp18.150

Direktur Pertamina Sebut Harga Pertalite Seharusnya Sudah Rp17.200-Solar Rp18.150
Antrean BBM (Dok Istimewa)

ASKARA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan, harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia masih jauh di bawah harga pasar global. 

Menurut Nicke, hal tersebut tak bisa dilepaskan terkait subsidi yang diberikan pemerintah dan harga BBM bisa ditahan tetap murah. 

Padahal, kata Nicke, harga minyak dunia melonjak tajam akibat perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina.

Walaupun demikian, harga BBM di Pertamina masih jauh lebih rendah dibandingkan di tingkat global.

Nicke memberi contoh, Pertamina menjual solar atau CN48 bio-solar B30 itu dengan harga Rp5.150 per liter. Padahal, dengan harga minyak hari ini, seharusnya solar dibanderol Rp18.150 per liter.

"Jadi kalau kita bandingkan harga yang ditahan dicap oleh pemerintah dengan harga keekonomian di Juli ini untuk solar ini selisih Rp13 ribu," ungkap Nicke, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, pada Rabu (6/7).

Lalu, untuk pertalite yang dijual dengan harga Rp7.650 seharusnya dijual Rp17.200.

"Sehingga untuk setiap liter pertalite yang dibeli masyarakat, pemerintah menyubsidi Rp9.550 per liter," kata dia. 

Nicke mengklaim harga LPG penugasan sudah sejak 2007 belum ada kenaikan harga, sehingga masih dijual Rp4.280 per kg. Padahal harga keekonomian LPG adalah Rp15.698 per kg.

"Subsidi dari pemerintah adalah Rp11.448 per kg," ucapnya. 

Sedangkan untuk pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp12.500 per liter meski di pasar global dijual Rp17.950 per liter.

"Kalau kita lihat untuk RON 92 (setara pertamax) ini kompetitor sudah menetapkan harga Rp17 ribu, karena memang harga keekonomian adalah Rp17.950 per liter," terang Nicke.

Dia menyebut, ada kemungkinan pertamax disubsidi jika mengacu kepada roadmap atau peta jalan pemerintah untuk mencapai target net zero emission pada 2060.

"Subsidi BBM ada roadmap, dulu yang disubsidi premium maka masyarakat pindah ke pertalite karena pertalite lebih tinggi, sehingga emisinya bisa kita kurangi, sekarang yang disubsidi ron 90, itu pengurangan karbon emisinya besar," jelasnya.

Sebab Nicke tidak menutup kemungkinan jika BBM Ron 92 alias pertamax akan menjadi objek subsidi, sama seperti pertalite.

"Roadmap pemerintah paling baik mensubsidi bahan bakar ramah lingkungan sesuai target net zero emission 2060. Maka roadmap berikutnya yang disubsidi adalah Pertamax. Ada roadmap tahapannya, kan tidak bisa serta merta pindah. Ini kita lakukan bertahap," pungkasnya.

Komentar