Rabu, 08 Mei 2024 | 11:04
COMMUNITY

Dari Pinggir Jalan ke Restorasi Kenegaraan

Dari Pinggir Jalan ke Restorasi Kenegaraan
Dokumentasi pribadi

Siapa yang sebenarnya berkewajiban untuk berpikir, merumuskan dan mengajukan solusi bagi keadaan bangsa terkini? Satu hal, ketiga hal itu dilakukan dengan sepenuh kerelaan tanpa ekspektasi akan imbalan materi atau sebut saja peluang menduduki satu-dua kursi dan posisi.

Jawab atas pertanyaan di atas saya temukan di sebidang lahan sempit bahu jalan di sebuah kota kecil bernama Blitar. Berlatar belakang satu sekolah dasar yang berdampingan dengan Taman Makam Pahlawan, kerdip nyala lampu dari angkringan yang memasok kebutuhan minum hangat serta kudapan melengkapi "tata panggung"nya.

Yups, di malam akhir Desember yang tumben tidak diguyur hujan itu saya ikuti sebuah perbincangan sangat serius mengenai bangsa dan negara. Forum yang diberi nama Diskursus Politik Angkringan (DPA) Itu diinisiasi oleh dan diikuti oleh orang-orang biasa. Penggagasnya terdiri dari tiga orang yang ditautkan melalui facebook dan pertemanan lama sejak sekolah menengah pertama. Mereka adalah Widya Pramana, pengelola kursus Sempoa, Arif Handono yang memiliki satu lembaga pendidikan alternatif dan Noktah Ardianto, seorang peternak ayam skala kecil di pinggiran kota.

Menilik satu persatu mereka yang hadir, terlihat bahwa kemajemukan adalah latar belakang personalitas. Perbedaan profesi, orientasi politik dan sebaran usia mencirikan perbedaan. Lihatlah bagaimana seorang pengusaha roti beretnis Cina duduk berdampingan dengan seorang Hafidz belia. Atau juru kunci satu pemakaman yang asyik bercengkrama  dengan sesosok kontraktor pemula.  Namun justru dari sinilah aliran semangat menuju muara yang sama; kepedulian atas kondisi faktual bangsa

Forum dibuka 40 menit dari waktu yang tercantum di poster undangan. Salam pembuka dilanjutkan semacam regulasi yang diminta kesepakatannya dari semua peserta. Mengambil tema "Kaleidoskop Sakit dan Keretakan", DPA pertama dimaksudkan sebagai refleksi akhir tahun yang sempat terekam lensa perhatian dan ingatan kita semua. Dari sini diharapkan muncul ide atau usulan yang bisa dilakukan oleh masing-masing peserta. Karena mengharap kepada pemegang kendali amanah konstitusi, saat ini, masih berbentuk harapan sia-sia.

Miss Juni Levesque, seorang wanita paruh baya penggerak berpuluh kegiatan pemberdayaan masyarakat memulai sesi tanggapannya dengan mengingatkan pentingnya kadar keterlibatan setiap pergerakan dengan hajat hidup lapisan grass root. Menyorot perhelatan Pilbup dan Pilwali di Blitar 2 minggu lalu, pelaku sekaligus promotor UMKM ini menegaskan bahwa dengan atau tanpa uang, keputusan akhir pilihan di bilik suara terletak pada pribadi pemilik hak suara. Artinya pendidikan politik berkelanjutan adalah penyembuh bagi patologis demokrasi.

Yassa Kurniawan, millenial yang banyak bersinggungan dengan politik di tataran pragmatis menegaskan bahwa--karena sistem--maka hanya bom atom yang meledakkan Nagasaki-Hiroshima yang sanggup mengubah tatanan. Selanjutnya, Ghulam, aktivis di pergerakan mahasiswa Islam menyampaikan apa yang dilakukan secara periodik di organisasi induk afiliasinya. Upaya dengan tidak menetapkan target waktu itulah yang bisa dilakukannya untuk meningkatkan kadar kecerdasan politik massa.

Suara-suara yang diucapkan oleh mereka yang hadir terus mengisi malam itu. Sesekali ada interupsi petugas angkringan yang mengantarkan kopi, jahe hangat atau menambah jadah bakar sesuai pesanan. Tidak ada tabir gengsi maupun pertimbangan marwah organisasi. Lalu lintas keluh kesah, nada protes atau riak kecil ide dan pemikiran tumpang tindih dengan nyaring suara lalu lalang kendaraan yang berseliweran.

Arya, seorang mahasiswa yang datang dengan beberapa buku baru di tasnya hasil berburu di sebuah book fair menguraikan alur pemikirannya. Berangkat dari kadar ideologi yang menipis di partai politik sehingga menjadikan elektabilitas mereka menurun maka direkrutlah tokoh-tokoh yang memiliki popularitas dan kemampuan finansial. Merekalah yang dijadikan oleh partai sebagai pendulang suara tanpa harus dipusingkan persoalan strategi dan program kerja.

Suhu diskusi yang terus menghangat tak sejalan dengan larutnya malam. Fatkhul sebagai pelaku sekaligus korban dari mekanisme politik kepartaian menegaskan bahwa dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, praktik money politic mustahil ditiadakan. Simpul utamanya adalah sistem itu sendiri dan pendidikan politik yang nyaris ditinggalkan.

Narasi berbasis kisah pewayangan diungkapkan oleh Dian Asparagus. Penikmat wayang dengan pendalaman pada aspek filsafat dan psikologi. Menurutnya, konstelasi politik saat ini tak lepas dari peran para Kresna dan Sengkuni. Mereka berdua lah yang dengan berpuluh strateginya memberi warna bagi kehidupan Hastinapura menjelang hingga usainya Baratayuda.

Ketika angka kalender nyaris berganti, DPA edisi pertama itu diakhiri. Tidak ada satu kesimpulan yang dengan urutan tertentu diformulasikan. Masing-masing peserta dipersilakan membawa pulang apa pun yang mereka dapatkan. Meningkatnya pemahaman, pertambahan data dan pengetahuan atau hanya remah-remah impresi dimasukkan ke dalam saku pengayaan jati diri. Diri sejati yang tanpa berharap apapun kepada negara selain perbaikan segera yang berkelanjutan.

 
Rio NS
Penulis adalah petani di Blitar dengan luapan cinta Tanah Air yang susah payah dikelola dengan banyak membaca. Bisa dihubungi melalui akun Facebook @n prio sanyoto

Komentar