Kamis, 09 Mei 2024 | 22:52
NEWS

Ketiban Meteor, Josua Hutagalung Jadi Manusia Paling Beruntung

Ketiban Meteor, Josua Hutagalung Jadi Manusia Paling Beruntung
(East News Press Agency/The Sun/Jpnn/Pojoksumut)

ASKARA - Josua Hutagalung, pengrajin peti mati asal Tapanuli Tengah, Sumatera Utara mendadak viral dan jadi pemberitaan media-media ternama luar negeri. 

Pasalnya, Josua mendadak jadi jutawan pasca rumahnya kejatuhan batu meteor seberat 2,2 kilogram awal Agustus 2020 lalu. Batu hitam yang menghantam seng hitamnya hingga bolong di Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang itu ternyata dibeli seorang bule pengoleksi batu yang tinggal di Bali bernama Jared Collins. 

Dilansir dari The Sun, batu itu laku terjual 1,4 juta Poundsterling atau senilai Rp 26 miliar. "DEAD LUCKY Indonesian coffin maker becomes instant millionaire after £1.4million SPACE ROCK crashes through his roof," demikian judul The Sun. 

Pria 33 tahun itu menceritakan bagaimana batu tersebut bisa berada di rumahnya. 

"(Saat itu), saya sedang mengerjakan peti mati di dekat jalan di depan rumah saya ketika saya mendengar suara ledakan yang membuat rumah saya bergetar. Seolah-olah pohon telah menimpa kami," kenang Josua.

Josua menyebut, batu itu terlalu panas saat pertama kali mereka lihat jatuh ke tanah. Dia dan istrinya mengambil cangkul untuk bisa mengangkat batu ke dalam rumah. 

Josua senang bukan main saat Jared Collins mengaku ingin membeli batu itu. Dia berjanji akan menggunakan sebagian uangnya untuk membangun gereja bagi komunitasnya.

"Saya juga selalu menginginkan seorang anak perempuan, dan saya berharap ini adalah pertanda bahwa saya akan cukup beruntung sekarang untuk memiliki seorang anak perempuan," lanjutnya. 

Sementara, Collins, ahli batuan luar angkasa menyebut saat itu di tengah-tengah krisis Covid dan dia sempat bimbang antara membeli batu untuk dirinya sendiri atau bekerja dengan ilmuwan dan kolektor di AS. 

"Saya membawa uang sebanyak yang saya bisa kumpulkan dan pergi mencari Josua, yang ternyata adalah negosiator yang cerdik," katanya. 

Fragmen meteorit yang diamankan kolektor kedua saat ini dijual di eBay seharga 757 Poundsterling per gram, menilai hammerstone 1,839g-sebutan batu utama-dengan harga hampir 1,4 juta Poundsterling. Collins mengirimkan batu luar angkasa itu ke Amerika, di mana dibeli oleh seorang kolektor Amerika yang menyimpannya dalam nitrogen cair di Pusat Studi Meteorit di Arizona State University. 

Sementara itu, setelah namanya ramai dan viral, Josua membantah tudingan dirinya menerima Rp 26 miliar dari hasil menjual meteorit itu. Dia mengungkapkan, tidak semua batu dijual ke Collins melainkan hanya 1,8 dari total 2,2 kilogram saat jatuh di rumahnya. Selebihnya ada yang disimpan untuk kenang-kenangan. Josua menyebut menjual batu itu ke Collins senilai Rp 200 juta pada 17 Agustus lalu, bukan £1,4 juta atau senilai Rp 26 miliar.

"Saya juga bingung (soal Rp 26 miliar) itu. Saya (juga) sudah baca. Kalau seandainya Rp 26 miliar sudah ikut calon kepala daerah saya. Ngapain lagi," jelas Josua pada Rabu (18/11).

Soal penggunaan Rp 200 juta hasil jual batu itu, dijelaskan Josua, sudah digunakan sebagian untuk amal. 

"Kami bagi ke dua dusun uangnya. Kemudian sumbangan ke gereja, anak yatim. Saya bagi juga ke tujuh bersaudara anak mamak saya. Sisanya untuk renovasi dapur rumah peninggalan orang tua saya. Niatan kami memang sedekah. Daripada enggak laku," tuturnya. 

Satu fakta menarik diungkap Josua bahwa meteorit itu tidak hanya jatuh di rumahnya saja melainkan ada tiga titik yaitu di persawahan dan beberapa desa sekitar yang jatuh bersamaan dengan yang di rumahnya. Josua sendiri mengaku saat meteorit itu jatuh, dirinya sudah mengunggah ke Facebook lalu berharap ada lembaga terkait datang meneliti batu tersebut. 

"Makanya itu kecewa karena batunya kan sudah lama disimpan, anak-anak juga mainin batunya. Takutnya dicuri orang. Daripada begitu makanya dijual," ungkapnya. (jpnn/pojoksumut)

Komentar