Sabtu, 27 April 2024 | 04:41
NEWS

Mengenal Djoni Liem, Tentara Marinir Keturunan Tionghoa yang Disegani Tentara Inggris

Mengenal Djoni Liem, Tentara Marinir Keturunan Tionghoa yang Disegani Tentara Inggris
Serma KKO Djoni Matius (Istimewa)

ASKARA - Presiden Republik Indonesia, Sukarno, tidak senang melihat tingkah Federasi Malaya yang berambisi mencaplok Sabah, Sarawak, bahkan Brunei Darussalam, yang terletak di Pulau Borneo alias Kalimantan bagian utara, berdampingan dengan wilayah NKRI.

Menurut Presiden Sukarno, upaya pembentukan negara Federasi Malaysia dengan mengincar sebagian wilayah Kalimantan, adalah bentuk baru imperialisme yang berpotensi mengancam kedaulatan Indonesia. 

Atas nama harkat dan martabat Indonesia, seruan "Ganyang Malaysia" pun dikobarkan. Atas perintah Sukarno sebagai Panglima Tertinggi Tentara RI, Desember 1963, semua angkatan bersenjata dikerahkan ke perbatasan hingga masuk ke garis-garis pertahanan musuh. 

Salah seorang pasukan elite Angkatan Laut yang memiliki kemampuan infiltrasi (penyusupan) adalah KKO/Marinir.

Mendapat tugas negara dan misi sama dengan Sersan Usman dan Sersan Harun namun beda Target, Serma KKO Djoni Liem yang memiliki senjata khusus yang mematikan dan kemampuan bela diri Kungfu bertugas menjalani misi yang sama untuk melakukan infiltrasi, recon dan sabotase ke wilayah musuh. Namun, Djoni ditangkap pasukan Royal Army Inggris, di Malaysia. 

Saat tertangkap, Djoni menggunakan nama samaran, Than Chin Guan. Nama dari guru kungfunya, berulang kali diinterogasi oleh tentara Malaysia dan Singapura. Dia disiksa, tapi tetap saja Djoni menutup rapat identitas aslinya.

Seorang tentara Inggris mengungkapkan data Djoni Liem, identitas aslinya pun terkuak sebagai "Indonesian Naval Marine Corps" (Korps Marinir Indonesia), beliau akhirnya divonis hukuman mati. Sebelum ajal pantang mati, adanya perubahan situasi (perdamaian), Djoni Liem akhirnya dibebaskan dalam keadaan hidup dan kini menetap di Surabaya.

Djoni bercerita, saat diinterogasi Royal Army Inggris, dia lancar menguasai bahasa Mandarin, Melayu dan Indonesia sehingga membuat kagum tentara musuh.

"Waktu saya diinterogasi tentara Malaysia dan Singapura, saya ditunjukkan fotonya. Memang banyak dari pihak mereka yang tewas," ujar Om Lim, sapaannya.

Para tentara Inggris pun mengakui sepak terjang Djoni Liem. Nama KKO/Marinir, Menpor/Brimob dan RPKAD sempat disebut-sebut musuh sebagai unit-unit yang sangat disegani dan berani oleh musuh. 

Di sisi lain, mereka juga kagum dengan kemampuan survivalnya dan terlalu berani jauh masuk ke pertahanan musuh. Apalagi membuat bingung sekutu karena tentaranya banyak yang meninggal tapi tidak mengalami luka tembak.

"You ini Soekarno punya orang. You memang pembunuh. You luar biasa," ujar Djoni Liem menirukan tentara Inggris saat itu.

"Nama saya Djoni Matius, tapi saya biasa dipanggil Djoni Liem. Saya keturunan Tionghoa, tapi tumpah darah saya Indonesia," tegasnya.  

Djoni sempat diragukan lantaran keturunan Tionghoa. Namun tekadnya untuk berbakti kepada Indonesia membuat kagum. 

"Saya tetap berjuang demi negara. Tapi saya agak kecewa, dokumen (identitas) saya ketahuan. Korban sudah banyak," cerita Djoni. 

Total, 4,5 tahun dihabiskan Djoni bertempur dan dipenjara tentara Inggris selama operasi Dwikora. Disiksa hingga terserang Malaria pun dijalaninya. Selama berdinas, Djoni terlibat berbagai operasi militer, antara lain Operasi Trikora, Dwikora, Seroja, RMS, PRRI Permesta, Kahar Muzakar, Daud Beureueh, hingga Kartosuwiryo. 

Selama bertugas Djoni berulang kali tertembak. Bahkan satu peluru masih bersarang di tubuhnya hingga kini. 

Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 3 April 1934 itu mendapat julukan "Semburan Mulut Berbisa". Sebab, Djoni bisa meluncurkan jarum, mata kail pancing, silet dan beras dari mulutnya dengan jarak kurang lebih 30 meter.

Kini, di usia yang sudah senja Om Liem masih sehat dan tinggal di Surabaya. Beliau merupakan tokoh Kehormatan Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Jasa perjuangan sejarahnya tetap dikenang dan menjadi motivasi bagi bangsa Indonesia khususnya bagi prajurit-prajurit muda korps Marinir TNI AL.

Komentar