Jumat, 26 April 2024 | 07:09
OPINI

Asal Usul Hoki Dan Kisah Tiga Dewa Fu Lu Shou (BAG. 5)

Asal Usul Hoki Dan Kisah Tiga Dewa Fu Lu Shou (BAG. 5)
Tiga Dewa

Menjelang Tahun Baru, banyak orang merenungkan dan mencari jalan bagaimana mereka bisa memperbaiki nasib mereka pada tahun yang akan datang ini, agar mereka bisa mendapatkan lebih banyak hokie atau rezeki daripada tahun-tahun sebelumnya.

Dari semua tradisi perayaan tahun baru di dunia, walaupun tata caranya berlainan dan unik. Namun mereka semua mempunyai suatu harapan yang sama, yaitu harapan untuk bisa mendapatkan hoki yang jauh lebih besar di tahun baru ini. Maka tidaklah heran, apabila kata yang paling sering ditulis dan diucapkan pada akhir dan awal tahun ialah kata "HOKI" tentunya sesuai dengan bahasanya masing- masing yang artinya "beruntung".

Di Indonesia kata Hoki sering ditulis dengan Hokie pakai huruf "e" mengikuti wong Londo dijaman VOC. Sedangkan dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis HOKI ! Kata Hoki itu sendiri diserap dari bahasa dialeg Hokkian sedangkan dalam bahasa Mandarin Fu (福). Sama seperti juga dalam bahasa Inggris banyak orang pakai nama Lucky, begitu juga bagi orang Tionghoa banyak yang menggunakan nama Hok.

Banyak orang Tionghoa yang menempelkan Huruf Hoki didepan pintu rumahnya dengan secara terbalik dengan harapan agar Hoki nya dapat bergulir menggelinding terus menerus dengan tiada hentinya. Kata yang paling sering ditulis dan diucapkan pada akhir dan awal tahun ialah kata "HOKI" tentunya sesuai dengan bahasanya masing- masing yang artinya "beruntung". Di Indonesia kata Hoki sering ditulis dengan Hokie pakai huruf "e" mengikuti wong Londo dijaman VOC. Sedangkan dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis HOKI !

Kata Hoki itu sendiri diserap dari bahasa dialeg Hokkian sedangkan dalam bahasa Mandarin Fuqi. Sama seperti juga dalam bahasa Inggris banyak orang pakai nama Lucky, begitu juga bagi orang Tionghoa banyak yang menggunakan nama Hok. Hoki bisa disamakan juga dengan nasib, jadi ada orang yang Hokinya baik maupun buruk dan berdasarkan horoskop ini tergantung dari waktu dan tempat lahirnya seseorang.

Terjadinya Hoki itu pada umumnya apabila terjadi hal yang luar biasa di dalam kehidupan sehari-hari kita, misalnya apabila terjadi hal yang menyenangkan kita sebut ini Hoki sedangkan kalau buruk bisa disebut Bo-Hoki (tidak beruntung). Bagi yang tidak sabaran mereka berusaha mencari jalan pintas untuk bisa mendapatkan Hoki ini misalnya melalui judi ataupun pergi ke Wong Pinter baca Dukun.

Hoki tidak harus berkaitan dengan materi saja, bisa saja seorang merasa dapat Hoki karena lulus ujian, naik pangkat, dapat jodoh, ataupun luput dari musibah. Namun yang sudah pasti semua Hoki yang kita dapatkan harus ada orang lain yang dijadikan tumbal bayaran untuk Hoki kita ini. Begitu juga pada saat anda dapat Hoki menang judi, pasti anda harus mengorbankan orang lain yang kalah judi dimana mereka harus bayar bukan hanya dengan uang saja tetapi juga dengan air mata.

Anda dapat hoki bisa naik jabatan, pasti ada orang lain yang harus dijadikan tumbal, karena tidak mendapatkan jabatan yang diharapkannya. Jadi rumusnya mudah ialah Hoki bagi anda tetapi pasti rugi (Bo-Hoki) bagi yang lain. Kita merasa dapat hoki, karena keinginan atau impian kita terkabul.

Hoki itu sifatnya hanya sementara saja, tidak mungkin bisa hoki terus-menerus tiada hentinya. Banyak orang percaya bahwa nomor atau hari tertentu bisa bawa hoki, maka dari itulah banyak sekali orang menjual nomor cantik atau nomor hoki ataupun mencari hari Hoki untuk hari perkawinannya.

John Stuart Mills (1806 - 1873) filsuf dari England adalah tokoh filsuf Hoki. Menurut pendapat dia manusia hanya mempunyai dua tujuan hidup utama: Berusaha untuk mengejar kebahagiaan semaksimal (maximmize happines) mungkin dan penderitaan seminimal mungkin (minimze suffering). Namun pada saat manusia mendapatkan Hoki baca bahagia, pada umumnya ia tidak membutuhkan agama lagi, wong sudah dapat Hoki; kenapa Gw masih butuh sang Pencipta.

Oleh sebab itulah "Does God Want Us to be Happy ?" Jelas No. Maka dari itulah Tuhan tidak melengkapi manusia dengan sifat bahagia abadi. Namun yang menentukan Hoki atau tidak Hoki itu sebenarnya otak dan perasaan kita sendiri, maka dari itu menurut Sigmund Freud; Hoki itu adalah sekedar efek plasebo saja atau perasaan yang dibuat dan ditentukan oleh diri sendiri.

Misalnya orang yang sudah divonis mati, walaupun menang lotto satu triliun sekalipun ia tidak akan merasa dapat hoki, wong sudah mau koit, tapi ia merasa dapat hoki apabila bisa sembuh dan sehat. Sedangkan abang becak yang sehat wal afiat, merasa dapat hoki kalau dapat uang Rp 100 ribu. Jadi kesimpulannya Hoki itu adalah perasaan mensyukuri, dimana kita merasa bersyukur dengan apa yang kita dapatkan disitulah kita merasa dapat Hoki.

Jadi kesimpulannya mereka akan bisa mendapatkan HOKI dimana kita bisa mensyukurinya atas semua berkat yang telah kita terima maupun dapatkan sehingga dengan demikian anda akan merasa dapat HOKI. Oleh sebab itulah bersyukurlah kepada Tuhan atas segala berkat-Nya - Amin.

Apakah Anda tahu bahwa banyak masyarakat Tionghoa percaya Dewa – Three In One. Maklum hampir setiap orang mendambakan keberuntungan, kekayaan dan panjang umur. Untuk ini masyarakat Tionghoa memiliki Tiga Dewa Khusus = Fu Lu Shou Sanxing. Fu Lu Shou juga merupakan sebuah konsep Keberuntungan (Fu), Kekayaan (Lu), dan Umur Panjang (Shou).

Konsep Taois ini diperkirakan berasal dari Dinasti Ming. Patung ketiga Dewa ini hampir bisa ditemui di semua tempat yang memiliki komunitas Tionghoa. Maklum pada Dinasti Shang & Zhou terdapat sebuah pepatah kuno yang menyebutkan bahwa usia panjang umur adalah keberuntungan yang paling utama. Apabila aksara Fu dan Shou digabung sebagaimana ungkapan: "Semoga kebahagiaanmu seluas laut timur. Semoga hidupmu setinggi pegunungan selatan." By Race I am Chinese and By Grace I am Christian.

Mang Ucup (Nio Tjoe Siang)

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar